Apa yang dimaksud dengan Gastrodiplomasi?

Gastrodiplomasi

Gastrodiplomasi merupakan suatu praktek komunikasi state-to-public yang menggunakan makanan sebagai elemen utama untuk memberikan pemahaman budaya kuliner suatu negara kepada publik asing.

Apa yang dimaksud dengan Gastrodiplomasi ?

Gastrodiplomasi


Makanan merupakan kebutuhan dasar semua orang untuk bertahan hidup, namun selain berperan sebagai objek bertahan hidup, makanan memiliki peranan yang lebih dari itu. Apabila dikaitkan dengan budaya atau komunitas, makanan berpotensi menjadi media berkomunikasi dengan individu lain. Potensi tersebut dapat dimaksimalkan dengan menjadikannya sebagai alat diplomasi gastronomi atau yang akrab disebut sebagai gastrodiplomasi.

Gastrodiplomasi merupakan suatu praktek komunikasi state-to-public yang menggunakan makanan sebagai elemen utama untuk memberikan pemahaman budaya kuliner suatu negara kepada publik asing. Kata gastrodiplomasi merupakan gabungan dari kata gastronomi dan diplomasi. Gastronomi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tata boga atau makanan. Praktik diplomasi publik melalui makanan ini pertama kali diungkapkan oleh Paul Rockower. Ia menyatakan bahwa gastrodiplomasi merupakan cara terbaik untuk memenangkan hati dan pikiran melalui perut (Rockower, 2011). Menurut Rockower, penggunaan gastrodiplomasi secara formal bisa menjadi program resmi pemerintah yang digunakan untuk mengenalkan makanan khas negara sebagai tujuan dari diplomasi suatu negara (Pham, 2013)

Gastrodiplomasi sendiri merupakan irisan dari diplomasi publik dan diplomasi budaya pada implementasinya. Sebab gastrodiplomasi membutuhkan peran kuliner sebagai aset budaya berwujud dan memerlukan keterlibatan publik baik sebagai aktor dan sasaran vital. Paul Sharp mendefinisikan diplomasi publik sebagai proses dimana interaksi yang terjadi antar publik bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan dan nilai hal-hal yang direpresentasikan (Mellisen, 2006). Sedangkan Cummings (2003) mendefinisikan diplomasi budaya sebagai pertukaran ide, informasi, budaya, dan aspek-aspek lain dari budaya antar negara dan rakyat mereka dalam rangka menumbuhkan rasa saling memahami. Gastrodiplomasi muncul sebagai alternatif yang memanfaatkan dan mengaitkan peran keduanya.

Adapun definisi gastrodiplomasi adalah tentang bagaimana suatu negara melaksanakan diplomasi budaya dengan cara mempromosikan masakan khas masing-masing negara, sehingga dapat meningkatkan kesadaran publik terkait suatu negara, juga membantu publik asing yang enggan untuk melakukan perjalanan wisata, untuk membiasakan diri terhadap budaya negara lain melalui pengalaman kuliner. Gastrodiplomasi kerap disamakan dengan diplomasi kuliner. Kedua diplomasi tersebut memang menggunakan makanan sebagai instrument utamanya, akan tetapi memiliki metode yang berbeda dalam penggunaannya. Rockower menyebutkan secara teknis terdapat perbedaan yang mendasar antara keduanya, yaitu:
image

Dari tabel di atas dijelaskan bahwa diplomasi kuliner merupakan penggunaan masakan sebagai media untuk meningkatkan diplomasi formal dalam fungsi diplomatik resmi seperti kunjungan kepala negara, duta besar dan pejabat lainnya. Di samping itu, diplomasi kuliner juga berupaya untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan memperkuat hubungan melalui penggunaan makanan dan pengalaman makan sebagai sarana untuk melibatkan kunjungan pejabat. Sebaliknya, gastrodiplomasi adalah upaya diplomasi publik yang lebih luas untuk mengkomunikasikan budaya kuliner ke publik asing dengan cara yang lebih menyebar, dan mencoba untuk mempengaruhi khalayak yang lebih luas daripada elit tingkat tinggi. Memperluas makna istilah yang digunakan Rockower, Mary Jo.A.Pham (2013) mendefinisikan gastrodiplomasi sebagai usaha pemerintah dalam memancing kesadaran masyarakat terhadap merek nasional bangsa, mendorong investasi ekonomi dan perdagangan, dan melibatkan diri pada tingkat budaya baik secara pribadi dengan berkomunikasi dengan pengunjung yang datang sehari-hari.

Gastrodiplomasi sendiri memiliki karakteristik yang menentukan apakah proses tersebut termasuk ke dalam gastrodiplomasi atau bukan. Paul Rockower memberikan beberapa pandangan mengenai karakteristik gastrodiplomasi dengan membandingkannya terhadap praktik diplomasi kuliner. Ia mengkarakteristikkan praktek gastrodiplomasi sebagai berikut :

  • Berdiplomasi publik yang mencoba berkomunikasi mengenai budaya kuliner dengan publik asing dengan cara yang lebih luas, dan memfokuskan diri pada publik yang lebih luas dari pada level elit saja.

  • Praktek gastrodiplomasi ini berusaha untuk meningkatkan citra makanan bangsa melalui diplomasi budaya yang kemudian menyoroti dan mempromosikan kesadaran dan pemahaman budaya kuliner nasional kepada publik asing.

  • Gastrodiplomasi berupa hubungan state to public relations (Rockower, 2011).

Jadi, ketika makanan digunakan untuk memfasilitasi keterlibatan interaksi antara masyarakat kepada masyarakat ( people-to-people ) untuk meningkatkan pemahaman budaya, maka hal tersebut dikategorikan sebagai bentuk dari praktek gastrodiplomasi.

Strategi Gastrodiplomasi


Berdasarkan 3 karakteristik gastrodiplomasi yang telah disebutkan sebelumnya oleh Rockower, maka Bobbitt & Sullivan menyebutkan bahwa sebagai sub bidang dari praktik diplomasi publik, praktik gastrodiplomasi memerlukan elemen dasar dari perencanaan strategi komunikasi. Elemen-elemen gastrodiplomasi tersebut dilihat dari strategi taktik yang telah dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu (Bobbitt, R., & Sullivan, R, 2009) :

1. Membangun Hubungan melalui Media dan Pendidikan .
Strategi ini digunakan untuk melihat upaya-upaya apa saja yang telah digunakan oleh pemerintah Korea Selatan dalam berkomunikasi kepada publik asing mengenai budaya kuliner baik secara langsung maupun tidak langsung. Penggunaan strategi melalui media ( media relations strategy ) dalam gastrodiplomasi ini adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai sebuah metode membangun hubungan baik dengan publik melalui media massa yang nantinya akan berdampak pada pemberitaan informasi atau pesan dalam media itu sendiri guna menciptakan citra yang positif dari korean food. (Zhang, 2015). Strategi penggunaan media massa, baik media cetak, media elektronik hingga media sosial digunakan oleh pemerintah untuk menyampaikan pesan dari program gastrodiplomasi, meningkatkan interaksi dengan publik internasional, dan juga membangun hubungan jangka panjang dengan target publik dari program gastrodiplomasi ini. Penggunaan media sangat penting dalam program gastrodiplomasi ini, khususnya penggunaan media sosial. Media sosial seperti Youtube dan Twitter memainkan peran-peran tertentu yang penting dalam program gastrodiplomasi ini. (Zhang, 2015) Salah satu contohnya adalah, pemerintah Korea Selatan yang memanfaatkan kepopuleran video Gangnam Style milik Psy di Youtube untuk mempromosikan program gastrodiplomasinya. Selain penggunaan strategi media, strategi melalui pendidikan juga dilakukan sebagai upaya untuk membangun komunikasi dengan publik asing. Penggunaan strategi pendidikan ini meliputi keterlibatan dalam pendidikan kuliner melalui pengajaran program dan berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan kuliner untuk memastikan konsistensi dari citra terhadap makanan nasional dan hubungan jangka panjang dengan penikmat kuliner (Zhang, 2015). Di dalam strategi ini akan meliputi dua aspek, yaitu Pertama negara mensponsori para ahli kuliner atau juru masak untuk dilatih dan disertifikasi sebelum mereka bekerja di Luar Negeri untuk memastikan konsistensi kualitas dari makanan nasional. Kedua, memberikan program mengajar kepada publik asing untuk meningkatkan pengalaman mereka terhadap makanan nasional.

2. Pemasaran Produk dan Penggunaan Event .
Strategi ini digunakan oleh pemerintah Korea Selatan untuk memperluas industri makanan nasional di luar negeri dan meningkatkan citra makanan nasional di mata publik internasional. Di dalam penggunaan strategi pemasaran produk ini pemerintah berusaha memperluas industri makanan nasional dan citra makanan nasional dengan cara membangun restoran-restoran di luar negeri dan meningkatkan ekspor produk makanan (Zhang, 2015). Strategi ini memenuhi objek utama dari gastrodiplomasi, yaitu meningkatkan ekspor produk terkait makanan di suatu negara. Di dalam strategi penggunaan kegiataan mengenai makanan ( food events strategy ) ini meliputi penyelengaraan kegiatan atau berpartisipasi dalam kegiatan internasional yang berlangsung untuk mempromosikan mempromosikan makanan nasional terhadap elit luar negeri maupun publik umum (Zhang, 2015). Bentuk aksi dari penggunaan strategi ini termasuk menjadi tuan rumah acara masak, penghargaan dan undian.

3. Membangun Kerja Sama dengan Organisasi di Luar Negeri .
Strategi ini digunakan oleh pemerintah untuk menjalin hubungan antara negara dengan publik melalui kerjasama dengan organisasi di luar negeri. Strategi ini meliputi membangun kerjasama dengan organisasi yang memiliki tujuan dan kepentingan yang sama untuk memperluas penyampaian pesan dan jaringan. (Zhang, 2015)

Dari strategi-strategi gastrodiplomasi di atas, penulis akan mengaitkannya dengan karakteristik gastrodiplomasi menurut Rockower yang telah disebutkan sebelumnya. Strategi tersebut digunakan untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan untuk berkomunikasi dengan publik asing untuk meningkatkan citra merek kuliner nasionalnya, serta memromosikan kesadaran dan pemahaman budaya kuliner mereka kepada publik asing. Srategi ini juga penulis gunakan untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan untuk membangun hubungan antar negara dan publik ( state to public relations ), sehingga dari hal tersebut penulis akan melihat bagaimana strategi gastrodiplomasi Korea Selatan dalam mendukung kepentingan nasional negaranya.

Kata gastrodiplomasi diambil dari kata gastronomi dan diplomasi. Kata gastronomi sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “gastros” yang berarti “lambung” atau “perut” dan “nomos” yang artinya “pengetahuan” atau “ilmu”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gastronomi adalah seni menyiapkan hidangan yang lezat-lezat; tata boga.

Gastrodiplomacy pada dasarnya merupakan penggunaan makanan dalam hubungan internasional untuk menciptakan kedamaian dan pemahaman. budaya (Bradley 2014). Dalam praktiknya, gastrodiplomacy dilakukan dengan cara berbagi warisan budaya antar negara melalui makanan (Haugh 2014). Gastrodiplomacy menawarkan kesempatan untuk terlibat dalam kebudayaan suatu negara melalui makanan kepada publik asing, seringkali dilakukan dari jarak jauh (Haugh 2014). Gastrodiplomacy juga dianggap sebagai strategi yang populer untuk diplomasi publik dan nation branding (Rockower 2012). Adapun definisi gastrodiplomacy adalah tentang bagaimana suatu negara melaksanakan diplomasi budaya dengan cara mempromosikan masakan khas masing-masing negara, sehingga dapat meningkatkan kesadaran publik terkait nation brand suatu negara, juga membantu publik asing, terutama publik asing yang enggan untuk melakukan travel, untuk membiasakan diri terhadap budaya negara lain melalui pengalaman kuliner (Rockower 2012).

Gastrodiplomasi merupakan bagian dari diplomasi publik dan diplomasi budaya, yang merupakan cara halus untuk dapat meningkatkan apresiasi, membangun saling pengertian dan memperbaiki citra bangsa. Gastrodiplomasi merupakan salah satu elemen dalam diplomasi kebudayaan melalui pengenalan budaya makan. Kekayaan ragam makanan sebuah bangsa menjadi daya tarik bangsa tersebut di mata internasional. Dalam tradisi makanan sebuah bangsa terdapat nilai- nilai kepribadian bangsa yang diwariskan secara turun-temurun. Pengalaman kuliner tersebut menawarkan kepada publik asing cara berinteraksi informal dengan budaya yang berbeda dengan cara yang lebih akrab melalui rasa. Dengan pengalaman kuliner baru tersebut, mereka diharapkan mengenal budaya lain.

Karakteristik Gastrodiplomasi

Gastrodiplomasi sendiri memiliki karakteristik yang menentukan apakah proses tersebut termasuk ke dalam gastrodiplomasi atau bukan. Paul Rockower memberikan beberapa pandangan mengenai karakteristik gastrodiplomasi dengan membandingkannya terhadap praktik diplomasi kuliner. Ia mengkarakteristikkan praktek gastrodiplomasi sebagai berikut :

  • Berdiplomasi publik yang mencoba berkomunikasi mengenai budaya kuliner dengan publik asing dengan cara yang lebih luas, dan memfokuskan diri pada publik yang lebih luas dari pada level elit saja.
  • Praktek gastrodiplomasi ini berusaha untuk meningkatkan citra makanan bangsa melalui diplomasi budaya yang kemudian menyoroti dan mempromosikan kesadaran dan pemahaman budaya kuliner nasional kepada publik asing.
  • Gastrodiplomasi berupa hubungan state to public relations (Rockower, 2011).

Jadi, ketika makanan digunakan untuk memfasilitasi keterlibatan interaksi antara masyarakat kepada masyarakat (people-to-people) untuk meningkatkan pemahaman budaya, maka hal tersebut dikategorikan sebagai bentuk dari praktek gastrodiplomasi.

Dalam kajian Hubungan Internasional, adanya dua pendekatan yaitu soft power dan hard power (Nye, 2004). Gastrodiplomasi berada pada ranah soft power , yang mana kuliner dapat diartikan sebagai pendekatan tanpa menggunakan ancaman dalam berinteraksi dengan masyarakat luar negeri yang dapat membuka akses terhadap kemungkinan kerjasama ekonomi maupun politik antar negara (Wilson, 2013).