Apa yang dimaksud dengan Ar-Rauuf atau Maha Pengasih ?

ar-Rauuf

Nilai yang terkandung di dalam ar-Rauuf :

Barangsiapa yang beriman dan membaca “Ya Rauuf” sebanyak 100x setiap selesai shalat fardhu. Insya Allah akan disegani oleh semua orang dan melancarkan setiap yang diusahakan.

Apa yang dimaksud dengan Ar-Rauuf atau Maha Pengasih ?

Kata Ar-Ra’ûf memiliki akar kata ra’afa yang berarti kelembutan dan kasih sayang. Pelakunya disebut dengan ra’ûf. Kata ini disebutkan dalam Al-Qur`an sebanyak 11 kali. Sepuluh kali sebagai nama Allah dan satu kali sebagai sifat bagi Rasulullah saw, yaitu pada surah at-Taubah: 128.

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.

Al-Ra’uf, Dia mengenalkan diri-Nya kepada kita dan kepada alam semesta. Dengan nama-Nya ini Dia menciptakan alam semesta termasuk diri kita. Karena itu, Dia jadikan alam semesta ini penuh keindahan, kaharmonisan dan keseimbangan sebagai manifestasi dari kasih-Nya. Sehingga tidak ada benturan di antara mereka.

Secara makna, kata ra’fah ada kedekatan dengan kata rahmah. Perbedaannya, kata ra’fah menunjukkan melimpahnya kasih sayang yang diberikan kepada orang tertentu karena ada hubungan dan disukai. Sedang rahmah adalah kasih sayang yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, kepada siapa pun secara umum, disukai atau tidak, karena ada kemaslahatan dan hikmah. Kata ra’fah menunjukkan kepada anugerah yang sepenuhnya menyenangkan, sedang kata rahmah boleh jadi di awalnya menyakitkan, tapi kemudian menyenangkan. (Quraisy Syihab).

Perbedaan lain disebutkan bahwa ra’fah adalah kasih sayang kepada orang yang benar-benar beriman. Rahîm merupakan sifat Allah yang mengandung makna kasih sayang untuk orang Muslim, sedang Ar-Rahmân merupakan sifat Allah yang mengandung makna kasih sayang bagi seluruh makhluk.

Allah Ar-Raûf, Allah yang Maha Pengasih, yang memiliki kasih sayang yang luas tanpa batas. Dia yang melimpahkan kasih sayang-Nya kepada para hamba yang berhak mendapatkan kasih sayang-Nya. Mereka adalah yang memiliki hubungan baik dengan- Nya. Dia Ar-Ra’ûf yang kasih sayang-Nya melebihi rahmat-Nya.

Allah berkalam, yang artinya,

”Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (al-Baqarah: 207).

Ayat lain menegaskan, yang artinya,

“Sesungguhnya Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang- orang Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima tobat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.” (at-Taubah: 117).

Seorang hamba yang meneladani nama Ar-Ra’ûf, selalu berusaha untuk memperbaiki hubungan dirinya dengan Allah, sehingga kasih sayang Allah ditumpahkan kepadanya. Itu tidak mungkin tercapai, kecuali dengan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia. Hal itu ia buktikan dengan menyebarkan kasih sayang kepada sesama.

Ia berusaha memberikan manfaat dan pelayanan dengan baik dan profesional kepada siapa saja yang membutuhkan bantuannya, bahkan walaupun mereka tidak memintanya. Terutama kepada sesama orang beriman yang memang memiliki hubungan khusus, yaitu hubungan akidah yang tidak ternilai harganya. Orang mukmin dengan mukmin lainnya adalah bersaudara, seperti dalam firman-Nya,

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (al-Hujurât: 10).

Maka, sudah sepantasnya kasih sayang di antara mereka melebihi terhadap orang lain. Ketika terjadi perselisihan di antara mereka, maka segera dilakukan berbagai upaya untuk berdamai dan kembali kepada persaudaraan yang sejati.

Di antara makna meneladani Ar-Ra’ûf adalah berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat, tidak cukup dengan hanya memaafkan. Namun, hati harus benar-benar suci dari berbagai penyakit hati, seperti iri hati, dendam, saling mencela, saling membenci, atau saling membelakangi. Bila itu terjadi, maka dia gagal meneladani Ar-Ra’ûf.

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009