Apa yang Dimaksud dengan Fonetik Fonologi?

image
Salah satu alat bedah dalam ilmu linguistik yaitu fonetik dan fonologi. Apa yang dimaksud dengan fonetik dan fonologi?

Istilah fonetik secara umum didefinisikan sebagai suatu kajian ilmiah tentang bunyi-bunyi suatu bahasa. Dengan demikian kajian ini merupakan cabang dari kajian linguistik seperti halnya morfologi, sintaksis, dan semantik. Secara khusus, fonetik mengkaji komponen-komponen bunyi (phonique) suatu bahasa lebih khusus lagi kajian dari aspek fisik (pengujaran, penyampaian ujaran, dan penerimaan bunyi) dan dari aspek fungsional yaitu peran yang dimainkan oleh bunyi-bunyi ujaran pada suatu bahasa tertentu (fonologi).

Kajian fonetik itu sendiri dapat ditelaah tanpa mengikutsertakan kajian semantik. Atau dengan kata lain, kajian fonetik merupakan kajian bebas makna. Oleh karena itu, kita dapat melakukan kajian karakteristik fonetik suatu bahasa meskipun kita tidak mengerti maknanya.

Fonetik merupakan kajian ilmiah tentang bunyi-bunyi ujaran manusia. Hanya bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tindak komunikasilah yang dikaji dalam fonetik, sementara bunyi di luar itu seperti bunyi batuk, berdahak, helaan nafas, termasuk pula bunyi-bunyi non insani, seperti kicauan burung, suara guntur, guruh, dan lain-lain bukan merupakan kajian fonetik, Sebaliknya, kajian fonologi tidak dapat dilepaskan dari kajian tentang makna karena kajian ini berkaitan dengan fungsi-fungsi ujaran dalam menyampaikan pesan (message). Oleh karena itu, dalam mengkaji fonologi, kita harus memahami aspek semantik bahasa tersebut.

Lahirnya kajian fonetik dan fonologi sebagai suatu ilmu diperkirakan sekitar abad ke-19. Anggapan itu didasarkan atas dua hal yaitu:

  • Perkembangan kajian linguistik historis komparatif yang meletakan dasar kaidah-kaidah fonetik yang dapat menjelaskan perubahan suatu bahasa.

  • Keberadaan alat-alat bantu yang memungkinkan analisis artikulatoris dan kajian fisik suatu bunyi. Secara umum kajian fonetik dapat dibedakan atas dua cabang yaitu la phonétique générale (disebut juga phonétique desceriptive) dan la phonétique appliquée (fonetik terapan).

Fonetik umum mengkaji segala semua aspek secara umum sistem bunyi ujaran manusia pada semua bahasa alamiah (les langues naturelles ). Semantara itu, fonetik terapan, pada bahasa Prancis misalnya, mempelajari sistem bunyi khusus pada bahasa itu berdasarkan data-data kebahasaan pada saat atau periode sejarah tertentu.

Fonologi mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyibunyi bahasa. Berdasarkan objek studinya fonologi terbagi menjadi fonemik dan fonetik. Fonemik mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna (Chaer, 2003). Sedangkan fonetik mempelajari bunyi bahasa menurut cara pelafalannya, dan menurut sifat-sifat akustiknya (Verhaar, 2006).

Menurut Dola, (2011) objek kajian fonologi ada dua, yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi bahasa tanpa melihat fungsi bunyi-bunyi itu sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa, Sedangkan fonemik mempelajari bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi-bunyi tersebut sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa.

Pembentukan bunyi dan bahasa tiga faktor yang terlihat, yaitu sumber tenaga, alat ucap yang menimbulkan getaran, dan rongga pengubah getaran. Proses ini dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai sumber tenaganya pada saat kita mengeluarkan napas, paru-paru kita menghembuskan tenaga barupa arus udara. Arus udara itu mengalami perubahan pada pita suara yang terletak pada pangkal tenggorokan. Arus udara dari paru-paru itu dapat membuka kedua pita suara yang merapat sehingga mengakibatkan corak bunyi bahasa tertentu.

Klasifikasi Fonem Bahasa Indonesia

1. Vokal

Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu. Pada saat vokal diucapkan, lidah dapat dinaikkan atau diturunkan di bagian depan, tengah, atau belakangnya (Aguestin, 2010).

2. Diftong atau Vokal Rangkap

Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strukturnya. Namun, yang dihasilkan bukan dua buah bunyi, melainkan hanya sebuah bunyi karena berada dalam satu silabel.

3. Konsonan

Konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan tiga faktor, yaitu (1) keadaan pita suara; (2) daerah artikulasi; (3) cara artikulasinya. Berdasarkan keadaan pita suara konsonan dapat bersuara atau tak bersuara. Berdasarkan daerah artikulasinya, konsonan dapat bersifat bilabial, labiodentals, alveolar, palatal, velar, atau glottal; dan berdasarkan cara artikulasinya, konsonan dapat berupa bunyi hambat, frikatif, nasal, getar, atau lateral. Di samping itu, ada lagi yang berwujud semi vokal (Agustien, 2010).

Pemerolehan Fonologis

Dalam pemerolehan bahasa terdapat pemerolehan fonologis yang sering juga disebut perkembangan atau pertumbuhan bahasa. Bagian lain ialah pemerolehan sintaksis dan pemerolehan semantik. Ketiga-tiganya dipisahkan hanya untuk memudahkan pengkajian pemerolehan bahasa. Pengkajian pemerolehan fonologi merupakan bagian dari Psikolinguistik Perkembangan (Developmental Psycholinguistic) yang sering dikaji oleh pakar (Simanjuntak, 1990 dalam Agustien, 2010).

Pemerolehan fonologis atau bahasa harus dimulai dengan penemuan suatu teori. Teori bahasa ini harus memastikan apakah bahasa itu diperoleh si bayi atau tumbuh di dalam otaknya. Pendekatan yang dipakai penyelidik sejak zaman dahulu ialah pendekatan catatan harian terhadap anaknya sendiri, yaitu mencatat dari hari ke hari dalam satu buku catatan tiap-tiap bunyi bahasa yang diucapkan oleh si anak secara spontan.