Apa yang dimaksud dengan hidpronik?

Hidroponik

Hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah, “yang artinya hidroponik adalah menanam dalam air yang mengandung campuran hara. Hidroponik tidak lepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan tanaman”.

“Dengan teknik hidroponik hasil dari produksi tanaman yang didapat berkualitas tinggi”.

2 Likes

Hydroponic berasal dari bahasa latin yang merupakan gabungan kata Hydro yang berarti air dan Phonos yang berarti kerja. Hidroponik merupakan sistem bercocok tanam yang menggunakan sumber utama tenaga kerja air dan larutan nutrisi untuk menumbuhkan tanaman. Hidroponik juga disebut sebagai metode soilless atau bercocok tanam tanpa media tanah, media tanam hidroponik menggunakan cocopeat, spon, rockwool, pasir, arang sekam, kerikil, Hidroton, dan lain sebagainya. Metode bercocok tanam Hidroponik disebut sebagai metode ramah lingkungan.

Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik


Menanam secara hidroponik dapat memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan menanam secara konvensional menggunakan tanah. Berkebun hidroponik dapat memberi keuntungan bagi pekebun maupun bagi lingkungan.

Kelebihan hidroponik diantaranya sebagai berikut:

  1. Tanaman yang dihasilkan lebih bersih karena tidak menggunakan tanah. Penularan hama dan penyakit yang berasal dari tanah dapat dicegah.

  2. Menanam dapat dilakukan di lahan terbatas terutama di daerah perkotaan.

  3. Instalasi dapat dipakai berulang.

  4. Penggunaan air dan nutrisi lebih efisien.

  5. Penyiraman diganti dengan pengisian nutrisi yang dapat dilakukan seminggu sekali.

  6. Sayur yang dihasilkan dapat bertahan lebih lama. Untuk sayuran konvensional jika diletakkan di tempat terbuka bertahan 2 sampai 3 hari, sedangkan sayuran hidroponik dapat bertahan selama 5 hari

  7. Bebas pestisida atau insektisida pada permukaan tanaman yang dihasilkan terutama tanaman sayuran daun yang cepat masa panennya.

Namun hidroponik juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya

  1. Semakin banyak kapasitas tanaman yang dapat ditampung dalam suatu modul hidroponik, harga modul semakin mahal

  2. Semakin tinggi kualitas modul hidroponik harganya semakin mahal. Dilihat dari kualitas material konstruksi, material modul, maupun pompa yang digunakan

  3. Membutuhkan biaya tambahan untuk membuat Green House bagi modul hidroponik yang memang dipergunakan untuk tujuan komersil.

Prinsip Hidroponik


Prinsip-Prinsip Hidroponik

Gambar. Prinsip-Prinsip Hidroponik (Sumber: Imaniar Vanda Sandria, 2017)

Prinsip utama hidroponik diantaranya adalah bibit tanaman, media tanam, nutrisi, air, sinar matahari, udara dan temperatur. Berikut adalah penjelasan mengenai prinsip hidroponik

Media tanam

Media tanam digunakan sebagai tempat pijakan akar agar tanaman dapat tumbuh tegak. Media tanam dapat diletakkan di netpot maupun langsung wadah tanam hidroponik. Jenis-jenis media tanam pengganti tanah yang dapat digunakan untuk hidroponik diantaranya:

Media tanam Hidroponik

(Sumber: Imaniar Vanda Sandria, 2017)

Nutrisi Tanaman

Zat hara yang dibutuhkan tanaman dalam sistem hidroponik telah banyak dijual di pasaran dalam bentuk nutrisi serbuk dan cairan siap pakai. Nutrisi hidroponik dikenal dengan istilah AB mix. Penggantian larutan nutrisi dalam reservoir sangat dianjurkan setiap 7-10 hari sekali agar tanaman dapat tumbuh optimal. Nutrisi hidroponik yang tersedia bermacam-macam termasuk nutrisi yang bersifat alami atau organik dapat menjadi pilihan pengguna.

Air

Air digunakan untuk melarutkan nutrisi. Air baku dengan TDS (Total Dissolved Solids) dibawah 100 sangat dianjurkan. Air tetesan AC, air hujan, maupun air mineral dapat digunakan sebagai pelarut nutrisi karena memiliki PPM (Part per Million) 30-60. Air dengan pH 7 atau bersifat netral sangat disarankan sebagai pelarut nutrisi hidroponik. Setiap 1 liter air digunakan untuk melarutkan 5 ml nutrisi A dan 5 ml nutrisi B atau disebut dengan nutrisi AB mix.

Udara dan Temperatur

Tanaman memerlukan udara sehingga dapat menyerap CO2 (karbondioksida) untuk pertumbuhan. Bagian tanaman yang membutukan udara adalah akar, batang, dan daun. Dibutuhkan ruang udara diantara pangkal akar dengan batas atas larutan nutrisi. Pompa dan kerikil akuarium dapat digunakan sebagai aerasi air dan nutrisi terlarut. Tanaman juga memerlukan suhu yang sesuai berkisar 25-30°celcius.

Pencahayaan

Tanaman hidroponik memerlukan penyinaran 4-8 jam setiap hari agar dapat tumbuh optimal. Kebutuhan pencahayaan tiap tanaman berbeda-beda. Sinar matahari yang terlalu terik dapat membuat tanaman menjadi layu, untuk mengurangi hal tersebut instalasi hidroponik diberi pelindung atap. Lampu merupakan alternatif pencahayaan di tempat dengan keterbatasan cahaya matahari. Berikut penjelasan mengenai alternatif pencahayaan:

Alternatif Pencahayaan Hidroponik

Tabel. Alternatif Pencahayaan

Jenis-jenis Sistem Hidroponik


Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian, sistem hidroponik pun mengalami kemajuan dan berbagai pembaruan. Hal tersebut membuat hidroponik tersedia beberapa pilihan sistem. Secara umum, sistem hidroponik dibagi menjadi dua yaitu sistem statis dan sistem alir.

Jenis-Jenis Sistem Hidroponik

Gambar. Jenis-Jenis Sistem Hidroponik (Sumber: Imaniar Vanda Sandria, 2017)

Hidroponik sistem statis (larutan nutrisi tidak bergerak) terdiri dari sistem sumbu (wick) dan sistem rakit apung (deep water culture). Sedangkan sistem alir terdiri dari sistem NFT (Nutrient Film Technique), DFT (Deep Flow Technique), Sistem tetes (drip), Ebb&flow.

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing sistem hidroponik:

Sistem Sumbu ( Wick System )

Hidroponik Sistem Sumbu

Gambar. Hidroponik Sistem Sumbu (Sumber: Imaniar Vanda Sandria, 2017)

Wick System termasuk sistem statis atau disebut sistem sumbu yang menggunakan sumbu sebagai media untuk mengalirkan nutrisi dari wadah ke akar dengan memanfaatkan kapilaritas air.

Sistem Rakit Apung ( Deep Water Culture )

Sistem Rakit Apung Hidroponik

Gambar. Hidroponik Sistem Rakit Apung (Sumber: Imaniar Vanda Sandria, 2017)

Disebut dengan sistem rakit apung. Termasuk sistem statis karena air tidak mengalir. Perbedaan dengan sistem sumbu adalah akar tanaman dan media tanam langsung mengenai larutan nutrisi tanpa menggunakan sumbu dan diberi aerator untuk menghasilkan oksigen dalam larutan.

Nutri Film Technique (NFT)

Hidroponik Sistem Nutri Film Technique

Gambar. Hidroponik Sistem Nutri Film Technique (Sumber: Imaniar Vanda Sandria, 2017)

Termasuk jenis sistem hidroponik alir. Modul peletakannya miring dengan tinggi kemiringan sepuluh persen dari tinggi modul. Cara kerjanya adalah mengalirkan nutrisi dengan perbedaan kemiringan dua sisi modul setinggi 2-3mm. Siklus air dari reservoir dipompa ke modul yang letaknya paling tinggi, kemudian air mengalir dengan sendirinya ke posisi terendah sehingga air nutrisi kembali ke wadah penampung.

Deep Flow Technique (DFT)

Hidroponik Sistem Deep Flow Technique

Gambar. Hidroponik Sistem Deep Flow Technique (Sumber: Imaniar Vanda Sandria, 2017)

Termasuk jenis sistem hidroponik alir. Peletakan komponen system hidroponik sama seperti system NFT, namun pada system DFT ini, modul utama juga dapat berfungsi sebagai wadah penampung larutan nutrisi. Sehingga ketika tidak ada listrik untuk mengalirkan larutan nutrisi, tanaman masih dapat tercukupi dari larutan nutrisi yang tertampung pada modul utama.

Gully sistem DFT

Gambar. Gully sistem DFT (Sumber: Imaniar Vanda Sandria, 2017)

Gully atau pot utama pada system DFT dapat menampung nutrisi dengan ketebalan 5cm. Komposisi perbandingan nutrisi dan udara yang disarankan adalah 50:50 agar oksigen untuk akar tanaman mencukupi.

Drip System (Sistem Tetes)

Hidroponik Sistem Tetes

Gambar. Hidroponik Sistem Tetes (Sumber: Imaniar Vanda Sandria, 2017)

Drip System atau disebut dengan sistem tetes termasuk jenis hidroponik sistem alir. Sistem kerjanya adalah air langsung dialirkan ke modul utama menggunakan pipa kapiler, kemudian air akan menetes kembali ke wadah air nutrisi kemudian akan dialirkan kembali ke modul utama dan membuat suatu siklus.

Ebb & Flow System .

Hidroponik Sistem Ebb & Flow

Gambar. Hidroponik Sistem Ebb & Flow (Sumber: Imaniar Vanda Sandria, 2017)

Secara prinsip sistem kerja Ebb & Flow system sama seperti sistem tetes (Drip) namun air dialirkan secara periodik dalam waktu tertentu menggunakan timer otomatis Pompa air Wadah air dan nutrisi

Perbandingan Sistem Hidroponik

Gambar. Perbandingan Sistem Hidroponik (Sumber: Imaniar Vanda Sandria, 2017)

Pompa Nutrisi


Terdapat dua jenis pompa nutrisi yang digunakan untuk berkebun dengan metode hidroponik berdasarkan kapasitas tanam dan kebutuhan volume nutrisi yang dibutuhkan. Untuk mengetahui jenis pompa yang digunakan pada sistem hidroponik yaitu dengan cara mengetahui kapasitas volume nutrisi dan mengetahui ketinggian modul hidroponik. Jenis submersible pump digunakan untuk metode hidroponik sistem alir skala penghobi dengan kapasitas kurang dari 1000 tanaman.

Jenis-jenis Tanaman


Budi daya tanaman tanpa tanah ini memerlukan wadah untuk media tanam yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran jenis tanamannya karena karakteristik tumbuh tanaman berbeda. Ada yang merambat, tumbuh vertikal, dan tumbuh melebar ke samping. Namun, tidak semua jenis tanaman dapat dibudidayakan dengan sistem hidroponik. Tanaman yang memerlukan banyak air untuk pertumbuhan atau yang habitat aslinya adalah air kurang cocok jika ditanam dengan teknik hidroponik.

Lama masa panen tanaman juga dapat memengaruhi desain wadah atau modul hidroponik. Masa panen tiap tanaman juga dipengaruhi oleh prinsip-prinsip penting hidroponik seperti air, nutrisi, udara, dan temperatur. Berikut adalah tabel perkiraan umur mulai panen beberapa jenis sayuran yang dapat ditanam menggunakan sistem hidroponik:

image

Tabel. Perkiraan Umur Mulai Panen Beberapa Jenis Sayuran.

Menurut survey, jenis sayur daun yang banyak diminati oleh penghobi dan konsumen hidroponik adalah sawi-sawian dan selada. Dalam menanam benih tanaman ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan agar tanaman tumbuh optimal. Faktor penting tersebut diantaranya adalah cara menanam benih (ditanam tunggal atau berkoloni), pH dan TDS (kepekatan larutan nutrisi pada reservoir).

Cara panen tanaman juga berbeda berdasarkan jenisnya. Berikut merupakan tabel jenis-jenis tanaman beserta faktor penting yang perlu diperhatikan:

Jenis-jenis tanaman

Tabel. Jenis-jenis tanaman

Pemilihan jenis sayur daun yang ditanam dalam modul hidroponik sebaiknya memiliki kriteria pH dan PPM yang rentang ukurannya tidak jauh berbeda seperti jenis sayur sawi dan selada dengan pH 6 dan PPM 560-840.

Aktivitas hidroponik


Secara umum aktivitas hidroponik terdiri dari proses penyemaian, perawatan, dan sterilisasi atau pembersihan modul. Peluang desain unuk mendukung aktivitas hidroponik yaitu membuat alat bantu penyemaian yang sekaligus dapat menjadi modul utama agar praktis dan tidak membutuhkan peralatan tambahan. Dibutuhkan juga desain sarana hidroponik yang dapat memudahkan dalam mengontrol pencahayaan dan nutrisi.

Aktivitas bercocok tanam dengan sistem hidroponik yang dilakukan dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:

Pra-aktivitas (penyemaian atau pembibitan tanaman). Penyemaian bibit tanaman di wadah, dimana wadah yang digunakan terpisah dari modul utama.

Aktivitas dan perawatan (selama menggunakan modul hidroponik, pengisian nutrisi, pindah tanam hasil penyemaian). Pemindahan bibit dilakukan ketika tanaman sudah tumbuh 4 daun beserta media tanamnya. Dipindah dari wadah penyemaian ke netpot. Kemudian netpot diletakkan pada modul hidroponik.

Pasca-aktivitas (panen dan sterilisasi modul). Kontrol pompa, pengisian larutan nutrisi, kontrol pH dan volume nutrisi.

Kondisi ekstrim (servis pompa, penanggulangan hama dan penyakit). Pengecekan rutin terhadap pompa.

image

Sumber : Imaniar Vanda Sandria, 2017, Desain Sarana Vertikultur Hidroponik Sistem Alir Semi Otomatis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

1 Like

Hidroponik atau istilah asingnya hydroponics, adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman. Hidroponik berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari kata hydro yang berarti air dan kata ponos yang berarti kerja.

Definisi hidroponik adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan tempat akar tanaman mengambil unsur hara yang diperlukan. Umumnya media tanam yang digunakan bersifat poros, seperti pasir, arang sekam, batu apung, kerikil, rockwool (Lingga, 1999).

Prinsip dasar budidaya tanaman secara hidroponik adalah suatu upaya merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman sehingga ketergantungan tanaman terhadap alam dapat dikendalikan. Rekayasa faktor lingkungan yang paling menonjol pada hidroponik adalah dalam hal penyediaan nutrisi yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman.

Untuk memenuhi kebutuhan sinar matahari dan kelembaban udara yang diperlukan tanaman selama masa pertumbuhannya, perlu dibangun greenhouse yang berfungsi untuk mengatur suhu dan kelembaban udara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Lingga, 1987). Bertanam secara hidroponik sebenarnya sangat cocok dikembangkan baik skala rumah tangga maupun skala industri.

Menurut Hudoro (2003) keuntungan hidroponik secara umum yaitu:

  1. Tidak memerlukan lahan yang luas, sehingga bertanam dengan cara hidroponik dapat dilakukan di dalam ruangan sekalipun.
  2. Kebutuhan air, unsur hara, maupun sinar matahari dapat diatur menurut jenis dan kebutuhan tanaman, baik secara manual, maupun mekanik ataupun elektrik.
  3. Pengontrolan hama lebih mudah.
  4. Kebutuhan lahan dan tenaga dapat dihemat.
  5. Pada lahan yang relatif sama dapat ditanam lebih dari satu tanaman.
  6. Kondisi tanaman dan lingkungan lebih bersih.
  7. Media tertentu dapat dipakai berulang kali, seperti pecahan batu bata, perlit dan batu koral split.
  8. Tidak diperlukan perlakuan khusus seperti penggemburan tanah karena media tanamnya bukan tanah.

Berdasarkan penggunaan larutan nutrisinya, hidroponik digolongkan menjadi dua, yaitu hidroponik sistem terbuka dan hidroponik sistem tetutup. Pada hidroponik sistem terbuka, larutan nutrisi dialirkan ke daerah perakaran tanaman dan kelebihannya dibiarkan hilang.

Sedangkan hidroponik sistem tertutup, kelebihan larutan nutrisi yang diberikan, ditampung dan disirkulasikan kembali ke daerah perakaran tanaman. Pada hidroponik sistem tertutup, kandungan unsur-unsur hara dalam larutan nutrisi akan berubah seiring dengan penyerapannya oleh tanaman (Chadirin, 2007).

Menurut Chadirin (2007) hidroponik juga dapat digolongkan menjadi dua berdasarkan tempat tumbuh dan berkembangnya akar, yaitu:

  1. Hidroponik kultur air/larutan, jika dalam sistem hidroponik tersebut akar tanaman tumbuh dan berkembang dalam larutan nutrisi
  2. Hidroponik substrat atau agregat, dimana akar tanaman tumbuh dan berkembang di dalam media agregat seperti pasir, kerikil, rockwool, ataupun campuran media organik.

Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik sama halnya dengan tanaman secara konvensional membutuhkan kecukupan nutrisi baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Nutrisi tersebut dibagi ke dalam dua bagian, yaitu unsur mikro dan makro. Unsur makro diantaranya karbon (C), oksigen (O), nitrogen(N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Unsur mikro diantaranya boron (B), besi (Fe), tembaga (Cu), mangan (Mn), seng (Zn) dan molybdenum (Mo).

Teknologi hidroponik menggunakan media tanam yang dapat menahan air. Media tanam adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman, tempat akar atau bakal akar agar tumbuh dan berkembang. Secara umum media tanam memiliki fungsi utama sebagai penyedia air, unsur hara atau nutrisi bagi kebutuhan tanaman, tempat untuk melakukan pertukaran gas dari dan ke akar tanaman, pendukung tanaman untuk tegak berdiri.

Menurut Chadirin (2007), saat ini dikenal delapan macam teknik hidroponik modern, yaitu Nutrient Film Tecknique (NFT), Static Aerated Technique (SAT), Ebb and Flow Technique (EFT), Deep Flow Technique (DFT), Aerated flow Technique (AFT), Drip Irigation Technique (DIT), Root Mist Technique (RMT), dan Fog Feed Technique (FFT). Namun yang akan dijelaskan dalam sub bab ini adalah Nutrient Film Tecknique (NFT) dan Deep Flow Technique (DFT).

  1. DFT (Deep Flow Technique)
    Deep Flow Technique (DFT) merupakan salah satu metode hidroponik yang menggunakan air sebagai media untuk menyediakan nutrisi bagi tanaman dengan pemberian nutrisi dalam bentuk genangan. Tanaman dibudidayakan di atas saluran yang dialiri larutan nutrisi setinggi 4-6 cm secara kontinyu, dimana akar tanaman selalu terendam di dalam larutan nutrisi.

    Larutan nutrisi akan dikumpulkan kembali ke dalam bak nutrisi, kemudian dipompakan melalui pipa distribusi ke kolam penanaman secara kontinyu (Chadirin,2007). Deep Flow Technique (DFT) sebaiknya dilakukan pada kolam berbentuk persegi empat dan berukuran besar, agar mudah melakukan pengaturan dan tidak ada ruang yang terbuang.

    Perawatan pada sistem DFT lebih mudah dibandingkan dengan sistem hidroponik yang lain, yaitu dengan mengganti styrofoam, menguras kolam dan mengontrol instalasi irigasi yaitu pada pompa dan pipa-pipa distribusi(Gunarto, 1999).

  2. NFT (Nutrient Film Technique)
    Menurut Chadirin (2007), Nutrient film technique (NFT) adalah metode budidaya yang akar tanamannya berada di lapisan air dangkal tersirkulasi yang mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa jadi berkembang di dalam larutan nutrisi dan sebagian lainnya di atas permukaan larutan.

    Bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab tetap berada di udara dan di sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan nutrisi. Syarat-syarat yang diperlukan untuk membuat selapis nutrisi tersebut adalah sebagai berikut:

  • Kemiringan talang tempat mengalirnya larutan nutrisi ke bawah benar-benar seragam
  • Kecepatan aliran nutrisi masuk tidak boleh terlalu cepat
  • Lebar talang memadai untuk menghindari terbendungnya aliran nutrisi oleh kumpulan akar
  • Dasar talang harus rata dan tidak melengkung.
1 Like

Hidroponik merupakan pertumbuhan tanaman dalam larutan nutrisi cair dengan atau tanpa menggunakan media buatan/media tanam. Media yang biasa digunakan meliputi sabut, perlit, vermikulit, pecahan bata, dan serat kayu. Hidroponik telah dikenal sebagai metode yang baik dan untuk menghasilkan sayuran (tomat, selada, mentimun) serta tanaman hias seperti tanaman herbal, mawar, freesia, dan tanaman dedaunan. Berikut merupakan beberapa manfaat menggunakan teknik budidaya tanaman secara hidroponik:

  • Bisa dilakukan tempat yang tidak memungkinkan (misalnya, daerah gurun kering atau daerah beriklim dingin).
  • Kontrol yang lebih lengkap terhadap kandungan nutrisi, pH, dan lingkungan tumbuh.
  • Biaya air dan nutrisi yang lebih rendah terkait dengan daur ulang air dan nutrisi.
  • Pertumbuhan lebih cepat karena lebih banyak oksigen yang tersedia di area akar.
  • Penghapusan atau pengurangan serangga, jamur, dan bakteri terkait tanah.
  • Hasil panen yang jauh lebih tinggi.
  • Tidak diperlukan penyiangan atau penanaman.
  • Beberapa tanaman, seperti selada dan stroberi, dapat diangkat dari permukaan tanah ke ketinggian yang jauh lebih baik untuk penanaman, penanaman, dan panen. Ini memberikan kondisi kerja yang jauh lebih baik dan karenanya menurunkan biaya tenaga kerja.
  • Rotasi / penebangan tanaman tidak perlu.
  • Syok transplantasi berkurang

Sedangkan Kekurangan dari hidroponik sendiri yaitu:

  • Biaya awal dan operasional lebih tinggi daripada kultur tanah.
  • Keterampilan dan pengetahuan diperlukan untuk beroperasi dengan baik.
  • Beberapa penyakit seperti Fusarium dan Verticillium dapat menyebar dengan cepat melalui sistem. Namun, banyak varietas yang kebal terhadap penyakit di atas telah dibiakkan

Teknik budidaya tanaman dengan hidroponik, memiliki beberapa teknik lagi yang harus dipahami, yaitu:

  • Nutrient Film Technique (NFT) : suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen.
  • Static Aerated Technique : disebut juga sebagai sistem pasif, karena tidak menggunakan tenaga dari sumber energi luar untuk menyalurkan air ke daerah perakaran tanaman. Tanaman tumbuh diatas suatu kedalaman larutan nutrisi yang tidak bergerak (statis).
  • Ebb and Flow Technique : teknik ebb (airsurut) dan flow , tanaman dialiri larutan nutrisi dengan cara penggenangan secara berkala, kemudian genangan larutan nutrisi tersebut dialirkan kembali ke bak penampungan larutan nutrisi
  • Deep Flo Technique : larutan nutrisi yang memiliki kedalaman berkisar 4–6cm, disirkulasikan melewati daerah perakaran menggunakan pompa air maupun dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
Referensi

Sharma, N., Acharya, S., Kumar, K., Singh, N., Dan Chaurasia, O. P. (2018). Hydroponics As An Advanced Technique For Vegetable Production: An Overview. Journal Of Soil And Water Conservation 17(4), DOI: 10.5958/2455-7145.2018.00056.5.

Shrestha, A., and Dunn, B. (2015). Hydroponics. Oklahoma State University: Division of Agricultural Sciences and Natural Resources.

HIDROPONIK

Secara sederhana hidroponik diartikan sebagai cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah. Bercocok tanam hidroponik dilakukan di atas pasir, kerikil, arang sekam atau yang lainnya, bahkan hidroponik juga bisa dilakukan hanya dengan air saja tanpa menggunakan media tanam apapun.

Cara kerja hidroponik yaitu tanaman dibenamkan di media yang bukan tanah, lalu mengalirinya dengan air yang dicampur dengan nutrisi-nutrisi penting bagi tanaman. Titik fokus bertanam hidroponik terdapat pada pemberian nutrisi. Adapun media tanam seperti pasir, kerikil, arang sekam dan yang lainnya hanyalah sebagai tempat penyangga pertumbuhan tanaman. Media tersebut juga berfungsi sebagai temoat menyimpan air nutrisi sementara hingga nanti disalurkan ke akar tanaman.

Beberapa jenis hidroponik yang umum digunakan antara lain:

  1. Wick System
    Sistem ini merupakan model hidroponik yang paling sederhana, yaitu menggunakan sumbu yang menghubungkan pot tanaman dengan media larutan nutrisi.

  2. Nutrient Film Technique (NFT)
    Larutan nutrisi secara terus menerus dialirkan mengenai akar tanaman menggunakan pipa PVC menggunakan pompa dengan teknik resirkulasi.

  3. Deep Water Culture (DWC)
    Tanaman dibuat mengapung pada larutan nutrisi sehingga akar tanaman terendam terus menerus. Penggunaan pompa hanya untuk menghasilkan oksigen di dalam larutan nutrisi.

  4. Drip System
    Sistem ini menggunakan 2 (dua) buah kontainer terpisah yaitu bagian atas dan bawah. Kontainer atas untuk tanaman dan yang bawah untuk larutan nutrisi. Larutan nutrisi dipompa naik dan menyiram batang tanaman dan akan larutan sisa akan turun ke kontainer bawah setelah melewati media tanam dan akar tanaman.

  5. Ebb and Flow Systems (Flood and Drain System)
    Pengaturannya mirip dengan sistem infus, di mana ada dua kontainer, yang satu di atas berisi tanaman dalam pot dengan substrat dan yang ada di bagian bawah yang mengandung larutan nutrisi. Pemberian nutrisi untuk tanaman dilakukan dengan sistem pasang surut, yaitu bergantian memenuhi kontainer atas dengan larutan nutrisi dan kemudian mengosongkan larutan nutrisi dan kembali ke kontainer bawah.

Nutri pada Hidroponik

Nutrisi penting pada tanaman hidroponik dibagi menjadi makronutrien dan mikronutrien

Nutrisi penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman terdiri dari 13 unsur, diklasifikasikan sebagai makronutrien (diperlukan dalam jumlah yang lebih besar) seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S) dan mikronutrien (dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit), seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Tembaga (Cu), Zinc (Zn), Molibdenum (Mo) dan Klor (Cl). Sedangkan unsur Karbon (C ) dan Oksigen (O) terdapat di atmosfer dan Hidrogen (H) dipasok oleh air.

  • Nitrogen (N)
    Unsur ini adalah komponen utama pembentukkan klorofil, mendorong pertumbuhan tanaman, merangsang pertumbuhan vegetatif, dan meningkatkan kualitas sayuran dan buah serta meningkatkan kandungan protein.

  • Fosfor (P )
    Berguna untuk merangsang pembentukan dan perkembangan akar dan bunga, berkontribusi pada pematangan biji, mendorong pewarnaan buah, membantu pembentukan biji dan vigor tanaman.

  • Kalium (K)
    Unsur K memberikan kekuatan dan ketahanan terhadap penyakit, meningkatkan ukuran biji, meningkatkan kualitas buah.

  • Kalsium (Ca)
    Berguna untuk merangsang pembentukan dan perkembangan akar lateral, meningkatkan vigor tanaman dan merangsang pembentukan biji.

  • Magnesium (Mg)
    Merupakan komponen utama dari klorofil yang diperlukan untuk biosintesis gula.

  • Sulfur (S)
    Berguna mempertahankan warna hijau, merangsang produksi benih dan membantu perkembangan tanaman.

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan hara dan ketersediaan nutrisi dalam larutan nutrisi dipengaruhi oleh pH larutan, konduktivitas listrik, komposisi nutrisi dan temperatur. Parameter yang mengukur keasaman atau alkalinitas suatu larutan (pH) menunjukkan hubungan antara konsentrasi ion bebas H+ dan OH dalam larutan. Nilai pH larutan nutrisi yang tepat adalah antara 5.5 dan 6.5.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi formulasi nutrisi antara lain jenis dan varietas tanaman, tahap pertumbuhan tanaman, bagian tanaman yang dipanen (akar, batang, daun, buah), musim dan cuaca (suhu, intensitas cahaya, panjang sinar matahari).

Daftar Pustaka:

Susanto, T. 2015. Rahasia Sukses Budi Daya Tanaman dengan Metode Hidroponik . Depok: Bibit Publisher.

Swastika, S., Yufilda, A. & Sumitro, Y. 2017. Budidaya Sayuran Hidroponik (Bertanam Tanpa Media Tanah). Pekanbaru: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Riau, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kemeterian Pertanian.