Apa yang dimaksud dengan Imagery dalam Psikologi?

imagery psikologi

Apa yang dimaksud dengan imagery?

Vealey dan Greenleaf (2001) mendefinisikan imagery sebagai “penggunaan seluruh indra untuk menciptakan atau menciptakan kembali sebuah pengalaman di dalam pikiran”. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat tiga kunci utama untuk memahami imagery, yaitu :

  1. Imagery menciptakan atau menciptakan kembali pengalaman dalam pikiran. Imagery didasari oleh memori, dan individu mengalami memori tersebut secara internal dengan melakukan rekonstruksi terhadap pengalaman eksternal di dalam pikiran. Selain itu, imagery juga dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman baru dalam pikiran. Meskipun pada dasarnya imagery merupakan hasil dari memori, namun otak memiliki kemampuan untuk menyusun potongan-potongan gambar dalam ingatan dengan cara yang berbeda.

  2. Imagery melibatkan seluruh indera yang dimiliki. Ketika mengalami suatu peristiwa, seluruh indra memiliki peran yang penting. Visual mengacu pada penglihatan, auditoris mengacu pada suara, olfaktoris mengacu pada aroma, taktil mengacu pada sensasi dari sentuhan, gustatoris mengacu pada rasa, dan kinestetik mengacu pada sensasi pergerakan tubuh pada posisi yang berbeda. Dalam menggunakan imagery , individu sebaiknya menggabungkan sebanyak mungkin indra yang ada untuk meningkatkan kejelasan dari gambaran yang dibuat. Semakin jelas gambaran yang dibuat, imagery akan semakin efektif.

  3. Imagery tidak membutuhkan stimulus eksternal. Imagery merupakan pengalaman sensoris yang terjadi dalam dalam pikiran tanpa adanya alat bantu dari lingkungan. Melalui imagery , atlet bulutangkis dapat memukul kok dengan keras sambil berbaring di sofa tanpa harus memegang raket dan bergerak.

Vealey dan Greenleaf (2001) menyatakan bahwa terdapat tiga teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan cara kerja imagery , yaitu:

  • Teori psikoneuromaskular ( psychoneuromuscular theory ). Dalam teori ini, imagery merupakan hasil dari pola subliminal neuromuscular yang serupa dengan pola neuromuscular yang digunakan pada pergerakan sebenarnya. Meskipun situasi yang dibayangkan tidak menghasilkan pergerakan otot yang teramati, namun perintah dari otak menuju otot tetap terkirim. Sistem neuromuscular memberi kesempatan untuk “melatih” pola pergerakan tanpa menggerakkan otot yang sebenarnya.

  • Teori belajar simbolik ( symbolic learning theory ). Pada teori ini, imagery bekerja karena individu telah merencanakan tindakannya. Urutan pergerakan, tujuan dari tugas, dan solusi alternatif telah dipertimbangkan secara kognitif sebelum respon fisik dibutuhkan.

  • Teori atensi dan penyesuaian gugahan ( attention and arousal set theory ). Teori ini menggabungkan aspek kognitif dari teori belajar simbolik dan teori psikoneuromaskular. Imagery berfungsi untuk meningkatkan performa melalui dua cara, yaitu melalui perspektif fisiologis dengan membantu individu untuk menyesuaikan tingkat gugahannya untuk performa yang optimal, dan melalui persepektif kognitif yang membantu individu untuk menghadapi tugas secara selektif sehingga tidak mudah terganggu oleh stimulus yang tidak relevan dengan tugas.

Dalam olahraga, imagery merupakan salah satu bentuk intervensi kognitif (Cox, 2007). Beberapa penelitian menemukan bahwa penggunaan imagery efektif digunakan baik untuk meningkatkan pembelajaran dan performa dalam kemampuan berolahraga, maupun pikiran dan emosi yang berhubungan dengan kompetisi (Vealey & Greenleaf, 2001).

Paivio (1985, dalam Munroe, Giacobbi, Hall, & Weinberg, 2000) menyatakan bahwa imagery memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi kognitif dan motivasional, yang masing-masing bekerja pada tingkatan umum (general) dan khusus (specific). Hall, Mack, Paivio, dan Hausenblas (1998, dalam Munroe, Giacobbi, Hall, & Weinberg, 2000) mengemukakan bahwa fungsi motivasional umum dibedakan menjadi dua, yaitu yang berhubungan dengan penguasaan (mastery) dan gugahan (arousal).

Berdasarkan tujuan dan aplikasinya, fungsi imagery dibedakan menjadi lima, yaitu:

  1. Motivational Specific (MS) . Dalam imagery ini, atlet membayangkan tujuan ( goal ) dan aktifitas terkait dengan tujuan tersebut. Selain itu, imagery ini terdiri atas gambaran performa atlet dan gambaran hasil yang ia peroleh.

  2. Motivational General-Mastery (MG-M). Imagery ini terdiri dari empat tema utama, yaitu kekuatan mental ketika menghadapi situasi sulit, menjaga fokus, meningkatkan kepercayaan diri, dan memberikan dukungan.

  3. Motivational General-Arousal (MG-A). Dalam imagery ini, atlet membayangkan gugahan dan tekanan yang berkaitan dengan olahraga.

  4. Cognitive Specific (CS). Imagery ini digunakan untuk pengembangan dan penggunaan kemampuan dalam latihan dan pertandingan. Dalam imagery ini, atlet membayangkan secara berulang ketika ia menggunakan atau melatih kemampuannya.

  5. Cognitive General (CG). Imagery ini digunakan untuk pengembangan dan pelaksanaan strategi dalam latihan dan pertandingan. Dalam imagery ini, atlet membayangkan secara berulang strategi permainan.

Cox (2007) menyatakan bahwa terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan imagery , yaitu bagaimana imagery dilakukan (sudut pandang imagery ) dan mode sensoris yang digunakan dalam imagery . Berikut merupakan penjelasan mengenai kedua hal tersebut:

  • Sudut pandang imagery. Imagery dapat dilakukan melalui dua sudut pandang, yaitu sudut pandang internal dan eksternal. Pada imagery internal, individu membayangkan situasi melalui sudut pandang pribadi (orang pertama). Imagery internal merupakan suatu yang alami bagi individu karena hal ini merupakan cara sebenarnya individu melihat dunia ketika melakukan sesuatu. Pada imagery eksternal, individu membayangkan situasi melalui sudut pandang orang lain (sudut pandang orang ketiga) sehingga ia dapat melihat dirinya yang sedang melakukan aktifitas pada situasi tertentu.

    Sebagai contoh, atlet bulutangkis yang melakukan imagery internal hanya dapat melihat tangannya yang memegang raket dan hal-hal yang berada di depan matanya. Ia tidak dapat melihat hal-hal lain tidak berada di jangkauan penglihatannya seperti posisi seluruh badan, wajahnya, dan situasi penonton yang ada di belakangnya. Sedangkan ketika atlet menggunakan imagery eksternal, ia dapat melihat keseluruhan posisi badannya. Ia dapat melihat situasi penonton dan hal-hal lain yang tidak dapat ia lihat ketika ia menggunakan imagery internal.

  • Mode sensoris. Berdasarkan definisi imagery, seluruh indra memiliki keterlibatan dalam imagery. Indra tersebut yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, perabaan, dan pergerakan. Baik imagery internal maupun eksternal menggunakan indra tersebut. Meskipun demikian, salah satu mode akan lebih berguna daripada mode lainnya dalam olahraga yang berbeda.

    Contohnya mode kinestetik dan auditoris lebih berguna pada atlet senam irama dibandingkan dengan mode visual. Namun pada olahraga tinju yang membutuhkan antisipasi terhadap pergerakan lawan, mode visual lebih diperlukan dibandingkan dengan mode auditoris.

Terdapat tiga kemampuan dasar yang harus dimiliki agar imagery dapat berfungsi dengan baik (Vealey & Greenleaf, 2001).

  1. Kemampuan pertama yaitu kemampuan untuk membuat gambaran yang jelas (vividness). Gambaran yang jelas dapat mempertajam detail yang ada pada gambaran tersebut. Semakin jelas gambaran yang dibuat akan mempengaruhi efektifitas dari imagery.

  2. Kemampuan kedua yaitu kemampuan untuk mengontrol gambaran yang dibuat (controllability). Dengan adanya kemampuan ini, atlet dapat memanipulasi gambaran yang ada dipikiran sesuai dengan kehendaknya. Kemampuan ini juga menjaga atlet agar tidak mudah terdistraksi oleh gambaran lain yang tidak seharusnya ada dalam gambaran yang ia buat.

  3. Kemampuan ketiga yaitu kemampuan untuk menyadari pikiran dan perasaan yang dapat mempengaruhi performa ketika bertanding dan berlatih (self awareness).

Imagery merupakan salah satu bentuk latihan mental yang memiliki cakupan yang luas. Terdapat berbagai macam definisi serta pembagian jenis Imagery . Pada dasarnya latihan Imagery adalah sebuah latihan mental yang mengoptimalkan pada proses membayangkan yang menggunakan seluruh panca indera. Secara harfiah Imagery berarti “membayangkan”. Imagery melibatkan berbagai aspek penginderaan (visual, audio, penciuman/ olfactory , perabaan/ tactile , keseimbangan/ kinesthetic , pengecap/ taste ) dalam proses berlatih.

Ada beberapa tipe terkait Imagery . Weinberg & Gould (2007: 296) mengemukakan bahwa latihan mental untuk persiapan kompetisi mencakup vizualitation, mental rehearsal, symbolic rehearsal, covert practice, Imagery dan mental practice .

Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana memunculkan gambaran sebuah bayangan gerakan pada pikiran atlet. Hal tersebut identik dengan bagaimana pandangan setiap atlet dalam memunculkan bayangan. Istilah perspective Imagery dapat diartikan sebagai teknik menggunakan Imagery berdasarkan pandangan atlet.

Mahoney & Avener (Weinberg & Gould, 2007) mengklasifikasikan perspective Imagery menjadi dua yaitu intenal Imagery dan external Imagery.

1) Internal Imagery

Murphy (2005) mendefinisikan internal Imagery sebagai sebuah fenomena yang nyata yang diaktualisasikan melalui imajinasi/hayalan di dalam tubuh sehingga benar-benar fenomena itu nyata. Internal Imagery memiliki definisi bahwa seorang individu atlet membayangkan situasi melalui sudut pandang pribadi (orang pertama). Artinya atlet membayangkan dirinya sendiri pada saat melakukan sebuah gerakan tertentu dalam pikirannya.

Ada dua landasan dasar latihan dalam mengembangkan latihan Imagery yaitu: Ketajaman ( vividness ), latihan ketajaman Imagery dapat dilakukan misalnya melalui tiga tahapan, yaitu

  • Membayangkan hal-hal yang sudah sangat dikenal, misalnya membayangkan rumah sendiri,

  • Membayangkan satu keterampilan khusus yang dimiliki,

  • Membayangkan keseluruhan penampilan secara baik.

2) Eksternal Imagery

External Imagery memiliki definisi bahwa seorang individu atlet membayangkan sebuah gerakan berdasarkan sudut pandang orang ketiga. Artinya dalam proses membayangkan seorang atlet bertindak sebagai dan pengamat sebuah teknik. Untuk dapat memunculkan sebuah bayangan perlu dibantu dengan menggunakan sebuah stimulus luar agar membentuk gambaran sebuah gerakan dipikiran atlet.

Pelaksanaan Latihan Mental Imagery

Latihan Imagery merupakan salah satu bentuk latihan mental yang bertujuan untuk meningkatkan performa atlet. Dengan kata lain latihan Imagery bertujuan meningkatkan kemampuan teknik yang sudah dimiliki oleh atlet agar mencapai hasil terbaik.

Hall dalam (Weinberg & Gould, 2007) menyatakan bahwa atlet menggunakan Imagery sebelum, pada saat dan setelah latihan. Program latihan Imagery akan dilakukan selama enam kali pertemuan, setiap minggu dilakukan dua kali. Cox (2002) menyatakan pelatihan Imagery bertujuan untuk meningkatkan kemampuan psikologis atlet dilakukan sebanyak 5 sampai 6 kali pertemuan. Latihan Imagery dapat dilakukan hampir setiap saat menjelang dan sesudah latihan, atau menjelang dan sesudah pertandingan selama jeda pertandingan.

Manfaat Imagery

Berikut ini manfaat penggunaan latihan Imagery antara lain:

1. Meningkatkan konsentrasi.

Seorang atlet dalam proses berlatih mapun bertanding pasti akan mengalami gangguan konsentrasi. Melalui latihan Imagery , atlet dapat membayangkan saat-saat mengalami gangguan konsentrasi dan bersamaan dengan itu pula membayangkan bagaimana atlet dapat mencari solusi serta mempertahankan konsentrasinya.

2. Meningkatkan rasa percaya diri

Dengan latihan Imagery seorang atlet dapat membayangkan sebuah pertandingan yang ketat dan penuh dengan tekanan penonton. Dengan hal itu seorang pemain akan terlatih menjaga rasa percaya diri dengan mampu menghandle rasa nervous ketika berlatih Imagery .

3. Mengendalikan respon emosional

Seorang atlet dengan berlatih Imagery dapat membayangkan dimana saat atlet tersebut dicurangi oleh wasit dalam pertandingan. Dengan Imagery , seorang atlet tersebut dapat berlatih mengontrol emosi ketika dirugikan wasit atau lawan.

4. Memperbaiki latihan keterampilan

Dengan Imagery seorang atlet dapat berlatih lebih sistematis dalam memahami sebuah rangkaian gerak sebuah teknik yang benar dan efisien. Ketika seorang atlet mampu menguasai persepsi gerak teknik dengan baik maka pada pelaksanaan gerak nyata akan mendapatkan hasil optimal.

5. Mengembangkan strategi

Seorang atlet dapat berlatih strategi secara leluasa dengan Imagery . Dengan Imagery seorang atlet dapat membayangkan berbagai variasi strategi bermain tanpa harus terjun langsung dan berhadapan langsung dengan lawan.

6. Mengatasi rasa sakit

Melalui latihan mental seseorang akan lebih mampu mengendalikan rasa sakinya, seperti misalnya dengan memindahkan perhatian internal dari rasa sakit ke bagian tubuh lain, membayangkan hal menyenangkan.

7. Persiapan kompetisi

Dengan latihan Imagery , seorang atlet dapat membayangkan detail arena tempat bertanding, calon lawan dan karakter lingkungan. Hal tersebut akan membantu seorang atlet dalam mempersiapkan startegi dalam bertanding.

8. Mengatasi masalah gerak

Dengan Imagery seorang atlet dapat membayangkan dan menganalisa terkait kesalahan gerak teknik yang ada. Hal tersebut akan memperbaiki kualitas penampilan atlet sehingga dapat menemukan bentuk kesalahan pada sebuah teknik.

Dasar-Dasar Latihan Imagery

Menurut Weinberg & Gould (2007) mengemukakan bahwa “dalam mengembangkan latihan Imagery ada dua landasan dasar latihan yaitu, ketajaman ( vividness ) dan keterkendalian ( controllability ) yang pada masing-masing landasan terdiri atas beberapa langkah.” Berikut ini penjelasan terkait dua landasan tersebut:

1. Vividnes (Ketajaman)

Latihan ketajaman Imagery dapat dilakukan melalui tiga proses yaitu:

  • Membayangkan hal-hal yang sudah sangat dikenal,

  • Membayangkan suatu keterampilan khusus yang sudah dimiliki,

  • Membayangkan keseluruhan penampilan secara baik

2) Controllability (Keterkendalian)

Dalam proses latihan Imagery selain faktor ketajaman yang perlu diasah. Faktor keterkendalian juga penting untuk diasah. Keterkendalian disini berfungsi untuk menjaga fokus bayangan utama sebuah gerakan agar tidak terkontaminasi dengan munculnya bayangan gerakan yang lain.