Apa yang dimaksud dengan Emerging Adulthood?

Emerging Adulthood

Apa yang dimaksud dengan Emerging Adulthood ?

Definisi Emerging Adulthood


Emerging adulthood adalah suatu tahapan perkembangan yang muncul setelah individu mengalami melewati masa remaja (adolescence) dan sebelum memasuki masa dewasa awal ( young adulthood ), dengan rentang usia antara 18 hingga 29 tahun (Arnett, 2004, Black, 2010). Masa-masa ini diwarnai oleh perasaan antusias khususnya dalam merancang rencana-rencana untuk menghadapi tantangan menuju masa dewasa. Ada banyak tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada masa transisi menuju kedewasaan ini, antara lain tinggal terpisah dari orangtua, terdapat peningkatan dalam hal karier dan akademis, membangun hubungan interpersonal yang intim dan mendalam, membuat keputusan-keputusan sendiri serta memiliki kematangan emosional (Miller, 2011).

Nelson dan Barry (2005) menjelaskan bahwa individu pada tahap Emerging Adulthood akan lebih menggunakan kualitas-kualitas diri seperti sikap bertanggungjawab terhadap segala tindakan yang dilakukan, pengambilan keputusan secara mandiri, serta mampu terlepas dari ketergantungan secara finansial dari orangtua. Selain itu, Levinson (1986, dalam Sciaba, 2006) juga menyebutkan bahwa rentang usia 20 hingga 30 tahun adalah tahap dimana individu sudah memiliki kepuasan dalan hal cinta, seksualitas, kehidupan keluarga, kreativitas, pencapaian karier, dan realisasi dari tujuan-tujuan utama dalam kehidupannya. Pada tahap ini individu akan mengambil keputusan yang penting dalam urusan pernikahan, pekerjaan dan gaya hidup sebelum merasa diri cukup bijaksana dan berpengalaman. Selain itu, ada pula tuntutan dari keluarga, teman dan lingkungan sekitar yang berlawanan dengan ambisi personal.

Individu pada rentang usia emerging adulthood tidak berjalan di jalur yang sama, melainkan membangun jalurnya masing-masing dimana semuanya bergantung pada pilihan-pilihan yang sebagian besar bukanlah pilihan individu itu sendiri melainkan bagian dari eksperimen dan eksplorasi diri.

Pada tahap emerging adulthood , perencanaan masa depan menjadi semakin sulit dan kompleks. Masing-masing individu akan menggunakan strateginya sendiri untuk menentukan arah mana yang akan mereka ambil untuk masa depan. Banyak kesempatan yang tersedia namun individu justru semakin bingung dan kerap dihinggapi keraguan. Sehingga, status sebagai orang dewasa dimaknai sebagai tantangan yang sangat besar bagi individu di tahap emerging adulthood (Lanz & Tagliabue, 2007).

Ciri-ciri utama Emerging Adulthood


Menurut Arnett (2004, dalam Gallo & Gallo, 2011), terdapat 5 (lima) ciri utama yang dapat ditemui pada individu di tahap emerging adulthood . Ciri-ciri tersebut antara lain :

1. Identity exploration .

Individu pada tahap emerging adulthood akan mencoba segala macam kemungkinan-kemungkinan, terutama dalam hal pekerjaan dan percintaan. Walaupun proses eksplorasi diri ini kerap membuat individu disibukkan dengan mencari pengalaman-pengalaman baru, namun tidak selalu dianggap sebagai kegiatan yang menyenangkan. Hasil yang didapatkan pada umumnya individu merasa bingung dan memperoleh penolakan dari lingkungan. Kebebasan mengeksplorasi diri memberikan tekanan tersendiri karena individu belum mampu membaca arah masa depan mereka. Akibatnya ada berbagai macam emosi menjadi satu, mulai dari perasaan bebas dan optimis hingga rasa takut akan eksplorasi diri yang tidak membawa mereka ke arah yang jelas (Arnett, 2004, dalam Carman, 2008).

2. Instability .

Beberapa diantara individu memasuki masa perkuliahan namun ternyata menyadari bahwa mereka menekuni bidang yang salah. Dalam hal pekerjaan, mereka merasa bahwa apa yang mereka kerjakan tidak sesuai dengan minat mereka atau membutuhkan kemampuan lain sehingga mereka perlu melanjutkan sekolah. Individu juga mengalami ketidakstabilan dalam hal percintaan dimana mereka mulai menjalin hubungan yang serius dengan pasangan mereka namun baru belakangan menyadari ada ketidakcocokan.

3. Self-focus .

Individu mulai membangun kompetensi untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari, menggali pemahaman yang lebih dalam mengenai siapa diri mereka dan apa yang mereka inginkan dalam hidup, serta mulai membangun pondasi untuk masa dewasa mereka. Selain itu, dengan diperolehnya kebebasan yang lebih dibandingkan saat masih anak-anak, individu dituntut untuk selalu mampu mengambil keputusannya sendiri dan bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut.

4. Feeling in-between .

Individu merasakan tahap dimana ia tidak ingin lagi dianggap sebagai remaja namun merasa belum siap untuk masuk ke kelompok usia dewasa. Perasaan ini juga ditandai dengan belum adanya pendirian yang tetap mengenai kehidupan personal hingga karier yang dipilih.

5. The age of possibilities.

Harapan-harapan individu dalam tahap emerging adulthood berkembang besar. Mereka melihat diri mereka memiliki banyak kemungkinan untuk menjadi sosok yang besar dan mampu bertransformasi. Segala kesempatan untuk berkembang sangat terbuka lebar bila dibandingkan dengan tahapan perkembangan lainnya, seperti misalnya kesempatan untuk melanjutkan sekolah, meniti karier di bidang tertentu hingga memulai hubungan yang baru.

Faktor budaya, modernisasi dan kemajuan teknologi turut memberikan tekanan bagi individu di rentang usia emerging adulthood . Peristiwa-peristiwa yang erat kaitannya sebagai tanda kedewasaan mulai bergeser dari yang semula hanya pernikahan menjadi beberapa pencapaian, misalnya kemandirian dalam hal finansial, yang juga diikuti oleh karier jangka panjang yang stabil serta sepenuhnya terlepas dari bantuan orangtua (Olson-Madden, 2007). Beberapa cara atau ekspresi yang dihasilkan dalam rangka mengatasi tantangan dan perubahan yang dialami tersebut dirangkum ke dalam sebuah pengalaman yang dikenal dengan istilah quarterlife crisis (Schiaba, 2006).

Tahap emerging adulthood merupakan periode transisi dari masa remaja ke dewasa yang terjadi pada usia 18 sampai 25 tahun (Arnett, 2006, 2007 dalam Santrock, 2012), masa ini di tandai oleh eksperimen dan eksplorasi. Pada tahap emergeging adult menurut Jeffrey Arnet, 2006 (Dalam Santrock, 2012) mendeskripsikan lima ciri dari orang yang beranjak dewasa sebagai berikut:

  1. Ekplorasi identitas, khususnya dalam relasi romantis dan pekerjaan. Beranjak dewasa adalah masa dimana didalam diri sebagian besar individu terjadi perubahan penting yang menyangkut identitas (cote, 2009; Kroger, Martinussen, & Marcia, 2010)
  2. Perubahan tempat tinggal sering terjadi selama masa dewasa awal, sebuah masa di mana juga sering terjadi ketidakstabilan dalam hal relasi romantis, pekerjaan dan pendidikan.
  3. Self-focused (terfokus pada diri) Menurut Arnett (2006, hal.10). individu yang berada di masa beranjak dewasa “cenderung terfokus pada diri sendiri, dalam arti mereka kurang terlibat dalam kewajiban sosial, melakukan tugas dan berkomitmen terhadap orang lain, serta mengakibatkan mereka memiliki otonomi yang besar dalam mengatur kehidupannya sendiri”
  4. Feeling-in-between (merasa seperti berada/di peralihan). Banyak orang di masa beranjak dewasa tidak menganggap dirinya sebagai remaja ataupun sepenuhnya sudah dewasa dan berpengalaman.
  5. Usia dengan berbagai kemungkinan, sebuah masa di mana individu memiliki perluang untuk mengubah kehidupan mereka. Arnett (2006) mendeskripsikan dua cara di mana masa beranjak dewasa merupakan usia yang memiliki berbagai kemungkinan :
    (1) banyak orang yang sedang beranjak deasa yang optimis dengan masa depannya.
    (2) bagi mereka yang mengalami kesulitan ketika bertumbuh besar, masa beranjak dewasa merupakan sbuah kesempatan untuk mengarahkan kehidupan mereka ke arah yang lebih positif.

Masa emerging adulthood merupakan salah satu tahapan kehidupan dimana individu tidak bergantung kepada orang tua seperti masa anak-anak dan remaja namun belum sepenuhnya menjadi dewasa (Arnett,2012).

Menurut Arnett (2013) emerging adulthood merupakan masa transisi dari remaja menuju dewasa. Pada masa ini ditandai oleh eksperimen dan eksplorasi sehingga dalam masa ini individu mencoba mengeksplorasi jalur karier yang ingin diambil, ingin melajang, hidup bersama atau menikah. Diusia 18 hingga 25 tahun individu mencoba lebih mandiri dan tidak tergantung dengan orang tua serta mencoba mengeksplorasi berbagai kemungkinan dalam hidup sebelum membuat komitmen (Arnett,2013).

Arnett (2013) pun menjelaskan 5 karakteristik dari emerging adulthood , yaitu :

  1. Eksplorasi diri ( the age of indentity exploration ), merupakan masa dimana dalam diri sebagian besar individu terjadi perubahan penting yang menyangkut identitas, khususnya dalam relasi romantis dan pekerjaan. Dalam mencoba mengeksplorasi diri, individu akan mengembangkan serta mendefinisikan identitasnya, termasuk memahami siapa dirinya, apa kelebihan ataupun kekurangan yang dimiliki, kepercayaan ( believe ), nilai-nilai ( values ) dan bagaimana individu dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat disekitar mereka.

  2. Ketidak stabilan ( the age of instability ), merupakan masa dimana sering melakukan eksplorasi dalam hidup sehingga terjadi ketidak-stabilan dalam hal relasi romantis, pekerjaan dan pendidikan.

  3. Fokus pada diri sendiri ( the self focused age ), merupakan masa dimana individu fokus pada diri sendiri untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan ( skill ) dan memahami diri sendiri, sehingga kurang terlibat dalam kewajiban sosial, melakukan tugas dan berkomitmen terhadap orang lain serta mengakibatkan individu memiliki otonomi yang besar dalam mengatur kehidupannya.

  4. Ambiguitas ( the age of feeling in between ), merupakan masa dimana individu tidak menganggap dirinya sebagai remaja ataupun sepenuhnya sudah dewasa dan berpengalaman

  5. Kemungkinan untuk melakukan eksplorasi dan eksperimen ( the age of possibilities ), merupakan sebuah masa dimana individu memiliki peluang untuk mengambil keputusan di dalam kehidupan mereka, sehingga individu akan melakukan eksplorasi dan eksperimen dalam memperoleh peluang untuk mencapai tujuan hidup.

Ketika individu berada pada masa emerging adulthood , individu berada pada masa tidak stabil karena mengadopsi berbagai pengalaman serta pengetahuan dari lingkungannya dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan dalam hidupnya, hal tersebut juga ditunjukkan ketika individu menggunakan internet.

Emerging Adult

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan rentang umur 18-25, mahasiswa dengan rentang umur tersebut termasuk kedalam kategori Emerging Adult, Emerging adult adalah masa transisi antara remaja dan dewasa, biasanya merupakan kelanjutan dari remaja dan sampai pertengahan 20 tahun. Emerging Adult juga dijelaskan sebagai waktu dimana bukan lagi remaja namun juga belum sepenuhnya dewasa (Papalia, Olds & Feldman, 2007). Sedangkan menurut Santrock rentang usia Emerging Adult adalah 18-25 tahun (Santrock, 2008).

Menurut Arnett (2006, dalam Papalia, Olds, &Feldman, 2007) Emerging adults adalah masa transisi antara remaja dan dewasa yang terjadi pada awalusia20-an dan melibatkan pengalaman untuk bereksperimen serta bereksplorasi terhadap dunianya. Menurut Arnett (2004) usia yang dapat dikategorikan sebagai emerging adulthood adalah 18-25 tahun.

Konsep Emerging Adulthood

Arnett (2004) menjelaskan 5 konsep emerging adulthood:

1. The Age of Identity Explorations (Usia Eksplorasi Diri)

Pada masa emerging adulthood, pencarian identitas diri yang dapat menggabarkan sosok dirinya secara utuh dan tepat menjadi topik utama.Kecenderungan emerging adulthood untuk mengeksplorasi berbagai bidang terutama dalam bidang cinta dan pekerjaan. Kesempatan terbuka bagi kaum emerging adulthood untuk mencoba berbagai pilihan dan cara hidup. Kaum emerging adulthood menganggap pencarian identitas sebagai hal yang menyenangkan sebelum menetapkan pilihan dan memiliki tanggung jawab atas kehidupan pada masa dewasa, hal ini terjadi didasari atas kesadaran bahwa hal tersebut tidak akan mereka dapatkan ketika menginjak usia 30 atau lebih.

2. The Age of Instability (Usia Masa Ketidakstabilan)

Emerging adulthood sering membuat keputusan berbeda, karena rencana awal yang telah dibuat tidak dijalankan dan membuat rencana baru dan seterusnya. Akhirnya mereka akan belajar mengenai dirinya dan diharapkan akan mengambil langkah tepat untuk masa depannya.

3. The Self-focused Age (Usia Berfokus pada Diri)

Emerging adulthood lebih berfokus pada dirinya sendiri, sehingga akan sadar mengenai perasaan dan perspektif orang lain, dapat meningkatkan kemampuan dalam kehidupan seharihari, mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai hal yang diinginkan dan mulai membangun dasar untuk masa dewasa mereka. Menentukan kehidupannya secara mandiri, karena keputusan yang diambil adalah buah dari pemikiran dari hal yang benar-benar mereka inginkan. Tujuan fokus pada diri sendiri adalah untuk belajar menjadi individu yang mandiri dan langkah penting sebelum memiliki komitmen berhubungan dengan orang lain.

4. The Age of Feeling-in-Between (Usia Peralihan Perasaan)

Perasaan kebingungan kaum emerging adulthood mengenai statusnya yang sudah bukan lagi berada dimasa remaja dan belum bisa dikatakan dewasa secara utuh.Anggapan saat mereka dikatakan sudah atau sebagai dewasa adalah keharusan untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri, membuat keputusan secara bebas, dan mandiri dalam segi finansial. Ketiga hal tersebut dianggap oleh kaum emerging adulthood sebagai sebuah tahapan dan sebuah hal yang belum dapat mereka lakukan karena pemikiran bahwa mereka belum memasuki usia dewasa utuh.

5. The Age of Possibilities (Usia Kemungkinan)

Kaum emerging adulthood memiliki harapan yang tinggi dan besar, karena kepercayaan bahwa mereka akan memiliki keadaan yang baik dalam kehidupan percintaan, pekerjaan, dan keluarga. Mereka membayangkan dimasa depan akan mendapatkan pekerjaan yang baik, pernikahan yang langgeng, dan keluarga yang bahagia. Anggapan bahwa di masa emerging adulthood inilah mereka memiliki kesempatan untuk berubah sebagai pribadi yang tidak berada dibawah kontrol orang tua, melainkan pribadi yang mampu membuat keputusan yang bersifat bebas sesuai apa yang mereka ingin dan bagaimana cara mereka memulai kehidupannya di masa depan.

Problematic Internet Use dan Emerging Adult

Emertging adult adalah masa transisi dari remaja menuju dewasa (Santrock, 2008), sebagai partisipan Emerging adult yang dimaksud adalah yang masih berstatus mahasiswa. Internet dalam kehidupan mahasiswa sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari, salah satu penggunaan internet oleh mahasiswa adalah untuk digunakan mencari informasi yang dapat menunjang tugas-tugas yang diberikan selama perkuliahan. Namun internet juga digunakan sebagai sarana untuk bersenang-senang seperti melakukan streaming dan juga untuk menunjang penggunaan SNS atau situs jejaring sosial. Dalam hal ini internet terkadang juga dapat berdampak pada kehidupan mahasiswa, seperti penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan dampak-dampak negatif seperti perasaan yang ingin terus menerus untuk online, penarikan diri dan persepsi pengendalian sosial hal tersebut merupakan gejala-gejala dari problematic internet use. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Derbyshire, Lust &Schreiber pada tahun 2013 yang mengemukakan bahwa problematic internet use menyebabkan berbagai masalah yang terjadi pada emerging adult.

Regulasi Emosi dan Emerging Adult.

Menurut sebuah studi menunjukan bahwa perbedaan usia menjadi sebuah keuntungan dalam reaksi orang-orang dalam menghadapi peristiwa negatif (Gross, 2007), sedangkan menurut Cartensen dan kawan-kawan dalam Gross (2007) mengungkapkan bahwa orang dewasa dengan rentang usia18-94 ketika diminta untuk mengungkapkan emosi yang dirasakan lima kali dalam sehari selama satu minggu, merasakan emosi negatif yang berkurang dengan bertambahnya umur. Berdasarkan studi tersebut dapat dilihat bahwa emerging adult yang memiliki rentang umur 18-25 tahun seringkali menunjukan emosi negatif sebagi reaksi dari suatu peristiwa lebih sering dari pada orang dewasa. Emerging adult sendiri adalah masa transisi dimana telah memasuki masa dewasa namun juga belum benar-benar meninggalkan masa remaja. Reaksi dari emerging adult sendiri mempengaruhi bagaimana mereka mergulasi emosi mereka yang bisa keluarkan melalui penggunaan SNS sebagai strategi regulasi emosi yang dilakukan oleh emerging adult.

Referensi

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-00009-PS%20Bab2001.pdf

Emerging adulthood adalah suatu konsep tahapan perkembangan dengan fokus usia 18-25 tahun (Arnett,2000). Arnett (2000) mendefinisikan emerging adulthood sebagai suatu tahapan perkembangan yang bukan tahapan remaja maupun dewasa awal.

Tahapan ini telah meninggalkan masa anak-anak dan remaja, namun belum memiliki tanggung jawab seperti orang dewasa. Seorang individu di umur 20 akan menghadapi masa-masa pencarian keintiman dengan orang lain (Erikson, 1968). Keintiman tidak hanya dikaitkan menjalin cinta dengan lawan jenis, namun dapat pula didefinisikan sebagai kemampuan untuk membina suatu afiliasi yang diikat oleh komitmen.

Kriteria Emerging Adulthood

Arnett (2000) menggolongkan lima kriteria emerging adulthood :

  1. Identity Explorations
    Seseorang akan mencari dan mengeksplorasi identitasnya secara serius sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan selanjutnya seperti cinta dan pekerjaan.

  2. Instability
    Mereka mengalami banyak perubahan-perubahan dalam rencana yang telah mereka rencanakan sebelumnya.

  3. Being Self-focused
    Sudah mampu berdiri sendiri atau mandiri dalam mencukupi kebutuhan masing-masing.

  4. Feeling in between and in transition
    Mereka berada di tahapan seperti remaja namun belum sepenuhnya dewasa. Seperti contoh dalam memenuhi kebutuhan finansial, mereka tidak langsung dapat mandiri, namun bertahap sampai betul-betul mandiri secara finansial.

  5. Possibilities
    Tahapan ini memungkinkan mereka untuk dapat mencapai segala mimpimimpi mereka. Karena pada tahapan ini mereka masih memiliki banyak kesempatan dan dapat mencoba banyak hal seperti pekerjaan, pasangan hidup dan falsafah hidup.

Perbedaan Emerging Adulthood Dengan Remaja dan Dewasa

Arnett (2000) mengemukakan perbedaan emerging adulthood dengan remaja dan dewasa dilihat dari 3 aspek yaitu :

  1. Demografis
    Survey membuktikan bahwa pada usia 18-25 seseorang mengalami suatu perubahan yang sangat cepat dan tidak stabil. Di Amerika, remaja usia 12-17 tahun 95% masih tinggal di rumah dengan orang tuanya, 95% masih bersekolah dan 10% yang memiliki anak. Kemudian pada usia 30 tahun ke atas kurang dari 10% mereka yang masih sekolah, 75% sudah menikah dan sekitar 75% sudah memiliki anak (US Bureau of the Census, dalam Stern, 2004).

  2. Eksplorasi identitas
    Eksplorasi identitas pada emerging adulthood berbeda secara kualitatif. Eksplorasi identitas mereka digali secara lebih serius terutama di area cinta, pekerjaan dan worldviews. Kalau dalam cinta, mereka lebih serius dan sudah menuju ke pernikahan. Dalam pekerjaan, mereka tidak lagi kerja paruh waktu, namun sudah bekerja penuh waktu.

  3. Persepsi subjektif dewasa
    Dari survei yang dilakukan Arnett (2000), bahwa kebanyakan seseorang merasa dia sudah dewasa kalau sudah dapat bertanggung jawab penuh atas diri sendiri dan sudah dapat mencukupi kebutuhan sendiri. Sedangkan, usia 18-25 tahun itu belum semuanya dapat mencukupi kebutuhan sendiri.

Emerging Adulthood dan Situs Jejaring Sosial

Emerging adulthood adalah suatu konsep tahapan perkembangan dengan fokus usia 18-25 tahun (Arnett,2000). Kemudian, terkait dengan situs jejaring sosial, Duggan dan Smith (2013) menuliskan bahwa sebanyak 31% dari total pengguna internet yang berusia 18–24 tahun tercatat menggunakan Twitter. Itu artinya banyak pengguna internet khususnya situs jejaring sosial yang berada dalam tahapan emerging adulthood.

Emerging adulthood memiliki lima kriteria, salah satunya yaitu identity exploration. Kriteria ini memiliki maksud bahwa seseorang dalam tahapan ini sudah mulai mencari dan mengeksplorasi identitasnya secara serius sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan selanjutnya seperti cinta dan pekerjaan. Melalui situs jejaring sosial, mereka dapat berkomunikasi dengan orang lain dan dapat membantu mengeksplorasi identitas mereka.

Kemudian kriteria emerging adulthood selanjutnya adalah instability. Mereka belum memiliki hidup yang stabil sehingga dapat berubah-ubah dalam setiap waktu. Terkait dengan situs jejaring sosial, mereka sering membuat status yang berubah-ubah, di satu waktu mereka membuat status senang, namun di waktu lain langsung berubah menjadi status sedih.

Kriteria selanjutnya yaitu feeling in between. Mereka masih berada dalam masa transisi, sudah tidak remaja lagi namun belum dewasa. Jadi, mereka belum cukup dewasa untuk menyikapi situs jejaring sosial. Sering kali terjadi penyalah gunaan situs jejaring sosial, seharusnya untuk komunikasi dengan orang lain, tetapi digunakan dalam hal yang kurang baik.