Eklampsi dalam bahasa yunani berarti halilintar, adalah serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjdi pada wanita hamil dan nifas.
Apa yang dimaksud dengan Eklampsi ?
Eklampsi dalam bahasa yunani berarti halilintar, adalah serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjdi pada wanita hamil dan nifas.
Apa yang dimaksud dengan Eklampsi ?
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita pre-eklampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan atau koma. Sama halnya dengan pre-eklampsia, eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan post partum. Eklampsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan. 50-60% kejadian eklampsia terjadi dalam keadaan hamil. 30-35% kejadian eklampsia terjadi pada saat inpartu, dan sekitar 10% terjadi setelah persalinan.
Pada negara berkembang kejadian ini berkisar 0,3-0,7%. Di Indonesia Pre eklampsia dan eklampsia penyebab kematian ibu berkisar 15-25%, sedangkan 45-50% menjadi penyebab kematian bayi.
Keluhan
Kejang yang diawali dengan gejala-gejala prodromal eklampsia, antara lain:
Faktor Risiko
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan urinalisa didapatkan proteinuria ≥ 2+
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Banding
Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain, oleh karena itu sebagai diagnosis banding eklampsia antara lain: Hipertensi, perdarahan otak, lesi di otak, Meningitis, Epilepsi , Kelainan metabolik
Komplikasi pada ibu: sianosis, aspirasi , pendarahan otak dan kegagalan jantung, mendadak, lidah tergigit, jatuh dari tempat tidur yang menyebabkan fraktur dan luka, gangguan fungsi ginjal, perdarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan ikterus
Komplikasi pada janin: Asfiksia mendadak disebabkan spasme pembuluh darah, Solusio plasenta, persalinan prematuritas
Penatalaksanaan
Perawatan dasar eklampsia yang utama adalah terapi supportif untuk stabilisasi fungsi vital, dengan pemantauan terhadap Airway, Breathing, Circulation (ABC).
Non Medikamentosa Pengelolaan Kejang
Medikamentosa
MgSO4 diberikan intravena dengan dosis awal 4 g (10 ml MgSO4 40%, larutkan dalam 10 ml akuades) secara perlahan selama 20 menit, jika pemberian secara intravena sulit, dapat diberikan secara IM dengan dosis 5 mg masing bokong kanan dan kiri.
Adapun syarat pemberian MgSO4
a. tersedianya CaGlukonas10%
b. ada refleks patella,
c. jumlah urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam
d. frekuensi napas 12-16x/menit.
Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4 (15ml MgSO4 40%, larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ Ringer asetat) 28 tetes/ menit selama 6 jam dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir.
Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan sekunder .
Diazepam juga dapat dijadikan alternatif pilihan dengan dosis 10 mg IV selama 2 menit (perlahan), namun mengingat dosis yang dibutuhkan sangat tinggi dan memberi dampak pada janin, maka pemberian diazepam hanya dilakukan apabila tidak tersedia MgSO4.
Stabilisasi selama proses perjalanan rujukan
Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, refleks patella.
Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan/atau tidak didapatkan refleks tendon patella, danatau terdapat oliguria (produksi urin <0,5 ml/kg BB/jam), segera hentikan pemberian MgSO4.
Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit.
Kriteria Rujukan
Eklampsia merupakan indikasi rujukan yang wajib di lakukan.
Peralatan
Prognosis
Prognosis umumnya dubia ad malam baik untuk ibu maupun janin.
Sumber :
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer
Referensi