Apa yang dimaksud dengan amfetamin?

Amfetamin

Amfetamin (Amphetamine), juga disebut Alfa-Metil-Fenetilamina, beta-fenil-isopropilamina, atau benzedrin, adalah obat golongan stimulansia (hanya dapat diperoleh dengan resep dokter) yang biasanya digunakan hanya untuk mengobati gangguan hiperaktif karena kurang perhatian atau Attention-deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada pasien dewasa dan anak-anak. Juga digunakan untuk mengobati gejala-gejala luka-luka traumatik pada otak dan gejala mengantuk pada siang hari pada kasus narkolepsi dan sindrom kelelahan kronis.

Pada awalnya, amfetamin sangat populer digunakan untuk mengurangi nafsu makan dan mengontrol berat badan. Merk dagang Amfetamin (di AS) antara lain Adderall, dan Dexedrine. Sementara di Indonesia dijual dalam kemasan injeksi dengan merk dagang generik. Obat ini juga digunakan secara ilegal sebagai obat untuk kesenangan (Recreational Club Drug) dan sebagai peningkat penampilan (menambah percaya diri atau PD). Istilah “Amftamin” sering digunakan pada campuran-campuran yang diturunkan dari Amfetamin.

Apa yang dimaksud dengan amfetamin ?

image

Amfetamin merupakan suatu senyawa sintetik analog dengan epinefrin dan merupakan suatu agnis ketekolamin tidak langsung (Japardi, 2002). Amfetamin termasuk dalam psikotropika golongan I (Hawari, 2006).

Psikotropik adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebab perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Japardi, 2002).

Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan (Kemenkes, 2010).

Amfetamin merupakan golongan stimulan (Kemenkes, 2010). Golongan stimulan adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Amfetamin terbagi menjadi dua jenis, yaitu MDMA (Methylene dioxy methamphetamin) dan amfetamin. Amfetamin memiliki lama kerja lebih panjang dibanding MDMA, dan memiliki efek halusinasi yang lebih kuat (Kemenkes, 2010).

Shabu atau amfetamin merupakan kelompok narkotika yang merupakan stimulan sistem saraf dengan nama kini methamphetamine hidrochloride, yaitu turunan dari stimulan saraf amfetamin (Japardi, 2002). Shabu berbentuk kristal putih mirip vetsin (mitra bintibmas, 2010).

Rumus kimia amfetamin adalah (S)-Nmethyl-l-phenylpropan-2-amine (C10H15N) (Japardi, 2002). Shabu termasuk jenis stimulan, yang bekerja merangsang sistem saraf pusat otak (mitra bintibmas, 2010).

Cara penggunaan amfetamin adalah dapat dengan tiga cara. Japardi (2002), menjabarkan bahwa penggunaan amfetamin dapat digunakan secara suntikann, inhalasi, dihisap atau dihirup (Japradi, 2002). Dapat diminum per oral dalam bentuk pil. Dalam bentuk kristal, dibakar dengan menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap (intra nasal) atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (bong) (Kemenkes, 2010). Dalam bentuk kristal yang dilarutkan, dapat melalui intravena (Kemenkes, 2010).

Mekanisme Kerja Amfetamin

Mekanisme kerja amfetamin pada susunan saraf dipengaruhi oleh pelepasan biogenik amine yaitu dopamin, norepinefrin, atau serotonin atau pelepasan ketiganya dari tempat penyimpanan pada persinap yang terletak pada akhiran saraf (Japardi, 2002).

Pada dopamin didapati bahwa amfetamin menghambat re uptake dopaminergik dan sinapstosom di hipotalamus dan secara langsung melepaskan dopamin yang baru disintesa (Japardi, 2002).

Pada norepinefrin, amfetamin memblok re-uptake norepinefrin dan juga menyebabkan pelepasan norepinefrin baru, penambahan atau pengurangan karbon diantara cincin fenil dan nitrogen melemahkan efek amfetamin pada pelepasan re uptake norepinefrin (Japardi, 2002).

Sedangkan pada serotonin, devirat metamafetamin dengan elektron kuat yang menari penggantian pada cincin fenil akan mempengaruhi sistim serotoninergik (Japardi, 2002).

Ketiga kerja reseptor biogenik tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Aktivitas susunan saraf pusat yang terjadi melalui jaras tersebut dalam otak, masing-masing menimbulkan aktivitas serta kepribadian pada individu pengguna. Stimulasi pada pusat motorik di daerap media otak depan (medial forebrain) menyebabkan peningkatan dari kadar norepinefrin dalam sinaps menimbulkan euforia dan meningkatkan libido (Japardi, 2002).

Stimulasi pada ascending reticular activating system menimbulkan peningkatan aktivitas motorik dan menurunkan rasa lelah (Japardi, 2002). Stimulasis pada sistim dopaminergik pada otak menimbulkan gejala yang mirip dengan skizofrenia (Japardi, 2002).

Kesimpulannya adalah kerja dari ketiga reseptor tersebut diatas, dapat menimbulkan euforia, meningkatkan libido, peningkatan aktivitas motorik, menurunkan rasa lelah dan menimbulkan gejala yang mirip dengan skizofrenia bagi pengguna amfetamin.

Tanda dan Gejala Intoksikasi Amfetamin

Amfetamin mempengaruhi otak dan membuat rasa nikmat, meningkatkan energi, dan meningkatkan mood (Kemenkes, 2010). Kondisi intoksikasi stimulan akan menimbulkan beberapa gejala psikotik, beberapa hari sampai beberapa minggu (Kemenkes, 2010).

Gejala psikologik penggunaan amfetamin menurut Kemenkes (2010), Hawari (2006) dan Japardi (2002), yaitu agitasi psikomotor, rasa gembira (elation), harga diri meningkat (grandiosity), bayak bicara (melantur), kewaspadaan meningkat (paranoid), halusinasi penglihatan (melihat bayangan/sesuatu yang sebenarnya tidak ada), mudah tersinggung.

Gejala fisik yang ditimbulkan menurut Hawari (2006) dan Japardi (2002), yaitu jantung berdebar (palpitasi), pupil melebar (dilatasi pupil), tekanan darah naik, keringat berlebihan, mual dan muntah, tingkah laku maladaptif, sulit tidur gangguan dilusi (waham) dan menurut Mitra bintibmas (2010) semua aktivitas tubuh dipercepat.

image

Gejala Putus Zat Amfetamin

Sindrom putus zat amfetamin merupakan gejala yang tidak mengenakkan baik psikis maupun fisik, untuk mengatasinya yang bersangkutan mengkonsumsi amfetamin dengan takaran semakin bertambah dan sering (Hawari, 2006).

Gejala sindrom putus zat amfetamin menurut Hawari (2006) diantaranya perubahan alam perasaan menjadi sedih, murung, tidak dapat merasakan senang dan keinginan bunuh diri, rasa lelah, lesu, tidak berdaya, gangguan tidur, mimpi-mimpi bertambah sehingga menggangu kenyamanan tidur.

Kemenkes (2010) juga menjabarkan abahwa gejala putus zat yang terjadi dari penggunaan zat ini adalah perasaan depresi, craving, ide bunuh diri, pikiran bizzare, mood yang datar, ketergantungan , dan fungsi sosial yang buruk. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa seseorang dalam keadaan putus zat dapat mengalami sindrom putus zat yang dapat mengakibatkan perubahan yang signifikan pada dirinya.

Komorbiditas Amfetamin

Komorbiditas adalah satu penyakit atau lebih berada secara bersama-sam pada seorang individu pada suatu saat (Kemenkes, 2010). Komorbiditas biasanya merujuk pada adanya gangguan penggunaan NAPZA diikuti dengan gangguan mental (Kemenkes, 2010).

Komorbiditas dari penggunaan amfetamin diantaranya paranoid, psikosis, depresi berat (kadang-kadang percobaan bunuh diri), maniak, agitasi, cemas sampai panik (Fatmawati, 2005). Kadangkala kondisi menyerupai skizofrenia kronik dapat timbul pada pengguna kronik yang berat (Kemenkes, 2010). Sehingga, kesimpulannya adalah komorbiditas dari penggunaan amfetamin secara garis besar mempengaruhi fisik dan psikis.

Overdosis Amfetamin

Kerusakan pembuluh darah di otak akibat sumbatan partikel amfetamin pada pembuluh darah yang kecil dapat membuat pecah pembuluh darah di otak (Kemenkes, 2010 dan Fatmawati, 2005). Sehingga dapat disimpulkan, penggunaan amfetamin dapat membuat sumbatan pada otak, apabila digunakan dalam jumlah berlebihan sumbatan tersebut dapat langsung menghambat aliran darah ke otak, yang dapat menyababkan pecah pembuluh darah di otak.