Apa Yang Dimaksud Dengan Binge-Eating Disorder?

Binge eating disorder adalah salah satu jenis gangguan perilaku makan yang membuat pengidapnya mengonsumsi makanan dalam jumlah yang berlebih (binge ) dan merasa tidak dapat berhenti makan. Hampir setiap orang pada dasarnya pernah mengonsumsi makanan berlebih sesekali. Misalnya, mengambil makanan dua kali lebih banyak pada saat liburan. Namun, jika keinginan untuk mengonsumsi makanan berlebih terjadi rutin dan dirasakan lepas kendali, itu bisa jadi tanda binge eating disorder . Pengidap binge eating disorder bisa saja malu karena kebiasaan makan berlebihan itu dan mencoba berhenti. Tetapi, kemudian dapat muncul perasaan kompulsif, yaitu dorongan yang tidak dapat ditahan, yang akhirnya membuat keinginan makan berlebihan tetap berlanjut.

Definisi dan Kriteria Diagnosis Binge Eating Disorder

Stunkard di tahun 1959 mengidentifikasi Binge Eating Disorder (BED) sebagai sebuah pola makan yang berbeda pada sekumpulan orang yang menderita obesitas. Fenomena ini kemudian diteliti secara sistematik dan ditambahkan ke dalam apendiks dari DSM- IV (Treasure dan Murphy dalam Gibney, et al., 2005).

Secara umum, BED dapat didefinisikan sebagai sebuah episode binge eating (makan secara berlebihan dan merasa hilang kendali) namun tidak diikuti oleh perilaku kompensasi selama setidaknya 2 hari per minggu paling tidak selama 6 bulan. BED kemudian dimasukan ke dalam kategori EDNOS. Namun sudah banyak dilakukan penelitian dalam pertimbangan untuk memisahkan BED dengan diagnosis tersendiri seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa (Wardlaw dan Kessel, 2002; Tiemeyer, 2007).

DSM-IV memberikan batasan kriteria diagnosis untuk dapat mengenali BED. Hal terpenting yang perlu digarisbawahi untuk membedakan BED dengan bulimia nervosa yaitu tidak adanya perilaku kompensasi. Kriteria diagnosis tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Kriteria Diagnosis untuk BED Menurut DSM-IV (Brown, 2005)

  • Adanya episode binge eating yang berulang kali. Episode tersebut ditandai dengan dua kriteria berikut:
    • Makan dengan periode waktu yang tetap (contoh: tiap 2 jam) dengan porsi yang jelas lebih besar daripada porsi makan kebanyakan orang dalam periode dan situasi yang sama.
    • Adanya perasaan tidak dapat mengendalikan porsi makan saat episode tersebut berlangsung (contoh: merasa tidak dapat berhenti makan, atau tidak dapat mengendalikan pada atau berapa banyak porsi yang dimakan).
  • Adanya 3 atau lebih dari 5 gejala berikut:
    • Makan lebih cepat daripada biasanya.
    • Makan hingga merasa tidak nyaman karena kekenyangan.
    • Makan dalam porsi yang besar walaupun secara fisik merasa tidak lapar.
    • Makan sendirian karena merasa malu akibat jumlah porsi yang dimakan.
    • Merasa jijik/muak, tertekan atau bersalah terhadap diri sendiri setelah episode binge-eating tersebut.
  • Merasa sangat kecewa karena tidak mampu mengendalikan porsi makan anda atau ketika mengalami kenaikan berat badan.
  • Episode binge-eating berlangsung setidaknya 2 hari seminggu dalam 6 bulan.
  • Tidak terdapat perilaku kompensasi, seperti memuntahkan makanan, penggunaan laksatif, diuresis, latihan fisik yang berlebihan atau puasa.
  • Episode ini tidak terjadi secara eksklusif selama riwayat anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.

Statistik Binge Eating Disorder

Anorexia Nervosa and Related Eating Disorders, Inc (2005) menyebutkan bahwa 1% wanita di Amerika Serikat menderita binge eating dimana 30% dari penderita mencari pengobatan untuk menurunkan berat badan. Studi lainnya menyebutkan, di Inggris lebih dari 2% (1-2 juta) orang dewasa menderita binge eating (ANRED, 2008). Brown (2005) menyebutkan bahwa BED merupakan sebuah fenomena yang umum pada penderita overweight dengan prevalensi 30%.

Sementara itu pada populasi umum prevalensi BED sekitar 5% pada perempuan dan 3% pada laki-laki. Pada populasi mahasiswa angka BED sekitar 2,6%. Eating Disorders Coalition for Research, Policy & Action (2008) menyebutkan bahwa prevalensi BED berkisar antara 2,5-3% pada populasi umum. Wardlaw dan Kessel (2002) juga menyatakan bahwa diantara populasi umum, prevalensi BED sekitar 2-5%.

Dampak Binge Eating Disorder

Komplikasi sekunder yang serius terkait dengan perilaku binge eating adalah terjadinya ruptur gastric atau esofagus (Ung, 2005). Selain itu seseorang dengan perilaku binge eating memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami overweight pada usia muda dan bisa berujung pada terjadinya obesitas. Sebagai kelanjutannya, obesitas dapat memicu terjadinya komplikasi lain seperti terjadinya tekanan darah tinggi, masalah kolesterol, diabetes mellitus dan penyakit jantung koroner (Treasure dan Murphy dalam Gibney, et al., 2005).

Referensi:

Gibney, M.J. et al. (ed). 2005, Clinical Nutrition, Blackwell Science, Ltd., Oxford.
Wardlaw, G.M. & Margaret W.K. 2002. Perspectives in Nutrition fifth edition McGraw-Hill, New York.
Tiemeyer, M. 2007, “Definition of Eating Disorder Not Otherwise Specified”, http://eatingdisorders.about.com
Brown, J.E. et al. 2005, Nutrition Trough the Life Cycle 2nd edition, Thomson Wadswoth, Belmont.
ANRED. 2008, “Statistics: How Many People Have Eating Disorders?”, ANRED: Eating Disorders Statistics.
Eating Disorders Coalition for Research, Policy & Action. 2008, “Statistics & Study Findings”, http://www.eatingdisorderscoalition.org/reports/statistics.html.
Ung, E.K. 2005, “Eating Disorders in Singapore: coming of age”, Singapore Medical Journal, [Online], vol. 46, no. 6, pp. 254-258.