Apa yang Dimaksud dengan Etika Profesi Kepemimpinan Pendidikan bagi Generasi Milenial?

image
Kepemimpinan pendidikan pada generasi milenial juga harus memiliki etika profesi yang baik agar pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.

Apa yang dimaksud dengan etika profesi kepemimpinan pendidikan bagi generasi milenial?

Etika seorang pemimpin pada era digital atau era milenial menjadi sebuah tantangan tersendiri. Bukan tidak mungkin di era sekarang ini banyak peranan manusia yang sudah dapat digantikan oleh mesin. Bahkan tak jarang banyak keputusan maupun kebijakan bersumber pada jejak digital seseorang dalam memutuskan sebuah kebijakan. Hal ini sangat mempengaruhi proses perumusan hingga pengesahan sebuah kebijakan yang diambil oleh pemimpin. Adapun dalam bidang pendidikan. Peranan kepala atau pemimpin sangat krusial di mana keputusan atau kebijakan yang diambil akan langsung berpengaruh terhadap stakeholde. Generasi milenial maupun pemimpin milenial diharapkan tetap dapat menjunjung tinggi norma-norma kesusilaan serta norma agama dalam setiap pemutusan kebijakan yang diambilnya.

Kepala sekolah dalam hal ini sebagai pemimpin di sekolah harus bisa memadukan manajemen antara para guru dan pengimplementasian kurikulum. Tujuannya adalah membuat manajemen sekolah menjadi seefektif mungkin. Beberapa kriteria menurut Zahroh (dalam Perdani, 2019) mengenai sekolah yang efektif, seperti: memfokuskan penguatan kepemimpinan, kemampuan dasar yang tercapai, membuat lingkungan yang memberi suasana dekat, dan memotivasi siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi. Sementara, hasil sekolah yang efektif, di antaranya: kualitas pengajaran yang diperhatikan kepala sekolah, kepemimpinan yang bermutu, pemahaman terhadap mata pelajaran, terciptanya pengajaran yang kondusif selama berlangsung di sekolah, dan keberhasilan mengukur kemampuan siswa berdasarkan alat ukur yang ditetapkan.

Menciptakan manajemen sekolah efektif diikuti dengan perkembangan saat ini bukan hal yang mudah, terlebih lagi adanya perbedaan signifikan antara usia pengajar yang jauh dengan siswa milenial saat ini. Kepala sekolah harus bisa berinovasi sehingga kedudukan kepala sekolah tidak hanya jabatan, melainkan menjadi edukator, manajerial, administrator, supervisi, pemimpin, inovator dan motivator (Perdani, 2019). Menurut Thannimalai dan Raman (dalam Perdani, 2019) penguatan kepala sekolah ke arah teknologi dalam hal ini difokuskan pada pengembangan digitalisasi di sekolah. Saat kepala sekolah membangun digitalisasi di sekolah harus didasari dahulu dengan visi yang jelas, lalu kemudian akan berkesinambungan ke depannya.

Menurut Courville (dalam Perdani, 2019), keberhasilan pengaplikasian teknologi dapat terlihat dari respon para siswa dalam pembuatan media mengajar, seperti: kesuksesan pengalaman pembelajaran melalui media learning dan mampu mengomunikasikan atau mendiskusikan pembelajaran menggunakan forum berdasarkan hasil umpan balik (feedback) dari guru mata pelajaran tersebut dan teman di kelasnya.