Apa yang Dimaksud dengan Dongeng?

Dongeng
Salah satu jenis karya sastra adalah dongeng. Apa yang dimaksud dengan dongeng?

Pengertian Dongeng

Dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan dengan tujuan untuk menghibur, melukiskan kebenaran, pelajaran moral) dan sindiran dengan ciri khas kalimat pembuka dan penutupya bersifat klise. Menurut Asfanduyar dongeng adalah cerita rekaan, cerita rakyat yang tidak benar-benar terjadi dan bermanfaat bagi perkembangan anak. Baik perkembangan secara kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), sosial, dan aspek konatif (penghayatan).

Jenis-Jenis Dongeng

Anti Aarne dan Thompson membagi jenis dongeng menjadi empat, yaitu:

1. Dongeng Binatang (animal tales)

Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata (reptilian), ikan dan serangga. Binatang-binatang jenis ini dalam cerita dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia.

2. Dongeng Biasa (ordinary folkatels)

Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duku seseorang. Di Jawa Tengah misalnya Timun Mas dan Joko Kerdil.

3. Dongeng Lelucon atau Anekdot (jokes and anecdots)

Dongeng lelucon atau anekdot adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa mengelikan hati, sehingga menimbulkan tawa bagi yang mendengarkan dan yang menceritakannya. Namun bagi tokoh yang menjadi sasaran dongeng tersebut dapat menimbulkan rasa sakit hati.

4. Dongeng Berumus (formula tales)

Dongeng berumus adalah dongeng yang dibentuk dengan cara menambah keterangan lebih terperinci dari setiap keterangan pada setiap pengulangan isi cerita.

Fungsi Dongeng

Menurut Asfandiyar (2007), dongeng merupakan cara yang efektif untuk mengembangkan aspek-aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), dan aspek sosial. Selain itu, dongeng dapat membawa anak-anak pada pengalaman-pengalaman baru yang belum pernah dialaminya. Lewat dongeng, anak-anak tidak merasa digurui karena mereka merespon segala sesuatu dengan cara mereka sendiri.

Sumber

http://repository.ump.ac.id/2925/3/LAELI%20FAHMIYATI%20BAB%20II.pdf