Apa yang dimaksud dengan Cost-Push Inflation?

Cost-Push Inflation

Cost-Push Inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga-harga tertentu atau tingkat upah yang diedarkan dalam perekonomian. Kenaikan biaya menyebabkan produsen menaikkan harga dan menyebabkan pekerja menuntut upah yang lebih tinggi.

Referensi

Black, John. (1997). Dictionary of Economics-Oxford University Press. New York: Oxford University Press

Cost-push Inflation adalah jenis inflasi yang terjadi akibat perubahan pada penawaran agregat (Stiglitz, 1996). Inflasi ini terjadi ketika bisnis menanggapi kenaikan biaya, dengan menaikkan harga mereka untuk melindungi margin keuntungan. Menurut Samuelson (1985) Cost-push Inflation dapat terjadi apabila permintaan terhadap bahan baku lebih besar daripada penawarannya.

Cost-push Inflation
Gambar 1. Kurva Cost-push Inflation

Kurva penawaran agregat jangka pendek diatas dapat menggambarkan bahwa pada mulanya titik keseimbangan perekonomian berada pada titik E0 yang menunjukkan pendapatan nasional pada Y0 dan tingkat harga pada P0. Misalnya, apabila terjadi perubahan kondisi perekonomian di dalam negeri, yaitu kenaikan upah tenaga kerja, maka akan menyebabkan kurva SRAS0 berubah menjadi SRAS1. Dengan demikian, tercipta keseimbangan perekonomian yang baru, yaitu berada pada titik E1 dan pendapatan nasional menurun menjadi Y1 serta tingkat harga meningkat menjadi P1 (Stiglitz, 1996).

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan harga naik.

  1. Biaya komponen: misalnya peningkatan harga bahan baku dan komponen. Hal ini mungkin terjadi karena kenaikan harga komoditas global seperti minyak, tembaga gas, dan produk pertanian yang digunakan dalam pemrosesan makanan - contoh terbaru yang bagus adalah lonjakan harga gandum dunia.

  2. Meningkatnya biaya tenaga kerja - disebabkan oleh kenaikan upah yang melebihi peningkatan produktivitas. Upah dan biaya gaji sering naik ketika pengangguran rendah (menciptakan kekurangan tenaga kerja) dan ketika orang mengharapkan inflasi sehingga mereka menawar gaji yang lebih tinggi untuk melindungi pendapatan riil mereka.

  3. Pajak tidak langsung yang lebih tinggi yang dibebankan oleh pemerintah - misalnya kenaikan bea keluar alkohol, rokok dan bensin / solar atau kenaikan tarif standar Pajak Pertambahan Nilai. Tergantung pada elastisitas harga permintaan dan penawaran, pemasok dapat membebankan pajak kepada konsumen.

  4. Penurunan nilai tukar - ini dapat menyebabkan Cost-push inflation karena biasanya menyebabkan kenaikan harga produk impor.

Cost-push inflation merupakan jenis inflasi yang berbahaya karena membutuhkan penanganan khusus dan penyebab dari inflasi tersebut bukan berasal dari faktor-faktor makro ekonomi yang dapat dikendalikan melalui kebijakan moneter semata, melainkan faktor-faktor guncangan eksternal.

Contoh Cost-push inflation
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) adalah kartel yang beranggotakan 13 negara anggota yang memproduksi dan mengekspor minyak. Pada awal 1970-an, akibat peristiwa geopolitik, OPEC memberlakukan embargo minyak ke Amerika Serikat dan negara lain. OPEC melarang ekspor minyak ke negara-negara target dan juga memberlakukan pemotongan produksi minyak.

Yang terjadi selanjutnya adalah guncangan penawaran dan harga minyak naik empat kali lipat dari sekitar $3 menjadi $12 per barel. Inflasi yang didorong oleh biaya terjadi karena tidak ada peningkatan permintaan untuk komoditas tersebut. Dampak dari pengurangan pasokan tersebut menyebabkan lonjakan harga gas serta kenaikan biaya produksi bagi perusahaan yang menggunakan produk minyak bumi.

Sumber

Samuelson, A. P., and Nordhaus, W. D. (1985). Economics, Twelfth Edition, Singapore: McGraw-Hill, Inc.

Stiglitz, J. E. (1996). Principles of Macro-Economics, Second Edition, USA: W. W. Norton & Company, Inc.