Kata Ash-Shabûr berasal dari kata shabara yang berarti menahan diri. Kata ini tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Tetapi termasuk dalam hadis yang menyebutkan Al-Asmâ`ul Husna.
Kesabaran adalah watak Allah, oleh karena itu, orang yang sabar mencerminkan watak yang mulia ini. Orang yang sabar menolak hal-hal yang diinginkan oleh hawa nafsunya khususnya yang tidak dapat diterima oleh akal dan oleh agama.
Allah Ash-Shabûr, Allah Maha Penyabar dengan tidak tergesa-gesa dalam berbuat sesuatu sebelum waktunya. Semua diletakkan sesuai dengan ketentuan yang telah Dia tetapkan. Dia Mahasabar terhadap hamba-Nya, sehingga tidak setiap dosa Dia timpakan sanksi. Dia tetap memberi berbagai karunia kepada orang-orang yang durhaka kepada-Nya. Dia bersabar menghadapi orang yang durhaka, dengan memberikan waktu untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Dia Maha Sabar karena kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya amat luas dan tidak pernah habis.
Allah berkalam, yang artinya,
”Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun, akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka sampai waktu yang tertentu. Maka, apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (Fâthir: 45).
Ayat lain menegaskan,
”Dan Rabbmulah yang Maha Pengampun, lagi memunyai rahmat. Jika Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu yang tertentu (untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan tempat berlindung darinya.” (al-Kahfi: 58).
Allah Ash-Shabûr, Allah yang Maha Memberikan kekuatan untuk bersabar kepada hamba-Nya dalam menjalani kehidupan yang penuh ujian, baik ujian yang menyenangkan atau menyusahkan. Dengan modal kesabaran tersebut, diharap mentalitas seorang mukmin bisa lebih tangguh dan sabar dalam menghadapi berbagai cobaan. Sebab, kehidupan di dunia ini tidak akan lepas dari berbagai cobaan dan ujian. Allah berkalam, yang artinya,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang- orang yang sabar.” (al-Baqarah: 165).
Seorang hamba yang meneladani nama Ash-Shabûr, selalu berusaha untuk bersabar atas segala kejadian yang menimpa dirinya. Baik sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dalam menahan diri dari bermaksiat kepada Allah, dan sabar dalam menghadapi ujian.
Sabar apabila dikaitkan dengan Allah dapat juga dibagi menjadi tiga: (Fakhruddin Nursyam):
-
Shabr billâh: yaitu menjadikan Allah sebagai sandaran dalam sabar, karena Allah adalah sebaik-baik penolong dalam mendapatkan kesabaran.
-
Shabr lillâh, yaitu menjadikan Allah sebagai motivasi baginya dalam bersabar, bukan karena demi keuntungan duniawi.
-
Shabr ma’allâh, kesabaran dalam menjalankan semua yang diperintahkan Allah.
Di antara hikmah seorang hamba ketika bersabar adalah mendapatkan keridhaan dan pertolongan Allah (al-Baqarah: 153); mendapatkan kegembiraan dari Allah (al-Baqarah: 155); sabar adalah bukti keimanan dan ketakwaan (al-Baqarah: 177); orang yang bersabar dicintai Allah (Ali Imran: 146); mendapatkan ampunan dan pahala yang besar berlimpah ruah di sisi Allah (Hûd: 11, az-Zumar: 10); kesabaran merupakan karunia terbesar yang diberikan kepada seseorang (HR. Muslim); dan kesabaran terhadap cobaan akan melebur dosa (HR. Abu Daud).
Selain itu, orang yang mampu bersabar dalam menghadapi masalah, akan lebih mampu mengontrol emosinya, sehingga tekanan darahnya normal dan jantung pun lebih sehat, berbagai penyakit pun dapat dihindarkan. Walhasil, kesabaran akan membawa berbagia kenikmatan dan kemuliaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Referensi :
- Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
- Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009