Biodegradasi
Proses Biodegradasi
Biodegradasi merupakan proses alami oleh mikroorganisme yang menggunakan hidrokarbon sebagai sumber makann dan menghasilkan karbondioksida, air, biomassa, dan senyawa oksidasi lain dari hasil metabolismenya.
Proses biodegradasi merupakan salah satu oksidasi dasar, dimana enzim bakteri mengkatalisis penempatan oksigen ke dalam hidrokarbon, sehingga molekul dapat digunakan dalam metabolisme seluler. Beberapa molekul didegradasi secara lengkap menjadi CO2 dan H2O, sedangkan yang lain diubah dan digabungkan menjadi biomassa. Parafinik atau fraksi alifatik merupakan fraksi yang paling mudah didegradasi oleh mikroba, sedangkan fraksi naftenik dan aromatik dengan berat molekul lebih tinggi lebih sulit didegradasi.
Keberhasilan proses biodegradasi banyak ditentukan oleh aktivitas enzim. Untuk itu perlu dicari mikroorganisme yang berpotensi menghasilkan enzim pendegradasi hidrokarbon, kemudian aktivitasnya dioptimasikan dengan pengaturan kondisi dan penambahan suplemen yang sesuai.
Disamping faktor lingkungan, pertumbuhan mikroorganisme banyak ditentukan oleh nutrien yang tersedia. Pada dasarnya semua mikroorganisme memerlukan karbon sebagai sumber energi untuk aktivitasnya. Dalam kaitan ini sumber C telah tersedia dari hidrokarbonnya sendiri. Senyawa lain yang menjadi faktor pembatas, yaitu N dan
P. Kadar kedua unsur ini banyak menentukan aktivitas mikroorganisme, terutama dalam pertumbuhan dan biosintesis unsur pokok bakterial. Nitrogen merupakan unsur pokok protein dan asam nukleat, yaitu unsur makro yang berperan dalam pertumbuhan, perbanyakan sel, dan pembentukan dinding sel.
Fosfor merupakan komponen utama asam nukleat dan lemak membran sel yang berperan dalam proses pemindahan energi secara biologi. Fosfor berguna untuk pembentukan asam amino, transpor energi dan pembentukan senyawa antara dalam reaksi metabolisme (Leahy dan Colwell, 1990).
Beberapa hal yang telah diketahui mengenai biodegradasi senyawa hidrokarbon menurut Cookson adalah sebagai berikut :
-
Biodegradasi adalah proses aerobik, membutuhkan kelembaban diatas 50% dan pH di bawah 8,5.
-
Senyawa hidrokarbon rantai pendek dan aromatik ringan akan menguap dan umumnya didegradasi oleh bakteri dalam kondisi terlarut.
-
Alkana rantai panjang lebih mudah didegradasi daripada alkana rantai pendek. Untuk mendegradasi alkana rantai pendek dibutuhkan kometabolisme.
-
Alifatik jenuh lebih mudah didegradasi daripada alifatik tidak jenuh. Alifatik rantai bercabang lebih sulit didegradasi daripada alifatik rantai lurus.
-
Tingkat kesulitan biodegradasi senyawa hidrokarbon alisiklik dan aromatik sangat bergantung pada tipe substitusi, kompleksitas strukturnya, dan untuk senyawa aromatik juga ditentukan oleh jumlah cincin dan atom heterosiklik. Peningkatan kejenuhan pada senyawa aromatik mengurangi tingkat degradasi.
-
Senyawa aromatik dengan 2 atau 3 cincin jauh lebih mudah didegradasi oleh bakteri dibandingkan dengan senyawa aromatik dengan cincin yang lebih banyak.
Jika diurutkan dari senyawa yang mudah didegradasi sampai yang tersulit didegradasi secara individu senyawa maka urutan tersebut adalah:
- n-alkana rantai panjang
- alkana bercabang
- senyawa aromatik dengan berat molekul rendah
- alisiklik
- aromatik dengan berat molekul tinggi
- senyawa polar (aspal dan resin)
Faktor-Faktor Pendukung Biodegradasi
Keberhasilan proses biodegradasi banyak ditentukan oleh aktivitas enzim. Untuk itu perlu dicari mikroorganisme yang berpotensi menghasilkan enzim pendegradasi hidrokarbon, kemudian aktivitasnya dioptimasikan dengan pengaturan kondisi dan penambahan suplemen yang sesuai. Selain menghasilkan enzim, beberapa mikroorganisme juga berpotensi dalam menghasilkan bioemulsifier atau biosurfaktan sebagai produk metabolit sekuder dalam fase pertumbuhannya. Biosurfaktan ini berfungsi dalam meningkatkan kelarutan substrat (senyawa hidrokarbon) dalam fase cair untuk lebih mudah dikonsumsi oleh mikroorganisme tersebut.
Ditemukannya mikroorganisme yang bersifat degradable terhadap buangan minyak bumi, perlu ditingkatkan aktivitasnya agar dapat berperan aktif dalam mendegradasi limbah minyak tersebut. Dalam hal ini perlu diperhatikan faktor-faktor pendukung kegiatan tersebut, yaitu antara lain kandungan air, pH dan suhu, nutrien yang tersedia, penambahan surfaktan dan ada atau tidak adanya material toksik (Udiharto, 1996).
Kandungan air sangat penting untuk hidup, tumbuh, dan aktivitas metabolik dari mikroorganisme. Tanpa air, mikroorganisme tidak dapat hidup dalam limbah minyak. Mikroba akan hidup aktif pada interfase antara minyak dengan air. Selain itu, meskipun biodegradasi hidrokarbon minyak bumi dapat berlangsung dalam kondisi anaerobik, bagaimanapun kondisi biodegradasi aerobik lebih efektif, sehingga suplai oksigen yang cukup merupakan faktor penting dalam kesuksesan terjadinya biodegradasi.
Disamping faktor lingkungan, pertumbuhan mikroorganisme banyak ditentukan oleh nutrien yang tersedia. Pada dasarnya semua mikroorganisme memerlukan karbon sebagai sumber energi untuk aktivitasnya. Dalam kaitan ini sumber C telah tersedia dari hidrokarbonnya sendiri. Senyawa lain yang menjadi faktor pembatas, yaitu N dan P. Kadar kedua unsur ini banyak menentukan aktivitas pertumbuhan mikroorganisme. Selain unsur-unsur diatas juga diperlukan adanya mineral dan unsur lain yang sesuai dan memadai (Udiharto, 1992).