Apa yang dimaksud dengan dukun menurut Islam ?

Dukun

Dukun atau “orang pintar” adalah sebuah istilah yang secara umum dipahami dalam pengertian orang yang memiliki kelebihan dalam hal kemampuan supranatural yang menyebabkannya dapat memahami hal tidak kasat mata serta mampu berkomunikasi dengan arwah dan alam gaib, yang dipergunakan untuk membantu menyelesaikan masalah di masyarakat, seperti penyakit, gangguan sihir, kehilangan barang, kesialan, dan lain-lain.

Apa yang dimaksud dengan dukun menurut Islam ?

Dalam istilah bahasa arab dukun disebut al-kahin. Istilah lainnya adalah al-arraf (orang pintar /peramal) as-sahir (tukang sihir), al-munajjim (tukang ramal melalui perbintangan).

Dalam kultur budaya Indonesia, banyak pula pemakain istilah yang kelihatanya tidak masalah tetapi terkesan sebagai justifikasi agar boleh didatangi untuk mengatasi berbagai masalah seperti istilah “orang pintar”, “orang tua”, syaik, ustadz, mentalist, paranormal dan lain sebagainya.

Dalam kamus al-Munjid, Dukun adalah orang yang mengaku mengklaim dapat mengetahui rahasia-rahasia dan keadaan dalam ghaib.” Sedangkan menurut agama yahudi dan penyembah berhala adalah dukun adalah orang yang selalu menyelesaikan orang dan memenuhi kebutuhannya dengan membuat ritual penyembelihan dan persembahan.

Sedangkan menurut al-Qaradhawi dan al-khathabi, “ Dukun itu adalah orang yang memiliki pikiran tajam, berjiwa jahat, berkarekter panas lalu mereka dijinakkan oleh setan-setan karena adanya kecocokan diantara mereka dalam masalah-masalah tersebut dan setan itu juga memberikan pertolongan kepada mereka dengan segala kemampuan yang mereka miliki.

Perdukunan di Indonesia sudah berurat dan berakar, bahkan menjadi trend dalam masyarakat kita. Dan yang terbelit dan terperangkap dalam lingkaran setan ini mulai dari orang awam sampai para pejabat, rakyat jelata sampai orang berpangkat. Bahkan kalangan “terpelajar” yang mengaku “intelektual” pun menggandrungi fenomena ini. Mereka menyebutnya dengan orang pintar, paranormal, ahli hikmah, magician, pesulap, mentalis, ilusionis, spiritualis inner power, hiper metafisik, dan sebutan mentereng lainnya namun memiliki hakikat yang sama: yaitu “dukun”.

Untuk mengelabui orang-orang awam, terkadang “orang pintar” tersebut tidak ragu-ragu menyandangkan titel yang cukup menyilaukan, seperti: KH (Kyai Haji), Habib, Gus, Prof, DR, MBA, Ir, dan lain sebagainya. Padahal semua itu mereka lakukan hanyalah untuk melanggengkan bisnis mereka sebagai agen-agen dan kaki tangan setan dan jin.

Mereka tidak mau disebut dukun karena perkataan dukun tidak akan laku untuk dijual di kalangan masyarakat Indonesia karena imej dari perkataan tersebut sangat tidak intelektual. Oleh sebab itu banyak kalangan dukun yang memiliki tempat-tempat praktek di perhotelan dan tempat-tempat elit lainnya, mendirikan pesantren, melakukan seminar-seminar ilmiyah, dan lain-lain dengan maksud merubah pandangan masyarakat mengenai imej praktek perdukunan tersebut.

Bahkan mereka tidak segan-segan meminjam ajaran agama Islam sebagai kedok untuk mengelabui perhatian masyarakat.

Ciri-Ciri Dukun

Mengidentifikasi dukun sangat penting agar jelas bagi masyarakat siapa yang sedang mereka datangi, siapa yang sedang mereka mintai jasanya untuk berobat, mendapat kekayaan, jodoh dan sebagainya. Karena sudah banyak yang menjadi korban, tertipu dan disesatkan oleh orang-orang yang tidak tanggung jawab yang kadang mengaku sabagia kyai atau uztadz. Untuk itu umat islam perlu mengetahui ciri-ciri seorang dukun agar mereka dapat menghindarinya.

Ust. Fadlan Abu Yasir, Lc dalam VCD nya yang berjudul membongkar kesyirikan dunia perdukunan mengatakan ada beberapa ciri-ciri seorang yang perlu diketahui. Hal yang sama juga dikatakan oleh Syaikh Waqhid Abdussalam Bali, hanya saja beberapa sifat dukun yang menjadi ciri khas dukun timur tengah. Ciri-ciri dukun itu secara umum, antara lain adalah

  • Menanyakan Nama Pasien dan Ibunya

    Menanyakan nama pasien dan nama ibunya atau nama bapaknya, sesungguhnya biasa atau lazim dilakukan seorang dokter atau asistenya untuk mengisi kelengkapan data atau administrasi. Untuk tujuan pendataan, tetapi bagi seorang dukun, menanyakan nama pasien dan ibunya bukan sekedar untuk pendataan, tetapi menjadi syarat pengobatan yang kemudian dikait-kaitkan dengan masalah-masalah ghaib.

  • Menggunakan Barang Bekas Pasien

    Meminta dan mengambil serta menggunakan benda bekas pasien sebagai sarana pengobatan, merupakan sesuatu yang tidak logis dan jelas tidak syar’i. apalagi kadang-kadang terkesan bahwa benda bekas itu digunakan untuk sesuatu yang bersifat pribadi dan tidak baik dipertontonkan kepada orang lain seperti pakain dalam wanita, BH dan lain sebagainya, setelah itu direndamkan di air lalu diminumkan dan sebagainya.

  • Meminta Binatang Tertentu

    Meminta binatang tertentu dengan warna tertentu untuk disembelih seperti ayam putih, kambing hitam, dan sebagainya, biasanya, binatang-binatang tersebut dijadikan sesajen atau persembahan untuk setan secara utuh, kepalanya, kulitnya atau darahnya yang dilumurkan ditubuh pasien atau tempat tertentu.

  • Menulis atau Memberikan Rajah, Wifiq, Isim dan Hisib Sebagai Jimat

    Rajah dan sejenisnya biasanya dibuat oleh orang yang dipandang sebagai alim ulama atau ustadz. Karena seragamnya yang kelihatan islami seperti itu, orang beranggapan bahwa praktik yang dilakukan oleh “ustadz”, “habib” atau “ kyai” tersebut suatu kebenaran yang tidak bertentangan dengan syari’at. Padahal Islam tidak pernah mengajarkan ummatnya menggunakan rajah, wifiq, isim atau hizib sebagai penangkal badan agar terhindar dari dari gangguan setan, selamat dari bahaya atau sukses mendapatkan obsesi duniawi.

Siapapun yang melakukan praktik seperti ini, maka iya dapat dikatakan dukun.

Cara Kerja Dukun

Sebagaimana telah dimaklumi sebelumnya bahwa perdukunan merupakan hal yang lazim dan biasa dijaman jahiliah, bahkan para dukun-dukun menjadi tempat bertanya dalam segala masalah dan kehidupan orang banyak. Hal ini disebabkan antara lain terputusnya mata rantai kenabian.

Menurut Al-khathabi, tipologi dukun itu ada empat dan berdasarkan cara kerjanya .

  • Dukun yang mendapatkan informasi dari jin. Sebab bangsa jin dahulunya dapat naik menembus langit untuk mendengarkan berita informasi, lalu mereka membisikkan berita itu kepada para dukun-dukun. Setelah islam datang dengan diutusnya nabi Muhammad, maka langit pun dijaga ketat sehingga setan-setan tidak leluasa naik kelangit. Kebenaran prediksi atau ramalan dukun sebelum islam datang boleh dikatakan selalu jitu, tetapi setelah itu selalu melesat.

  • Dukun yang mendapatkan informasi dari jin dalam masalah-masalah yang biasanya tidak diketahui manusia kebanyakan.

  • Dukun yang bersandar kepada asumsi (zhan) dan dugaan (takhmin) semata.

  • Dukun yang berpedoman kepada pengalaman (tajribah) dan kebiasaan (adat) semata.

Apa yang diungkapkan oleh Al-khathabi ini merupakan fakta yang terjadi di lapangan, bahwa tidak semua dukun yang berprofesi menggunakan jasa jin. Bisa jadi ia hanya menggunakan trik atau lebih tepatnya tipuan.

Referensi :

Wahid Abdussalam Bali, Ash-sharim Battarfi At-Tashaddil As- Saharah Al-Asyrar (kairo: maktabah At- Tabi’in,tt).