Pragmatisme merupakan gerakan filsfat Amerika yang menjadi terkenal selama satu abad terakhir. Ia adalah filsafat yang mencerminkan dengan kuat sifat-sifat kehidupan Amerika. Pragmatisme banyak hubungannya dengan nama seperti Charles S. Peirce (1839-1934), Willam James (1842-1910), John Dewey (1859-1952) dan George Herberrt Mead (1863-1931).
Pragmatisme berusaha untuk menengahi antra tradisi empiris dan tradisi idealis, dan menghubungkan hal yang sangat berarti dalam keduanya. Pragmatisme adalah suatu sikap, metode dan filsafat yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai-nilai kebenaran.
William James mendefinisikan pragmatisme sebagai sikap memandang jauh terhadap benda- benda pertama, prinsip-prinsip dan kategori-kategori yang dianggap sangat penting, serta melihat ke depan kepada benda-benda yang terakhir, buah akibat dan fakta-fakta.
Pragmatisme lebih menekankan kepada metoda dan pendirian daripada kepada doktrin filsafat yang sistematis. Ia adalah metoda penyelidikan eksperimenal yang dipakai dalam segala bidang pengalaman manusia. Pragmatisme memakai metode ilmiah modern sebagai dasar suatu filsafat. Ia sangat dekat kepada sains, khususnya biologi dan ilmu-ilmu kemasyarakatan, dan bertujuan untuk memakai jiwa ilmiah dan pengetahuan ilmiah dalam menghadapi problema-problema manusia termasuk juga etika dan agama.
Kelompok pragmatis bersikap kritis terhadap sistem-sistem filsafat sebelumnya seperti bentuk-bentuk aliran materialisme, idealisme, dan realisme. Mereka mengatakan bahwa pada masa lalu, filsafat telah keliru karena mencari hal-hal yang mutlak, yang ultimate, esensi-esensi abadi, substansi, prinsip yang tetap dan sistem kelompok empiris, dunia yang berubah serta problema-problemanya, dan alam sebagai sesuatu dan kita tidak dapat melangkah keluar daripadanya. Bagi John Dewey, pengalaman adalah pokok. Pengalaman adalah hasil dari pengaruh timbal balik antara organisme dan lingkungannya.
Walaupun pragmatisme sebagai filsafat yang sistematis adalah baru jika dibandingkan dengan yang lain, namun sikap dan ide-ide yang serupa dapat ditemukan dalam karangan pemikir-pemikir yang terdahulu. Sebagai contoh, kata pragmatis dipakai oleh Kant untuk menunjukkan pemikiran yang sedang berlaku dan ditetapkan oleh maksud-maksud dan rencana-rencana. Ia menggunakan kata pragmatis sebagai kebalikan dari kata praktikal yang menunjukkan kepada bidang etika.
Kant mengajak untuk mendapatkan watak moral khususnya rasa kewajiban, dan kemauan untuk menegakkan kebenaran beberapa keyakinan seperti: kemerdekaan kemauan, Tuhan dan kelangsungan jiwa. Prinsip Kant tentang lebih pentingnya akal praktis telah merintis jalan bagi pragmatisme.