Apa yang dimaksud dengan Hepatitis A?

Hepatitis A

Hepatitis A adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus hepatitis A yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita; biasanya melalui makanan (fecal - oral). Beberapa kasus hanya memberikan sedikit atau tanpa gejala terutama bagi yang masih muda. Waktu antara dan gejala, antara 2-6 minggu.

Gejalanya biasanya berakhir dalam 8 minggu dan meliputi: mual (nausea), muntah-muntah, mencret, kulit kuning (terutama bagian putih dari mata), demam, dan nyeri abdomen.

Sekitar 10–15% dari penderita akan kambuh kembali dalam 6 bulan setelah infeksi pertama. Penyakit hepatitis A yang fatal jarang terjadi, tetapi mungkin terjadi pada lansia.

Apa yang dimaksud dengan Hepatitis A ?

Hepatitis A adalah infeksi akut di liver yang disebabkan oleh hepatitis A virus (HAV), sebuah virus RNA yang disebarkan melalui rute fekal oral. Lebih dari 75% orang dewasa simtomatik, sedangkan pada anak < 6 tahun 70% asimtomatik. Kurang dari 1% penderita hepatitis A dewasa berkembang menjadi hepatitis A fulminan.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Hepatitis A
Gambar Gejala Hepatitis A

Keluhan

  1. Demam
  2. Mata dan kulit kuning
  3. Penurunan nafsu makan
  4. Nyeri otot dan sendi
  5. Lemah, letih, dan lesu.
  6. Mual dan muntah
  7. Warna urine seperti teh
  8. Tinja seperti dempul

Faktor Risiko

  1. Sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak terjaga sanitasinya.
  2. Menggunakan alat makan dan minum dari penderita hepatitis.

Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

  1. Febris
  2. Sklera ikterik
  3. Hepatomegali
  4. Warna urin seperti teh

Pemeriksaan Penunjang

  1. Tes laboratorium urin (bilirubin di dalam urin)
  2. Pemeriksaan darah : peningkatan kadar bilirubin dalam darah, kadar SGOT dan SGPT ≥ 2x nilai normal tertinggi, dilakukan pada fasilitas primer yang lebih lengkap.
  3. IgM anti HAV (di layanan sekunder)

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Diagnosis Banding

Ikterus obstruktif, Hepatitis B dan C akut, Sirosis hepatis

Komplikasi

Hepatitis A fulminan, Ensefalopati hepatikum, Koagulopati

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

  1. Asupan kalori dan cairan yang adekuat
  2. Tirah baring
  3. Pengobatan simptomatik
    • Demam: Ibuprofen 2x400mg/hari.
    • Mual: antiemetik seperti Metoklopramid 3x10 mg/hari atau Domperidon 3x10mg/hari.
    • Perut perih dan kembung: H2 Bloker (Simetidin 3x200 mg/hari atau Ranitidin 2x 150mg/hari) atau Proton Pump Inhibitor (Omeprazol 1 x 20 mg/hari).

Rencana Tindak Lanjut
Kontrol secara berkala untuk menilai hasil pengobatan.

Konseling dan Edukasi

  1. Sanitasi dan higiene mampu mencegah penularan virus.
  2. Vaksinasi Hepatitis A diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi.
  3. Keluarga ikut menjaga asupan kalori dancairan yang adekuat, dan membatasi aktivitas fisik pasien selama fase akut.

Kriteria Rujukan

  1. Penegakan diagnosis dengan pemeriksaan penunjang laboratorium
  2. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yang menetap disertai keluhan yang lain.
  3. Penderita Hepatitis A dengan penurunan kesadaran dengan kemungkinan ke arah ensefalopati hepatik.

Peralatan

Laboratorium darah rutin, urin rutin dan pemeriksaan fungsi hati

Prognosis

Prognosis umumnya adalah bonam.

Infografik

[details=“Referensi”]

  1. Dienstaq, J.L. Isselbacher, K.J. Acute Viral Hepatitis. In: Braunwald, E. et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 16thEd.New York: McGraw- Hill. 2004.
  2. Sherlock, S. Hepatitis B virus and hepatitis delta virus. In: Disease of Liver and Biliary System. Blackwell Publishing Company. 2002: p.285-96. (Sherlock, 2002)
  3. Sanityoso, Andri. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke 4. Jakarta: FK UI. 2006:
  4. Soemohardjo, Soewignjo. Gunawan, Stephanus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke 4. Jakarta: FK UI. 2006.
  5. Panduan Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. 2004

Hepatitis A adalah suatu penyakit yang diakibatkan masuknya virus hepatitis A ke dalam tubuh, terutama menyerang hati yang bisa menimbulkan gejala-gejala hepatitis (Sulaiman & Julitasari, 2000). Penyebab penyakit Hepatitis A adalah virus. Penyakit Hepatitis A menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi virus hepatitis A ( fecal-oral ).

hepatitis A

Gejala Penyakit


Gejala dapat berupa ; demam tiba-tiba, hilang nafsu makan, mual, muntah, penyakit kuning (kulit dan mata menjadi kuning), air kencing berwarna tua, tinja pucat. Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium :

  • Stadium pendahuluan (prodromal) terdapat gejala demam ringan, nafsu makan hilang, mual-mual, diikuti urine berwarna gelap yang mengandung bilirubin (biasanya tidak ada dalam urine), ikterus yang semakin meningkat dan pembesaran hati ringan dan sering terasa nyeri (Sibuea, dkk, 2005).

  • Stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan

  • Stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan.

Sulaiman & Julitasari (2000) menyebutkan bahwa gejala klinis penyakit hepatitis A dapat dibagi menjadi 4 yaitu :

  1. Masa Inkubasi
    Lamanya viremia (adanya virus dalam darah) pada hepatitis A selama 2-4 minggu.

  2. Fase pre-ikterik
    Dengan keluhan yang tidak khas ini sering terjadi diduga sebagai penderita influenza, gastritis maupun arthritis. Pada kasus yang nyata terkadang disebut gejala klasik ditemukan seperti urine berwarna gelap, lelah/lemas, hilang nafsu makan, nyeri dan rasa tidak enak di perut, tinja berwarna pucat, mual muntah, demam kadang-kadang menggigil, kadang-kadang sakit kepala, nyeri pada sendi (arthralgia), pegal-pegal pada otot (myalgia), diare, rasa tidak enak di tenggorokan (Raymond S.Koff, 1992).

  3. Fase ikterik
    Fase ini pada awalnya disadari oleh penderita, biasanya setelah demam turun penderita menyadari bahwa urine berwarna kuning pekat seperti air teh, ataupun tanpa disadari, orang lain yang melihat sklera dan kulit berwarna kekuning-kuningan. Pada fase ini (ikterik) kuningnya akan meningkat, menetap, kemudian menurun secara perlahan-lahan, hal ini bisa berlangsung sekitar 10-14 hari. Pada stadium ini keluhan sudah mulai berkurang dan pasien merasa lebih baik.

  4. Fase penyembuhan.
    Fase penyembuhan dimulai dengan menghilangnya sisa gejala , ikterus mulai menghilang, penderita merasa segar kembali walaupun mungkin masih terasa cepat lelah. Umumnya masa penyembuhan secara klinis dan biokimiawi memerlukan waktu sekitar 6 bulan (Sulaiman & Julitasari, 2000).

Pencegahan


Sulaiman & Julitasari (2000) mengatakan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit hepatitis A, yaitu sbb :

  • Imunisasi.
    Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit ringan (Kemenkes RI, 2010). Orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B (Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah. Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit kuning muncul, penderita disarankan untuk di isolasi.

  • Tidak menggunakan alat makan/minum seperti sedotan, gelas, dan piring secara bersama atau bergantian.
    Menurut Sulaiman & Julitasari (2000) menyebutkan bahwa penyakit hepatitis A dapat dicegah dengan meningkatkan hygiene perorangan seperti tidak menggunakan peralatan makan dan minum secara bergantian.

  • Cuci tangan pakai sabun.
    Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu cara untuk menurunkan penyebaran penyakit seperti ISPA, diare, Flu burung, dan hepatitis A. Hal ini penting diketahui oleh masyarakat agar dapat meningkatkan kesadaran untuk melakukan praktik cuci tangan pakai sabun dalam kehidupan sehari-hari (Kemenkes RI, 2011).

  • Menggunakan air minum dan makanan yang bebas dari kontaminasi.

1 Like