Apa yang dimaksud dengan Bronkitis?

Bronkitis

Bronkitis merupakan penaykit peradangan pada cabang tenggorok (bronkus), dimana bronkus adalah saluran udara di dalam paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia). Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan menahun.

Menurut Dorland (2002), bronkhitis adalah peradangan satu atau lebih bronkhus, dapat bersifat akut dan kronik. Gejala-gejala yang biasanya termasuk demam, batuk dan ekspektorasi.

Bronkhitis akut adalah serangan bronkhitis dengan perjalanan penyakit yang singkat atau kurang berat, gejala- gejala termasuk demam,batuk dan pilek. Serangan berulang mungkin menunjukkan bronkhitis kronis.

Bronkhitis kronis adalah suatu bentuk penyakit obstruksi paru kronik, pada keadaan ini terjadi iritasi bronkhial dengan sekresi yang bertambah dan batuk produktif selama sedikitnya tiga bulan atau bahkan dua tahun berturut-turut, biasanya keadaan ini disertai emfisema paru.

Berikut ini perbedaan antara bronkhus normal dengan bronkhus yang meradang.

Perbedaan dari normal bronki versus bronkitis
Gambar Perbedaan dari normal bronki versus bronkitis(Widiyanti,2011).

Etiologi


Menurut Dorland (2002), etiologi adalah penyebab terjadinya suatu penyakit. Bronkhitis terjadi paling sering pada saat musim pancaroba, musim dingin, biasanya disertai dengan infeksi pernapasan atas, dapat disebabkan oleh berbagai hal (Iskandar, 2010) antara lain :

  • Bronkhitis infeksiosa, disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri atau organisme lain yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamyidia). Serangan bronkhitis berulang bisa terjadi pada perokok, penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa terjadi akibat sinusitus kronis, bronkhiektasis, alergi, pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.

  • Bronkhitis iritatif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang bersifat iritatif seperti debu, asap (dari asam kuat, amonia, sejumlah pelarut organik, klorin, hidrogen, sulfida, sulfur dioksida dan bromin), polusi udara menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida serta tembakau dan rokok.

Patologi


Patologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sifat esensial penyakit, khususnya perubahan pada jaringan dan organ tubuh yang menyebabkan terjadinya suatu penyakit (Dorland,2002).

Patologi dari bronkhitis adalah hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus bronkhus, dimana dapat menyebabkan penyempitan pada saluran bronkhus, sehingga diameter bronkhus ini menebal lebih dari 30-40% dari normal. Terdapat juga peradangan difus, penambahan sel mononuklear di submukosa trakeo bronkial, metaplasia epitel bronkhus dan silia berkurang.

Perubahan yang penting juga adalah perubahan pada saluran napas kecil yaitu sekresi sel goblet, bukan saja bertambah dalam jumlahnya akan tetapi juga lebih kental sehingga menghasilkan substansi yang mukopurulen, sel radang di mukosa dan submokusa, edema, fibrosis penbrokial, penyumbatan mukus intraluminal dan penambahan otot polos. Dua faktor utama yang menyebabkan bronkhitis yaitu adanya zat-zat asing yang ada di dalam saluran napas dan infeksi mikrobiologi (Phee, 2003).

Pada bronkhitis terjadi penyempitan saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada penderita bronkhitis saat terjadi ekspirasi maksimal, saluran pernapasan bagian bawah paru akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Hal ini akan mengakibatkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang, sehingga penyebaran udara pernapasan maupun aliran darah ke alveoli tidak merata. Timbul hipoksia dan sesak napas, lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah paru dan polisitemia. Terjadi hipertensi pulmonal yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan kor pulmonal (Phee,2003).

Tanda dan Gejala Klinis


Menurut Price (1995), tanda dan gejala klinis yang timbul pada pasien bronkhitis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada penyakit ini adalah adanya batuk disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan pneumonia berulang.

Tanda dan gejala klinis dapat demikian hebat pada penyakit berat dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan. Tanda dan gejala tersebut yaitu :

  • Batuk produktif
    Pada bronkhitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung lama, jumlah sputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi sekunder sputumnya mukoid, sedangkan apabila terjadi infeksi sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap.

  • Haemaptoe
    Terjadi pada 50% kasus bronkhitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkhus mengenai pembuluh darah sehingga pembuluh darah pecah dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai perdarahan cukup banyak atau massif. Pada bronkhitis kering, haemaptoe justru tanda satu- satunya karena bronkhitis jenis ini letaknya di lobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk, pasien tanpa batuk atau batuknya minimal. Pada tuberkolosis paru dan bronkhitis ini merupakan penyebab utama komplikasi haemaptoe.

  • Sesak napas atau dispnea
    Pada 50% kasus ditemukan sesak napas. Hal tersebut timbul dan beratnya tergantung pada seberapa luas bronkhitis yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan desturksi jaringan paru yang terjadi akibat infeksi berulang (ISPA), biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema. Kadang juga ditemukan suara mengi (wheezing), akibat adanya obstruksi bronkhus. Mengi dapat lokal atau tersebar tergantung pada distribusi kelainnya.

  • Demam berulang
    Bronkhitis merupakan penyakit yang berjalan kronis, sering mengalami infeksi berulang pada bronkhus maupun paru, sehingga sering timbul deman.

Komplikasi Bonkhitis


Menurut Bahar (2001),komplikasi bronkhitis pada anak terutama pada anak dengan malnutrisi atau dengan kondisi kesehatan yang jelek antara lain :

  • Otitis media akut
    Otitis media akut yaitu keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi dan dapat disebabkan berbagai patogen termasuk Sterptokokus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Mikroorganisme patogen penyebab bronkhtis menyebar dan masuk ke dalam saluran telinga tengah dan menimbulkan peradangan sehingga terjadi infeksi.

  • Sinusitis maksilaris
    Sinusitis maksilaris yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung yang disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Infeksi pada sinus dapat menyebabkan bronkhospasme, oedema dan hipersekresi sehingga mengakibatkan bronkhitis.

  • Pneumonia
    Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Jika bronkhitis tidak ditangani dengan baik secara tuntas atau jika daya tahan tubuh anak jelek, maka proses peradangan akan terus berlanjut sebut bronkhopneumonia. Gejala yang muncul umumnya berupa napas yang memburu atau cepat dan sesak napas karena paru-paru mengalami peradangan. Pada bayi usia 2 bulan sampai 6 tahun pneumonia berat ditandai adanya batuk atau kesukaran bernapas, sesak napas ataupun penarik dinding dada sebelah bawah ke dalam

  • Bronkhitis kronis

  • Pleuritis.

  • Efusi pleura atau empisema

Prognosis Bronkhitis


Prognosis adalah pengetahuan akan kejadian mendatang atau perkiraan keadaan akhir yang mungkin terjadi dari serangan penyakit (Dorland, 2002). Prognosis ini dapat meliputi beberapa aspek, yaitu :

  • Quo ad vitam
    Quo ad vitam merupakan ramalan mengenai hidup matinya penderita. Pada kasus bronkhitis yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan lebih dari 5-10 tahun. Kematian pasien karena pneumonia, empisema, gagal jantung kanan, haemaptoe dan lainnya.

  • Quo ad sanam
    Quo ad sanam merupakan ramalan mengenai kesembuhan pasien. Pada pasien bronkhitis tergantung pada berat ringannya serta luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali.

    Bila tidak ada komplikasi, prognosis brokhitis akut pada anak umumnya baik. Pada bronkhitis akut yang berulang. Bila anak merokok (aktif dan pasif) maka dapat terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkhitis kronik kelak pada usia dewasa (Ngastiyah, 2005).

  • Quo ad fungsionam
    Quo ad fungsionam merupakan ramalan yang ditinjau dari segi fungsionalnya. Pada kasus bronkhitis ini, prognosis quo ad fungsionamnya baik, dapat pulih seperti sebelumnya.

  • Quo ad cosmeticam
    Quo ad cosmeticam merupakan ramalan yang ditinjau dari segi kosmetik. Pada kasus bronkhitis ini, prognosis quo ad cosmeticannya baik.

Diagnosis Banding


Beberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan kalau kita berhadapan dengan pasien bronkhitis (Staff Klinik Mayo, 2010) :

  • Bronkhitis kronis
  • Tuberculosis paru (Penyakit ini dapat disertai kelainan anatomis paru berupa bronkhitis)
  • Abses paru (Terutama bila lelah ada hubungan dengan bronkus besar)
  • Penyakit paru penyebab hemaptomisis misalnya karsinoma paru,adenoma paru
  • Fistula bronkopleural dengan empisema

Pengobatan


Untuk bronkitis ringan, biasanya akan sembuh dengan sendirinya. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan adalah mencegah agar tida terkena bronlitis kembali. Pencegahan merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.

Menurut Soegito (2007), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.

  • Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak
  • Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau bisa hingga sampe leher
  • Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman dingin (es), dll.
  • Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan anak dengan air hangat
  • Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
  • Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan:

1. Antibiotika

  1. Penisilin
    Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada protein pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada bakteri, penghambat sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel, yang menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati. Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin.

  2. Quinolon
    Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang dramatis dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal mempunyai peran dalam terapi gram-negatif infeksi saluran kencing.

    Generasi berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin, lemofloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktifitas yang lebih luas untuk terapi infeksi community-acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai preparatparenteral yang memungkinkan penggunaanya secara luas baik tunggal maupun kombinasi dengan agen lain.

2. Mukolitik dan Ekspektoran

Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih. Kondisi ini menyebabkan peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan banyaknya mukus sukar dikeluarkan secara alamiah, sehingga diperlukan obat yang dapat memudahkan pengeluaran mukus.

Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan cairan/eksudat infeksi. Mukolitik bekerja dengan cara memecah glikoprotein menjadi molekul- molekul yang lebih kecil sehingga menjadi encer. Mukus yang encer akan mendesak dikeluarkan pada saat batuk, contoh mukolitik adalah asetilsistein.

  1. Ekspektoran
    Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan muku dalam bronkus sehingga mudah dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran adalah guaifenesin. Guaifenesin bekerja dengan cara mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum sehingga meningkatkan efektivitas mukociliar dalam mengeluarkan sputum dari saluran pernapasan.

Pencegahan Tersier dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita bronkitis dengan terapi-terapi yang dapat membantu pernapasan. Pencegahan tersier untuk penderita bronkitis dapat ditolong dengan terapi farmakologi dan terapi non- farmakologi yaitu:

Terapi Farmakologi

Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada saluran pernapasan. Ada tiga jenis bronkodilator yaitu : Simpatomimetika, metilsantin, dan antikolinergik.

  • Beta-2 agonis (Simpatomimetika)
    Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai aksi serupa dengan aktifitas simpatis. Sistem saraf simaptis memgang peranan penting dalam menentukan ukuran diameter bronkus. Ujung saraf simpatis yang menghasilkan norephinepherin, epinefrin dan isoproterenol disebut adrenergik (Dipiro, et al., 2008).

    Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan beta. Reseptor beta terdiri beta 1 dan beta 2. Beta 1 adrenergik terdapat pada jantung, beta 2 adrenergik terdapat pada kelenjar dan otot halus bronkus. Adrenergik menstimulasi reseptor beta 2 sehingga terjadi bronkodilatasi.

  • Metilxantin
    Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak digunakan, disamping kafein dan dyphylline. Kafein dan dyphylline kurang paten dibandingkan dengan teofilin.

    Obat golongan ini menghambat produksi fosfodiesterase. Dengan penghambatan ini penguraian cAMP menjadi AMP tidak terjadi sehingga kadat cAMP seluler meningkat. Peningkatan ini menyebabkan bronkodilatasi. Obat-obat metilsantin antara lain aminofilin dan teofilin.

Terapi Non-farmakologi.

Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara :

  1. Pasien harus berhenti merokok

  2. Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah sangat sesak, biarlah dai menghirup uap air tiga kali sehari.

  3. Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil menjaga tubuhnya jangan sampai kedinginan.

  4. Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan latihan pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis.

  5. Istirahat yang cukup.