Apa yang dimaksud dengan Foto Jurnalistik?

Foto Jurnalistik merupakan laporan yang mempergunakan kamera untuk menghasilkan bentuk visual. Seorang jurnalis foto hendaklah mampu menggabungkan antara keahlian membuat laporan investigasi dan membedakannya dengan penulisan feature.

Apa yang dimaksud dengan Foto Jurnalistik ?

Fotografi dalam dunia jurnalistik dikenal dengan istilah foto jurnalistik atau foto berita. Dikatakan sebagai foto berita, sebab unsur dasar dari foto jurnalistik adalah nilai berita yang mutlak terkandung di dalamnya. Foto harus memuat informasi 5W+H, yaitu: What, Who, When, Where, Way + How. Foto berita biasanya dilengkapi pula oleh caption / keterangan foto.

Foto jurnalistik merupakan sajian gambar atau foto yang dapat berdiri sendiri sebagai visualisasi suatu peristiwa. Foto jurnalistik pun dapat menjadi pelengkap dan penguat pesan yang disampaikan dalam berita. Sehingga dapat diasumsikan bahwasanya foto jurnalistik atau foto berita dapat memiliki peran ganda, yang pertama sebagai pendamping atau pelengkap berita, selanjutnya disisi lain dapat menjadi berita itu sendiri.

Keberadaan foto memang bisa sejajar dengan berita tulis, bahkan sering dikatakan bahwa sebuah foto dapat lebih hebat dari ribuan kata-kata karena mampu menggambarkan atau menceritakan suatu kejadian dengan amat baik.

Foto jurnalistik dituntut memuat informasi atau pesan. Pesan dalam foto jurnalistik bisa sekadar bagian penting dari sebuah peristiwa yang berlangsung singkat, bisa juga sengaja diciptakan fotografer dari cerita dibalik sebuah peristiwa. Esensi pesan menjadi hal yang seolah mutlak lekat dalam praktik foto jurnalistik. Karena secara sederhana dapat dipahami bahwasanya foto jurnalistik adalah foto yang sifatnya informatif dan menarik bagi pembaca.

Seiring berjalannya waktu, ketika foto telah mengisi setiap halaman pada surat kabar, kehadiran foto jurnalistik pun mendapat perhatian dari banyak pakar Ilmu Komunikasi. Selain karena foto mampu membekukan suatu peristiwa, bahkan merekam peristiwa yang berdurasi hanya sekejap, sifatnya yang statis juga membuat foto dapat dilihat berulang-ulang, tidak seperti video yang sifatnya lebih dinamis atau sepintas lalu, yang pada akhirnya sebuah foto dapat menampilkan gambar lebih detail dari suatu peristiwa.

Foto dapat lebih mudah dicerna berbagai kalangan dan dapat menimbulkan efek psikologis secara langsung terhadap pembaca surat kabar.

Jenis Foto Jurnalistik


World Press Photo, organisasi foto jurnalis yang kerap menjadi acuan para fotografer dunia mengkategorikan beberapa foto berita, antara lain :

  • Spot Photo atau Foto Berita

    Yang dimaksud dengan foto berita adalah foto tunggal yang menyajikan satu peristiwa yang berdiri sendiri. Artinya, tanpa keterangan yang berbelit- belit dan panjang lebar, pembaca surat kabar dapat atau mudah menangkap kesan adanya peristiwa yang bernilai berita. Misalnya foto tentang pejabat menggunting pita, akan menimbulkan kesan adanya peresmian suatu tempat. Walaupun foto seperti itu dapat dikatakan sebagai foto berita, tetapi nilai beritanya (news value) sangat rendah. Kadangkala bahkan foto seperti iu tidak dimasukkan dalam foto jurnalistik. Hal itu disebabkan oleh faktor seringnya atau mudah diperolehnya foto seperti itu.

    Nilai berita pada foto jurnalistik itu terletak pada keanehan atau ketepatan perekaman suatu peristiwa. Sebagai contoh tentang tabrakan. Apabila foto tersebut hanya menyajikan peristiwa sesudah tabrakan ada mobil penyok, disampingmya beberapa orang terkapar dan telah banyak orang mengerumuninya, foto tersebut tidak terlalu banyak berkata-kata. Apalagi bila dalam gambar itu tidak ada identitas yang dapat menyatakan tempat kejadian, pembaca akan langsung mengatakan, itu tabrakan. Tanpa keterangan lebih lanjut yang ditulis, hanya kesan tabrakan itu yang dapat ditangkap.

    Tetapi seandainya ada identitas yang dapat menjelaskan peristiwa itu, akan banyak menolong pembaca untuk memahaminya. Identitas yang dimaksudkan misalnya, nomor plat mobil yang menunjukkan asal mula mobil tersebut, rambu-rambu lalu lintas atau tempat kejadian misalnya pagar jalan atau gedung yang menjadi latarbelakang kejadian dan seterusnya yang dengan mudah dapat diketahui oleh pembaca.

    Identitas-identitas yang ditonjolkan membuat berita yang akan disampaikan kepada pembaca melalui foto itu semakin banyak. Itu seperti didalam menyajikan foto, harus diusahakan sesedikit mungkin memberikan penjelasan bersifat tulisan. Melalui foto tersebut, pembaca disodori sebanyak mungkin fakta.

    Foto jurnalistik yang paling tinggi atau bobot beritanya selalu menyangkut suatu kejadian dan tepat waktu. Misalnya tentang tabrakan. Di Saat tabrakan itu terjadi ada faktor lain yang memperkuat atau menambah nilai berita. Faktor-faktor penunjangnya adalah ekspresi orang yang melihatnya, yang ada disekitar tempat itu. Foto jenis ini harus segera disiarkan karena merupakan sesuatu yang up to date.

    Ketepatan itu yang seringkali tidak dapat direncanakan dan lebih banyak ditentukan oleh faktor kebetulan dan keberuntungan. Faktor itu yang membuat nilai foto itu menjadi tinggi. Adegannya tidak dapat diulang dan tidak dilakukan dengan pura-pura. Ia ada sebagaimana adanya.

  • General News Photo
    Adalah foto yang yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin dan biasa. Temanya bisa bermacam-macam, yaitu : politik, ekonomi dan humor.

  • People in The News Photo
    Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita, yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu.

  • Daily Life Photo atau Human Interset
    Adalah foto jurnalistik yang dapat digolongkan pada jenis ini berkaitan erat dengan masalah-masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan. Ia tidak terlalu asing bagi masyarakat. Hidup ditengah-tengah masyarakat dan dapat dilihat setiap saat. Tetapi foto ini menyajikan fakta yang menggugah emosi kemanusiaan, yang menyadarkan masyarakat akan harkat dan martabat manusia. Ada pesan kuat yang ingin disampaikan melaui foto jenis ini, yaitu pesan kemanusiaan.

    Misalnya foto tentang kegiatan pagi hari ditepi kali. Dalam foto itu digambarkan keadaan kali yang sangat kotor tetapi ada yang mandi, gosok gigi, mencuci dan buang hajat. Dengan foto seperti itu kesadaran masyarakat akan kebersihan digugah, agar masalah tersebut menjadi pemikiran semua orang.

    Foto jurnalistik jenis ini tidak harus memperhitungkan nilai berita atau kehangatan sebagaimana foto-foto berita. Walau pun kadang-kadang ia harus mampu berdiri sendiri tanpa harus bersandar pada penjelasan tertulis yang barangkali perlu ditambahkan adalah keterangan mengenai lokasi dan waktu pengambilan gambar. Tetapi hal itu pun tidak perlu dilakukan apabila kita dapat merekam keterangan-keterangan itu dalam foto. Misalnya dengan latar belakang gedung-gedung atau tulisan tertentu.

    Yang penting dalam foto jenis ini adalah kedekatan masalah yang ingin disajikan dengan masyarakat. Sangat banyak permasalahan yang dapat kita sajikan tanpa harus mengada-ada. Sering pula masyarakat menyaksikan kejadian yang kita rekam dalam foto itu sehingga dianggap biasa. Tetapi dengan foto jenis human interest itu kita justru menyajikan hal yang biasa itu menjadi tidak biasa. Ada pesan lain yang akan kita sampaikan dari hal yang biasa itu.

  • Portrait
    Adalah foto yang menampilkan seseorang secara personal sesuai karakter ketokohannya. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya.

  • Sport Photo
    Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olah raga.

  • Science and Technology Photo
    Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  • Art and Culture Photo
    Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya.

  • Social and Environment
    Adalah foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.

  • Feature
    Foto feature bukan sekedar snapshot, tapi usaha wartawan untuk memilih sudut pandang yang khas dan bukan sekedar didikte oleh peristiwa itu sendiri, sehingga memberi makna lebih dalam terhadap sebuah peristiwa. Sebagai contoh, saat terjadi kebakaran, wartawan tidak hanya memotret api yang menyala dan petugas pemadam kebakaran yang berusaha menjinakkan api, tapi juga memotret ekspresi pemilik rumah yang sedih kehilangan tempat tinggal.

  • Essay Foto
    Yang dimaksud dengan foto essay adalah serangkaian gambar atau foto yang merupakan essay. Kumpulan beberapa foto features yang dapat bercerita ini dibangun melalui sebuah imaji, yaitu foto-foto yang bercerita secara sequentatif dan teks yang menyertainya. Foto kategori ini sering dianggap “otaknya” foto jurnalistik. Foto-foto ini menyajikan beerbagai aspek dari suatu masalah yang ingin dibahas. Misalnya rangkaian foto terdiri dari :

    • Anak-anak sekolahan (dengan seragam sekolah) bergerombol di depan kios persewaan buku.
    • Segerombolan anak sekolah yang secara sembunyi-sembunyimembaca buku porno.
    • Anak-anak sekolahan berada dikomplek pelacuran.

    Dari tiga foto itu pembaca diajak untuk merenungkan kejadian-kejadian tersebut. Hal yang ingin kita sajikan dengan essay foto itu menyangkut kerawanan buku porno dikalangan pelajar. Bisa juga essay foto itu dibuat tanpa harus merupakan rentetan peristiwa dengan tokoh yang sama. Tetapi pesan yang ingin disampaikan utuh. Misalnya foto:

    • Tawar-menawar antara dua orang di suatu tempat yang tersembunyi
    • Foto poster tentang bahaya narkotika
    • Foto seorang remaja sedang menghisap rokok dan teler.

    Dari rangkaian foto yang tidak ada hubungannya antara satu dengan yang lain, kita dapat menyampaikan pesan tentang bahaya narkotika. Apabila kita dapat menyajikan rangkaian foto secara menarik, pesan yang akan kita sampaikan melalui essay foto itu akan lebih mudah ditangkap pembaca daripada kita menyampaikannya dalam tulisan.

Untuk memenuhi kebutuhan pemberitaan serta penyajiannya, foto berita terbagi menjadi dua, yaitu:

  1. Foto Tunggal (single photo): Adalah foto yang memiliki informasi cukup lengkap dan lugas secara visual sehingga dapat berdiri sendiri tanpa perlu diperkuat oleh kehadiran foto lainnya.

  2. Foto Seri (Foto Story): Adalah rangkaian beberapa foto yang membangun suatu cerita. Foto seri biasanya digunakan untuk memberikan gambaran menyeluruh dan lengkap tentang suatu peristiwa. Pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu ; Pertama, isi pesan (content of message), yang kedua adalah lambang (symbol).

    Kongkritnya, isi pesan itu adalah isi foto dan caption. Isi pesan yang bersifat latent, yakni pesan yang melatarbelakangi sebuah pesan, dan pesan yang bersifat manifest, yaitu pesan yang tampak tersurat. Dalam hal ini, isi pesan yang dimaksud adalah isi (content) dari foto jurnalistik dan foto features yang berupa lambang-lambang berbentuk foto begitu juga konteks yang menyertainya.

Proses Teknik Foto Jurnalistik


Seorang fotografer jurnalistik harus mengetahui beberapa proses teknik foto jurnalistik yang baik. Yang dimaksud dengan proses teknik foto jurnalistik yaitu urutan atau tahapan pengambilan objek yang dilakukan oleh fotografer sehingga menghasilkan sebuah karya foto yang dapat dinikmati, melibatkan perasaan dan menggugah emosi pembaca. Foto jurnalistik yang baik tidak hanya sekedar fokus secara teknis, namun juga fokus secara cerita. Fokus dengan teknis adalah gambar yang mengandung tajam dan kekaburan yang beralasan. Ini dalam artian memenuhi syarat secara teknis fotografi. Fokus secara cerita, kesan, pesan dan misi yang akan disampaikan kepada pembaca mudah dimengerti dan dipahami.

Konsep pemaknaan sudut pengambilan gambar yang dikutip dari konvensi menurut Berger adalah sebagai berikut:

  • Close Up (CU)
    Shot yang menampilkan objek pada gambar lebih dekat. Misalnya dari batas bahu sampai atas kepala. Pengambilan gambar close up ini, biasanya menampilkan identifikasi psikologi sebuah karakter yang memerlukan perkuatan rincian detail berbagai aksi. Pengambilan gambar secara close up berguna juga untuk menekankan detil.

  • Medium Shot (MS)
    Medium Shot, dapat dikategorikan sebagai komposisi “Potret setengah badan”, dengan background yang masih dapat dinikmati. Pengambilan gambar ini memperdalam gambar dengan lebih menunjukkan profil dari obyek yang diambil. Tampilan background menjadi hal kedua yang diperhatikan, yang terpenting adalah profil, bahasa tubuh dan ekspresi tokoh utama dalam bingkai gambar ini dapat terlihat dengan jelas.

  • Long Shot (LS)
    Untuk mengikuti area yang lebar dan menunjukkan dimana objek berada/menujukkan tempat. Long shot menunjukkan progres bagaimana posisi subjek memiliki hubungan dengan yang lain.

  • Full Shoot (FS)
    Pengambilan gambar penuh dari kepala hingga kaki. Fungsinya memperlihatkan objek beserta lingkungannya.

  • Low Angle (LA)
    Pengambilan gambar teknik ini yakni mengambil gambar dari bawah objek. Kesan yang ditimbulkan yaitu keagungan atau kejayaan. Biasanya teknik ini sering di gunakan untuk membuat sebuah karakater monster atau manusia raksasa.

  • High Angle
    Teknik pengambilan gambar dengan sudut tepat diatas objek. Sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari low angle. Pengambilan gambar yang seperti ini memilki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil.

  • Eye Level Angle
    Teknik pengambilan gambar ini dilakukan dengan posisi kamera berada sejajar dengan obyek dalam pandangan mata secara horizontal, dimana dalam praktek pengambilannya bisa berada di kiri, kanan, depan maupun dibelakang obyek tergantung dari fotografer. Fungsi dari teknik ini cocok dipakai untuk menerangkan kegiatan apa saja dalam dari obyek yang dibidiknya.

Ringkasan
  • Onong Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.
  • SK Patmono, Teknik Jurnalistik Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996).
  • Yuniadhi Agung, Pengantar Fotografi Jurnalistik (Jakarta: T.pn., 2004).
  • Fotomedia, “Foto Jurnalistik Gabungan Gambar dan Kata,” April 2003.