Daya Tahan Otot
Daya tahan otot merupakan salah satu komponen health related fitness yang tidak dapat dipisahkan dari kekuatan otot. Banyak orang menyangka bahwa ketahanan dan kekuatan otot hanya digunakan untuk atlet dan orang yang membutuhkan kerja otot yang berat. Kekuatan sangat penting untuk kinerja terbaik pada aktivitas harian seperti duduk, berjalan, berlari, memindahkan dan membawa benda, melakukan tugas rumahan dan bahkan menikmati rekreasi.
Walaupun kekuatan dan ketahanan otot saling berhubungan, keduanya mempunyai perbedaan mendasar. (Hoeger dan Hoeger, 1996) Kekuatan otot adalah kemampuan menggunakan tekanan maksimum yang berlawanan. Ketahahan otot adalah kemampuan otot menggunakan tekanan pengulangan submaksimum selama periode waktu. Ketahanan otot bergantung pada tingkat tertentu pada kekuatan otot dan batas bawah pada ketahanan kardiorespirasi (Hoeger dan Hoeger, 1996).
Karena baik kekuatan dan ketahanan otot berbeda, pengukurannyapun berbeda. Tes standar untuk mengukur kekuatan otot adalah dengan bench press , leg extension , dan biceps curl menggunakan beban. Kekuatan maksimum seseorang dihitung menggunakan berat terberat yang dapat diangkat seseorang satu kali melalui rentang gerak penuh. Sedangkan tes standar untuk mengukur ketahanan otot adalah seperti tarik badan, angkat badan dan baring duduk (Permaesih, 2000). Beberapa tes tersebut biasanya meminta responden melakukan serangkaian kontraksi pada persentase kekuatan maksimal dan pada tingkat yang konstan sampai responden tidak mampu lagi. Total gerakan yang dapat dilakukan atau durasi uji digunakan sebagai ukuran ketahanan. (Haskel dan Kiernan, 2000). Salah satu pengukuran daya tahan otot yang dapat dilakukan pada anak sekolah adalah sit-up . Berdasarkan tes kesegaran jasmani ASEAN Committee Standarization of Physical Fitness Test, tes yang dianjurkan digunakan untuk mengukur daya tahan otot adalah sit-up yang dilakukan dalam waktu 30 detik (Depdikbud RI, 1977 dalam Aninditia, 2009).
Tipe-tipe Gerakan Otot
Otot tubuh manusia terdiri dari tiga kelompok besar serat otot yaitu :
- Otot polos
- Otot rangka
- Otot jantung.
Otot polos adalah otot yang banyak terdapat pada dinding jaringan seperti pembuluh darah, anus, dan organ dalam kecuali jantung. Dikatakan otot polos karena tidak memiliki garis silang, bekerja di luar kesadaran dan termasuk otot organ dalam karena sebagian besar terletak pada organ. Otot rangka adalah serat otot yang menyusun otot yang berfungsi menggerakkan tubuh. Otot rangka sering disebut otot lurik yang cara kerjanya ada dalam kontrol kesadaran. Sedangkan otot jantung adalah hanya ditemukan pada jantung dan membantu memompa darah melalui sistem kardiovaskular (Langley, er.all, 1969).
Pada proses kerja otot yang berhubungan daya tahan otot, sebagian besar otot yang bekerja adalah otot rangka. Otot rangka memiliki tiga tipe gerakan yaitu isometrik, konsentrik, eksentrik. Isometrik adalah gerakan otot yang tidak menghasilkan dampak contohnya adalah pada gerakan tubuh ketika mengangkat benda yang sangat berat, benda tersebut tidak terangkat walaupun tubuh telah mengeluarkan tenaga maksimal untuk mengangkatnya. Gerakan konsentrik adalah tekanan yang diproduksi saat otot memendek dan gerakan eksentrik adalah tekanan yang diproduksi ketika otot memanjang. Contoh dari gerakan konsentrik dan eksentrik ini adalah ketika latihan mengangkat beban, pada saat beban diangkat gerakan ini disebut konsentrik dan pada saat beban itu diturunkan gerakan ini disebut eksentrik. Pada gerakan sit-up, gerakan konsentrik terjadi pada saat responden mengangkat tubuh dan gerakan eksentrik terjadi pada saat tubuh kembali pada posisi berbaring terlentang dengan kaki ditekuk (Doantelle dan Davis, 1999).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Otot
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi daya tahan otot yaitu adalah usia, jenis kelamin, aktivitas fisik olahraga, asupan zat gizi dan status gizi. (Permaesih, 2000; Astrand dan Rodahl, 1986; WHO, 2010; Williams, 2002 dan Williams 1989)
-
Keturunan atau genetik
Keturunan dan genetik merupaka sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir. Sifat-sifat ini terutama berpengaruh pada komposisi serabut otot dan komposisi tubuh. Keadaan ini tidak dapat diubah (Permaesih, 2000).
Pada daya tahan kardiorespirasi, genetik juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dengan VO2max. Salah satu penelitian yang mengikutertakan 15 kembar identik dan 15 pasangan tidak kembar yang dibesarkan pada tempat dan latar belakang sosioekonomik yang sama, menunjukkan bahwa lebih dari 93% faktor herediter berpengaruh terhadap perbedaan kebugaran aerobik. Sebagai tambahan, tingginya faktor keturunan terhadap tipe serat otot, kapasitas anaerobik, maksimal denyut jantung sebaik kemampuan meningkatkan kebugaran melalui latihan (Katch, et.all, 1993).
-
Umur
Pada kekuatan otot, semakin bertambahnya usia semakin rendah kekuatan otot hal ini ditandai dengan penurunan otot kaki dan punggung sekitar 60% dari usia 20-30 tahun dan penurunan otot lengan dari usia 30-80 tahun. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan massa otot pada usia lanjut (Astrand, 1986). Pada usia lanjut massa bebas lemak menurun hingga 15% pada 50 tahun dari pertengahan 20-an dan 30-an. Perubahan komposisi ini berhubungan dengan rendahnya tingkat aktivitas fisik, asupan makanan dan perubahan hormonal khususnya pada wanita. Kehilangan massa otot dan mineral juga diikuti dengan kehilangan cairan tubuh (Brown, et.all, 2005).
Pada kasus anak-anak, Asmussen, 1973, menyimpulkan bahwa usia berdampak pada kekuatan otot, dikarenakan adanya peningkatan ukuran tubuh, bertambahnya usia khususnya pada 1 tahun sebelum pubertas meningkatkan kekuatan dari 5 sampai 10% kemudian dipengaruhi oleh adanya perkembangan kedewasaan seksual anak. Salah satu fakta menyebutkan peningkatan tinggi badan sekitar 1/3 sejalan dengan peningkatan kekuatan otot sebanyak 4/5 antara usia 6- 20 tahun (Astrand, 1986).
-
Jenis Kelamin
Sebelum pubertas baik laki-laki dan perempuan tidak menunjukkan adanya perbedaan pada kekuatan maksimal aereobik (Astrand, 1986). Sama halnya dengan kebugaran yang berhubungan dengan kardiovaskular, setelah usia pubertas nilai pada wanita lebih rendah 15-25% daripada pria. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan maximal muscular power yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, kapasitas paru-paru dan lain sebagainya (Moeloek, 1984 dalam Permaesih, 2000).
Kekuatan otot setelah pubertas pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Perbedaan ini disebabkan karena pada laki-laki ada pertambahan sekresi hormon testosteron, yang berhubungan dengan bertambahnya massa otot (Astrand, 1986).
-
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang diproduksi oleh kontraksi otot. Aktivitas fisik dapat dikatagorikan oleh beberapa variabel, yang meliputi tipe dan intensitasnya (Haskel dan Kiernan, 2000).
Aktivitas fisik secara positif terkait dengan kebugaran kardiorespirasi pada anak dan remaja, dan baik keduanya dapat mencapai perbaikan kebugaran kardiorespirasi dengan latihan. Selain itu, aktivitas fisik secara positif berhubungan dengan kekuatan otot. Baik anak-anak dan pemuda, partisipasi dalam kegiatan penguatan otot dua atau tiga kali per minggu secara signifikan meningkatkan kekuatan otot. Pada kelompok usia ini, kegiatan memperkuat otot dapat tidak terstruktur dan merupakan bagian dari aktivitas bermain, seperti bermain menggunakan peralatan bermain, memanjat pohon atau gerakan mendorong dan menarik (contoh: tarik tambang) (WHO, 2010). Selain itu, ada kesepakatan bahwa latihan biasa atau aktivitas fisik mempunyai peran penting dalam mengoptimalkan kerja tubuh (Astrand, 1992).
Aktivitas fisik untuk anak sekolah menurut WHO, 2010 adalah meliputi bermain, olahraga, rekreasi atau jalan-jalan, pendidikan, olahraga dan latihan rutin. (WHO, 2010). Dan secara garis besar aktivitas fisik yang dianjurkan aga dapat memperbaiki kebugaran kardiorespirasi dan kekuatan otot, kesehatan tulang, kesehatan kardiovaskular dan metabolisme adalah lebih dari satu jam dan sebagian besar dari aktivitas fisik yang dilakukan dianjurkan adalah aerobik (jalan cepat, berlari, bersepeda, lompat tali, dan berenang) kemudian aktivitas yang berfungsi menguatkan tulang dan otot paling sedikit 3 kali dalam seminggu (WHO, 2010).