Semakin banyaknya perusahaan yang mencantumkan laporan arus kas dalam laporan keuangan tahunan, membuat penggunaan informasi laporan arus kas sebagai alat analisis kinerja perusahaan semakin meningkat. Salah satu analisis kinerja keuangan dengan menggunakan laporan arus kas adalah analisis rasio laporan arus kas.
Menurut Darsono dan Ashari (2005) dalam bukunya “Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan”, analisis laporan arus kas ini menggunakan komponen dalam laporan arus kas dan komponen neraca dan laporan laba rugi sebagai alat analisis rasio adalah sebagai berikut:
Rasio Arus Kas Operasi (AKO)
Rasio arus kas operasi menghitung kemampuan arus kas operasi dalam membayar kewajiban lancar. Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan kewajiban lancar.
AKO = Jumlah Arus Kas Operasi / Kewajiban Lancar
Rasio arus kas operasi berada di bawah satu yang berarti terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar, tanpa menggunakan arus kas dari aktivitas lain.
Rasio Cakupan Arus Dana (CAD)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas guna membayar komitmen-komitmennya (bunga, pajak, dan dividen preferen). Rasio ini diperoleh dengan laba sebelum pajak dan bunga (EBIT) dibagi bunga , penyesuaian pajak dan dividen preferen.
CAD = EBIT / (Bunga + Penyesuaian pajak + Dividen preferen)
Rasio yang besar menunjukan bahwa kemampuan yang lebih baik dari laba sebelum pajak dalam menutup komitmen – komitmen yang jatuh tempo dalam satu tahun.
Rasio Cakupan Arus Kas Terhadap Bunga (CKB)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang yang telah ada. Rasio ini diperoleh dengan arus kas dari operasi tambah pembayaran bunga dan pembayaran pajak dibagi pembayaran bunga.
CKB = (Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak) / Bunga
Dengan rasio yang besar menunjukan bahwa arus kas operasi mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menutup biaya bunga sehingga kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga sangat kecil.
Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar berdasarkan arus kas operasi bersih. Rasio ini diperoleh dengan arus kas operasi ditambah dividen kas dibagi dengan hutang lancar.
CKHL = (Arus Kas Operasi + Dividen Kas) /Hutang Lancar
Rasio yang rendah menunjukan kemampuan yang rendah dari arus kas operasi dalam menutup hutang lancar.
Rasio Pengeluaran Modal (PM)
Rasio ini digunakan untuk mengukur modal tersedia untuk investasi dan pembayaran hutang yang ada. Rasio ini diperoleh dengan arus kas dari operasi dibagi dengan pengeluaran modal.
PM = Arus Kas Operasi / Pengeluaran Modal
Rasio yang tinggi menunjukan kemampuan yang tinggi dari arus kas dalam membiayai pengeluaran modal.
Rasio Total Hutang (TH)
Rasio ini menunjukan jangka waktu pembayaran hutang oleh perusahaan dengan asumsi semua arus kas operasi digunakan untuk membayar hutang. Rasio ini diperoleh dari arus kas operasi dibagi dengan total hutang. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menganalisis dalam jangka waktu berapa lama perusahaan akan mampu membayar hutang dengan menggunakan arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasional perusahaan.
Total Hutang = Arus Kas Operasi/ Total Hutang
Rasio yang cukup rendah menunjukan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam membayar semua kewajibannya dari arus kas yang berasal dari aktivitas normal operasi perusahaan.
Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka 5 tahun mendatang. Rasio ini diperoleh dengan (laba sebelum pajak dan bunga minus pembayaran pajak minus pembayaran bunga – pengeluaran modal) dibagi (rata-rata hutang yang jatuh tempo setiap tahun selama lima tahun ).
KAK = (EBIT - Bunga - Pajak - Peng Modal) / Rata-rata Hutang Lancar selama 5th
Rasio yang rendah menunjukan bahwa kemampuan perusahaan yang rendah dalam menyediakan kas untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka 5 tahun mendatang.