Apa yang dimaksud dengan Hiperpigmentasi?

hiperpigmentasi

Hiperpigmentasi adalah suatu kondisi pada kulit yang disebabkan oleh peningkatan melanin, zat dalam tubuh yang bertanggung jawab untuk pewarnaan kulit (pigmen). Ketika seseorang sehat, warna kulitnya akan tampak normal. Dalam kasus penyakit atau cedera, kulit seseorang dapat berubah warna, menjadi lebih gelap (hiperpigmentasi) atau lebih terang (hipopigmentasi).

Hiperpigmentasi merupakan kelainan kulit akibat adanya peningkatan deposisi melanin kutaneus baik karena peningkatan sintesis melanin, peningkatan jumlah melanosit, atau gangguan distribusi unit epidermal melanin ke keratinosit. Sebagian besar perubahan warna yang terjadi bergantung pada lokasi deposisi melanin (Lynde dan Kraft, 2006). Hipermelanosis mempunyai dua gambaran klinis yaitu hipermelanosis coklat dan hipermelanosis biru. Hipermelanosis coklat atau melanoderma adalah hipermelanosis yang terjadi karena melanin yang menumpuk pada lapisan epidermis kulit, sedangkan hipermelanosis biru atau seruloderma terjadi karena melanin yang menumpuk pada lapisan dermis kulit (Dewi, 2013).

Hiperpigmentasi dapat terjadi karena dua mekanisme sebagai berikut :

  1. Meningkatnya pigmentasi di epidermis melalui peningkatan aktivitas melanosit

  2. Melanosis pada dermis akibat dari kerusakan melanosit dan melanin keluar dari epidermis masuk ke dalam dermis (James dkk, 2000).

Faktor-faktor yang Menyebabkan Hiperpigmentasi


Hiperpigmentasi secara umum dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan internal:

  1. Faktor eksternal: paparan sinar matahari, obat-obatan, dan bahan kimia. Sinar UV menimbulkan efek buruk bagi kulit yang bersifat langsung dan tidak langsung. Efek langsung dari radiasi UV akan menimbulkan serangkaian reaksi biologik yang terjadi pada kulit. Prekursor-prekursor melanin akan menyerap foton-foton dari sinar UV A, sehingga menjadi fotosensitizer dan menimbulkan terbentuknya radikal bebas, yang dapat meningkatkan aktifitas tirosinase dan memicu proses melanogenesis. Efek tidak langsung dari radiasi sinar UV adalah merangsang sintesis dan sekresi faktor-faktor parakrin keratinosit. Peningkatan jumlah melanin dan perubahan fungsinya merupakan bentuk adaptasi dari melanosit. Proses ini merupakan perlindungan alamiah yang dimiliki oleh kulit dalam melawan pajanan sinar matahari (Park dan Yaar, 2012).

    Hiperpigmentasi dapat disebabkan oleh beberapa obat- obatan, yang paling banyak menyebabkan hiperpigmentasi adalah NSAID‟s (Non steroidal antiinfalamatory drugs), antimalaria, amiodaron, obat-obatan sitotoksik, tetrasiklin, dan obat-obatan psikotropika. Gambaran klinisnya sangat beragam sesuai dengan molekul yang memicunya (Dereure, 2001).

  2. Faktor internal : hormonal, genetik dan ras, hiperpigmentasi pasca inflamasi. Hiperpigmentasi sering terjadi saat seorang wanita tengah hamil, lokasi yang sering mengalami hiperpigmentasi antara lain pipi, atas bibir, dagu, dan dahi. Kondisi ini disebut dengan kloasma atau mask of pregnancy.
    Manifestasi dari hiperpigmentasi pasca infamasi adalah makula tepinya melingkar, dan dapat mengenai epidermis maupun dermis. Hiperpigmentasi pasca inflamasi terjadi setelah proses inflamasi yang terjadi pada kulit misalnya jerawat, dermatitis kontak, atau dermatitis atopik (Hearing, 2007).

Dampak Hiperpigmentasi


Hiperpigmentasi adalah sebuah kondisi yang sering dijumpai. Bentuk hiperpigmentasi yang paling sering ditemukan adalah malesma, lentigo, dan hiperpigmentasi pasca inflamasi. Dampak negatif dalam hal psikologis dapat terjadi akibat hiperpigmentasi, terutama jika hiperpigmentasi terjadi pada daerah wajah. Hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan emosional seseorang, menurunkan fungsi sosial, serta menurunkan produktifitas dalam bekerja atau bersekolah, dan mempengaruhi harga diri seseorang. Pada setiap kasus hiperpigmentasi pasien merasa sisi kosmetiknya menjadi tidak menyenangkan, dan hal ini dapat menimbulkan rasa malu atau stress emosional (Kimberly dkk, 2014).

1 Like