Apa yang dimaksud dengan Fungsi Afektif Keluarga?

fungsi afektif keluarga

Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga.

Apa yang dimaksud dengan Fungsi afektif keluarga ?

Menurut Friedman (1986), definisi fungsi afektif keluarga adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikosial, saling mengasah dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung. Fungsi afektif ini merupakan sumber kebahagiaan dalam keluarga. Keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman. Perhatian diantara anggota keluarga, membina kedewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.

Frieadman (1986) juga mengidentifikasi fungsi afektif keluarga yaitu:

  1. Memberikan perlindungan psikologis.
  2. Menciptakan rasa aman.
  3. Mengadakan interaksi.
  4. Mengenal identitas individu

Masalah yang Muncul untuk Fungsi Afektif Keluarga yang Berubah

  1. Gangguan proses keluarga
    Yaitu keadaan dimana sebuah keluarga yang normalnya berfungsi secara efektif mengalami disfungsi.
    Contoh: Keluarga dalam keadaan stress dpt mengabaikan kebutuhan psikologis.

  2. Gangguan menjadi orang tua.
    Yaitu bila kemampuan dari figur pengasuhan untuk menciptakan lingkungan yang meingkatkan pertumbuhan dan perkembangan manusia lain yang optimal menjadi lemah.
    Contoh: Keluarga dg ibu yang dominan, ayah yg pasif, tidak memperbolehkan anak LK pisah dari keluarga.

  3. Potensial gangguan menjadi orang tua.
    Definisi sama seperti diatas, kecuali bahwa “potensial” ditambahkan pada menjadi lemah.
    Contoh: seorang anak LK kelas 5 yang selalu dikendalikan oleh ibunya, kemungkinan mengalami masalah ketika mencapai masa remaja .

  4. Berkabung yang disfungsional.
    Yaitu proses maladaptif yang terjadi bila kesedihan bertambah dalam sehingga orang tersebut tidak berdaya dan memperlihatkan respon emosional yang berlebihan.
    Contoh: Penyangkalan terhadap kematian anggota keluarga.

  5. Koping keluarga tidak efektif, melemah
    Yaitu bila dukungan, bantuan, kenyamanan atau dorongan keluarga yang melemah bisa mengubah kompetensi anggota keluarga dalam melakukan tugas adaptif.
    Contoh: ibu (pengasuh utama) dirawat di RS selma seminggu karena menjalani operasi. Suami (ayah) telah berupaya memberikan perhatian dan cinta pada anak-anak tetapi mereka benci karena ibu jauh dari mereka.

  6. koping keluarga tidak efektif, tidak mampu
    Yaitu bila perilaku satu anggota keluarga atau lebih yang menjadikan keluarga tidak mampu beradaptasi secara terapeutik terhadap masalah kesehatan yang ada.
    Contoh: di keluarga, suami dan istri (keduanya menikah kembali) memiliki dua orang anak (satu anak laki2 berumur 10 tahun hasil perkawinan pertama dari suami, seorang anak perempuan berumur 5 tahun hasil perkawinan pertama dari istri). Anak laki2 tersebut diberi sebutan “pembuatan keributan” dalam keluarga dan diluar rumah dinamakan demikian. Sedangkan anak perempuan mendapat sebutan “ anak manis”, perbandingan perbedaan kepribadian anak ini dilakukan bila kedua orang tua marah kepada anak laki2nya.

  7. Potensial terjadinya kekerasan. Performa peran berubah. Harga diri rendah. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
    Contoh: masalah ini bisa terjadi pada situasi tertentu dimana kebutuhan psikosossial anggota keluarga tidak dipenuhi secara adekuat.

Fungsi Afektif


Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psiko sosial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :

1. Saling Mengasuh

Cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal besar dalam memberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga / masyarakat. Salah satu nilai keluarga yang paling penting adalah menganggap keluarga sebagai tempat untuk memperoleh kehangatan, dukungan, cinta dan penerimaan.

2. Saling Menghargai

Bila anggota saling menghargai dan mengakui keberadaan dan setiap hak anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai. Hal ini diistilahkan dengan keseimbangan saling menghormati (colley, 1978 dikutip oleh Friedman, 1998). Tujuan utama dari pendekatan ini adalah keluarga harus memelihara suasana dimana harga diri dan hak-hak kedua orang tua dan anak sangat dijunjung tinggi.

3. Pertalian dan Identifikasi

Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak- anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya. Kekuatan terbesar di balik persepsi dan kekuatan dari kebutuhan- kebutuhan individu dalam keluarga adalah pertalian atau kasih sayang. Menurut Wright dan Leanery (1984) dikutip oleh Friedman (1998) kasih sayang merupakan ikatan emosional yang relatif abadi dan unik antara dua orang tertentu.

Fungsi afektif merupakan “sumber energi“ yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.

Fungsi afektif merupakan pemenuhan kebutuhan psiko sosial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.

Komponen fungsi Afektif

Fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan-kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama, yaitu :

  1. Membentuk sifat-sifat kemanusiaan dalam diri mereka

  2. Stabilisasi kepribadian dan tingkah laku

  3. Kemampuan menjalin tingkah laku

  4. Kemampuan menjalin berhubungan secara lebih akrab dan harga diri.

Pentingnya Fungsi Afektif

Fungsi Afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga, perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan memenuhi kebutuhankebutuhan sosio-emosional anggotanya, mulai dari tahun ke tahun awal kehidupan individu dan terus berlangsung sepanjang hidupnya.

Citra individu dan perasaan memiliki dari individu tersebut di peroleh lewat interaksi kelompok primer ( keluarga). Malahan, keluarga bertindak sebagai sumber utama dari cinta, persetujuan, penghargaan dan dukungan.

Kasih sayang di kalangan anggota keluarga menghasilkan suasana emosional pengasuhan yang mempengaruhu pertumbuhan dan perkembangan secara positif, dan perasaan memiliki kompetensi pribadi. Pengasuhan keluarga berkaitan dengan perilaku promosi kesehatan dan hasil yang sehat. Mengingat semakin meningkatnya penekanan pada pentingnya hubungan keluarga, maka tidaklah mengejutkan bila di temukan peningkatan pararel pada angka perceraian.

Pentingnya mengkaji fungsi efektif keluarga merupakan hal tidak bisa di pungkiri. Karena fungsi efektif ini begitu vital bagi kelangsungan hidup keluarga dan berfungsinya keluarga secara keseluruhan dan anggota keluarga secara individual, maka pengkajian dan intervensi di bidang ini sangat penting.

Faktor yang mempengaruhi fungsi afektif

Menurut Feiring dan Lewis (1984 dalam Friedman 2002), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan

  1. Pengalaman-pengalaman perkembangan.Anakanak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian dari pada anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih besar.

  2. Dukungan yang diberikan oleh orang tua (khususnya ibu)

  3. Usia Menurut Friedman (2002), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris di bandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

Teori Fungsi afektif keluarga

The McMaster Model of Family Functioning (MMFF) merupakan konseptualisasi dari keluarga di dasarkan kepada klinis.Model MMFF ini mendeskripsikan perangkat struktur dan organisasi dari kelompok keluarga dan pola-pola transaksi antara anggota keluarga yang dapat membedakan antara fungsi keluarga yang baik dan fungsi keluarga yang kurang baik.(Epstein et al, 1983).

Terdapat 6 dimensi dari fungsi afektif keluarga menurut teori The McMaster Model of Family Functioning (MMFF) :

1. Pemecahan masalah

Dimensi ini menunjukkan kepada kemampuan keluarga untuk memecahkan masalah pada setiap level sehingga dapat menjaga fungsi keluarga tetap efektif.

2. Komunikasi

Komunikasi dalam fungsi keluarga didefinisikan sebagai pertukaran informasi secara verbal di dalam keluarga .(Epstein et al, 2003). Komunikasi disini di fokuskan pada komunikasi secara verbal yang lebih dapat diukur. Bukan berarti komunikasi nonverbal dalam keluarga menjadi tidak penting.

3. Peran

Peran didalam keluarga didefinisikan sebagai perilaku yang memiliki pola terselubung yang dikatakan oelh anggota keluarga untuk memenuhi fungsi keluarga .(Epstein et al, 2003).

  1. Responsivitas Afektif

Responsivitas afektif didefinisikan sebagai kemampuan berespon terhadap stimulus yang ada dengan kualitas dan kuantitas perasaan yang tepat ((Epstein et al., 2003). Pada dimensi ini terdapat aspek kuantitatif yang berfokus pada derajat respon afektif berdasarkan kontinum dari ketiadaan respon sampai respon yang wajar, atau respon yang cukup dapat di terima sampai respon yang berlebihan.

5. Keterlibatan afektif

Keterlibatan afek merupaka sejauh mana anggota keluarga menunjukkan keterkaitan dan penghargaan kepada aktivitas dan minat anggota keluarga lainnya (Epstein et al, 2003). Dimensi ini memfokuskan kepada seberapa banyak keterkaitan yang ditunjukkan oleh anggota keluarga satu sma lain.

6. Kontrol perilaku

Dimensi ini menjelaskan mengenai pola yang di adopsi oleh keluarga untuk menangani perilaku anggota keluarga dalam tiga area berikut ini yaitu, situasi yang membahayakan secara fisik, situasi yang melibatkan pemenuhan kebutuhan dan dorongan psikobiologis, situasi yang melibatkan perilaku sosialisasi interpersonal baik di antara anggota keluarga maupun dengan orang lain di luar keluarga.(Epstein et al, 2003). Setiap keluarga memiliki aturan standar masing-masing tentang perilaku.