Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan baik fisika maupun kimia, yang bersifat tidak spesifik, pada sel-sel epidermis dengan respon peradangan pada dermis dalam waktu dan konsentrasi yang cukup (Health and Safety Executive, 2004).
Etiologi
Penyebab munculnya DKI adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu, bahan abrasif, enzim, minyak, larutan garam konsentrat, plastik berat molekul rendah atau bahan kimia higroskopik. Kelainan kulit yang muncul bergantung pada beberapa faktor, meliputi faktor dari iritan itu sendiri, faktor lingkungan dan faktor individu penderita (Djuanda, 2008).
Iritan adalah substansi yang akan menginduksi dermatitis pada setiap orang jika terpapar pada kulit dalam konsentrasi yang cukup, pada waktu yang sufisien dengan frekuensi yang sufisien. Masing-masing individu memiliki predisposisi yang berbeda terhadap berbagai iritan, tetapi jumlah yang rendah dari iritan menurunkan dan secara bertahap mencegah kecenderungan untuk menginduksi dermatitis.
Fungsi pertahanan dari kulit akan rusak baik dengan peningkatan hidrasi dari stratum korneum (suhu dan kelembaban tinggi, bilasan air yang sering dan lama) dan penurunan hidrasi (suhu dan kelembaban rendah). Efek dari iritan merupakan concentration-dependent, sehingga hanya mengenai tempat primer kontak (Safeguards, 2000).
Bahan iritan yang menjadi penyebab dermatitis kontak adalah bahan yang pada kebanyakan orang dapat mengakibatkan kerusakan sel bila dioleskan pada kulit pada waktu tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. Bahan iritan dapat diklasifikasikan menjadi:
- Iritan kuat
- Rangsangan mekanik: serbuk kaca /serat,
- Bahan kimia: air,sabun
- Bahan biologik: dermatitis popok.
Terdapat empat mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis kontak iritan,yaitu meliputi:
- Hilangnya lapisan lipid di superfisial dan substansi yang mengikat air
- Kerusakan dari membran sel
- Denaturasi keratin pada epidermis
- Secara langsung timbulkan efek sitotoksik
Dalam respon iritasi, terdapat proses yang menyerupai dengan proses imunologi, yaitu adanya partikel sitokin,yang dihasilkan oleh sel kutannonimun yaitu keratinosit akibat respon dari stimuli kimia. Proses ini tidak didahului oleh proses sensitisasi. Kerusakan dari barier kulit memacu pelepasan sitokin,yaitu interleukin 1α (IL 1α), IL 1β dan tumor nekosis faktor-α ( TNF-α).
Pada dermatitis kontak iritan dapat ditemukan peningkatan TNF-α dan IL-6 sepuluh kali lipat, serta peningkatan macrophagecolony-stimulatingfactor dan IL-2 tiga kali lipat. TNF-α adalah kunci utama dari dermatitis kontak, yang memacu peningkatan ekspresi dari MHC class-II (majorhisto compatibility complex class II) dan ICAM-1 (intracellular adhesion molecule1) dari keratinosit.
Faktor lingkungan juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak dibawah umur 8 tahun lebih muda teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih), jenis kelamin (insidensi dermatitis kontak alergi lebih tinggi pada wanita), penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan turun), misalnya dermatitis atopik (Beltrani dkk, 2006).
Sistem imun tubuh juga berpengaruh pada terjadinya dermatitis ini. Pada orang-orang yang immunocompromised, baik yang diakibatkan oleh penyakit yang sedang diderita, penggunaan obat-obatan, maupun karena kemoterapi, akan lebih mudah untuk mengalami dermatitis kontak (Hogan, 2009).
Gejala klinik
Gejala Dermatitis kontak iritan memiliki manifestasi klinis yang dapat dibagi dalam beberapa kategori, berdasarkan bahan iritan dan pola paparan. Setidaknya ada sepuluh tipe klinis dari dermatitis kontak iritan
-
Reaksi iritasi
Timbul sebagai reaksi monomorfik akut yang meliputi bersisik, eritema derajat rendah, vesikel, atau erosi dan selalu berlokasi di punggung tangan dan jari. Hal ini sering terjadi pada individu yang bekerja di lingkungan yang lembap.Reaksi iritasi ini berakhir atau berkembang menjadi dermatitis iritan kumulatif.
-
Dermatitis kontak iritan akut
Akibat paparan bahan kimia asam atau basa kuat, atau paparan singkat serial bahan kimia atau kontak fisik. Sebagian kasus dermatitis kontak iritan akut merupakan akibat kecelakaan kerja. Kelainan kulit yang timbul dapat berupa eritema, edema, vesikel, dapat disertai eksudasi, pembentuk bula dan nekrosis jaringan pada kasus yang berat.
-
Iritasi akut tertunda
Reaksi akut tanpa tanda yang terlihat akibat reaksi inflamasi hingga 8 sampai 24 jam. Setelah gejala klinis timbul, maka tampilan klinisnya sama dengan dermatitis kontak iritan akut.
-
Dermatitis kontak iritan kronik kumulatif
Merupakan jenis dermatitis kontak yang paling sering ditemukan. Jenis ini akibat adanya paparan berulang pada kulit, dimana bahan kimia yang terpapar sering lebih dari satu jenis dan bersifat lemah karena dengan paparan tunggal tidak akan mampu timbulkan dermatitis iritan. Bahan iritan ini biasanya berupa sabun, deterjen, surfaktan, pelarut organik dan minyak. Awalnya, dermatitis kontak kumulatif dapat muncul rasa gatal, nyeri dan terdapat kulit kering pada beberapa tempat kemudian eritema, hiperkeratosis dan fisura dapat timbul. Gejala tidak segera timbul setelah paparan tetapi muncul setelah beberapa hari, bulan atau bahkan tahun.
-
Iritasi subyektif
Pasien biasanya mengeluh gatal, pedih, seperti terbakar, atau perih pada hitungan menit setelah kontak dengan bahan iritan tetapi tanpa terlihat perubahan pada kulit.
-
Iritasi non eritematosus
Sebuah keadaan dimana iritasi tidak terlihat tetapi secara histopatologi terlihat. Gejala yang sering timbul meliputi rasa terbakar, gatal dan pedih.
-
Dermatitis gesekan
Iritasi mekanik dapat timbul akibat mikro trauma dan gesekan yang berulang. Tipe ini biasanya menimbulkan kulit kering, hiperkeratotik pada kulit yang terabrasi dan membuat kulit lebih rentan terhadap terjadinya iritasi.
-
Reaksi traumatik
Timbul setelah trauma akut kulit seperti terbakar atau laserasi dan paling sering timbul pada tangan serta dapat bertahan 6 minggu atau lebih. Proses pembengkakan pada dermatitis jenis ini memanjang dan eritema, bersisik, papul atau vesikel dapat timbul.
-
Reaksi pustula atau acneiform
Tampak setelah terpapar bahan kimia saat bekerja seperti minyak, tar, logam berat dan halogen, serta dapat pula setelah penggunaan kosmetik. Lesi berupa pustul yang steril dan sementara dapat timbul beberapa hari setelah kontak.
-
Exsiccation eczema tid
Sering ditemukan pada usia tua yang sering mandi tanpa mengoleskan pelembap pada kulit setelah mandi. Gambaran klinis yang menjadi karakteristik adalah gatal, kulit kering dan ichtyosiform bersisik.