Apa yang dimaksud dengan alley croping atau sistem pertanaman lorong?

image

Alley cropping atau sistem pertanaman lorong adalah sistem penanaman tanaman lain seperti jagung atau sorgum di antara pepohonan, di mana pohon bertindak mencegah tanah dari erosi, terutama pada daerah lereng.

SISTEM PERTANAMAN LORONG (ALLEY CROPPING)
UK
Gambar 1. Sistem Pertanaman Lorong (Alley Cropping)

Banyak di antara kita yang mungkin asing dengan istilah sistem pertanaman lorong atau juga disebut dengan alley cropping. Sebenarnya apa sih sistem pertanaman lorong ini?
Budidaya lorong (alley cropping) pada dasarnya adalah menanam tanaman pagar yang ditanam rapat mengikuti garis kontur dan tanaman pokok yang berupa tanaman semusim (pangan atau hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi) yang ditanam pada lorong-lorong diantara tanaman pagar. Pengertian sistem pertanaman lorong secara umum adalah suatu bentuk budidaya tanaman dengan menanam tanaman semusim di antara tanaman berumur panjang.

Definisi sistem pertanaman lorong (alley cropping) menurut para ahli antara lain:
• (Sariyata, Ketut. 2007): Sistem pertanaman lorong (alley croping) adalah suatu sistem di mana tanaman pangan ditanam pada lorong (alley) di antara barisan tanaman pagar .
• (Kang et al. 1984): Alley cropping adalah sistem agroforestri dimana tanaman pangan ditanam pada lorong yang dibentuk oleh pagar dan pohon atau semak.
• (Guntara, 2013): Alley cropping merupakan salah satu sistem agroforestri yang menanam tanaman semusim atau tanaman pangan di antara lorong-lorong yang dibentuk oleh pagar tanaman pohonan atau semak. Tanaman pagar dipangkas secara periodik selama pertanaman untuk menghindari naungan dan mengurangi kompetisi hara dengan tanaman pangan/semusim.
• (Quinkenstein et al., 2009): Alley cropping yang merupakan salah satu model agroforestry telah diusulkan sebagai salah satu solusi gobal untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, sekaligus mengurangi dampak lingkungan dan resiko ekonomi bagi petani.

Agar tidak bingung atau rancu antara tanaman semusim dengan tanaman berumur panjang, berikut penjelasannya:
a. Tanaman semusim (lorong/tanamanpokok) berumur pendek ini mencakup tanaman pertanian. Apabila ingin membudidayakan tanaman pangan pada lahan yang kekeringan sebaiknya memilih tanaman semusim yang tahan terhadap kekeringan. Hal ini karena lahan tersebut terletak pada lahan marginal atau lahan-lahan kering. Tanaman yang dibudidayakan antara lain: padi gogo, palawija, dan penyubur tanah, contohnya orok-orok. Selain tanaman pangan dapat juga menanam tanaman perkebunan. Pilih tanaman sela yang mampu beradaptasi dengan kondisi sinar matahari dan naungan. Beberapa contoh tanaman lapisan bawah (understory)yang tahan terhadap naungan:
Nanas (Ananas cosmosus), cabai (Capsicum spp.), talas dan keladi (Colocasia esculenta), kunyit (Curcuma domestica), bunga lilin dan kuping gajah (Anthurium spp.), sawi-sawian (Brassica sp.), ketela rambat (Ipomea batatas), jahe (Zingiber officinarum), budidaya jamur (mushroom).

b. Tanaman berumur panjang disini disebut juga dengan tanaman pagar. Jenis tanaman yang dipakai untuk pagar sebaiknya yang mudah ditanam dan mudah didapatkan bibitnya, cepat tumbuh dan bertunas kembali sehingga menghasilkan banyak hijauan. Jenis tanaman yang cocok untuk tanaman pagar adalah tanaman kacang-kacangan (leguminosa) seperti Flemingia congesta, gamal (Gliricidia sepium), lamtoro (Leucaena leucocephala), dan Calliandra callothirsus. Jarak antar baris tanaman pagar berkisar antara 4 sampai 10 m. Semakin curam lereng, jarak antar barisan tanaman pagar dibuat semakin dekat.


Gambar 2. Acuan Umum Proporsi Tanaman Pada Lahan yang Berbeda(P3HTA, 1987)

Berikut adalah contoh tanaman yang bisa dijadikan sebagai tanaman pagar.
hghjg
Gambar 3. Tanaman Pagar

Sejarah Perkembangan Sistem Pertanaman Lorong di Indonesia
1910
Pada tahun ini sistem alley cropping pertama kali diperkenalkan di Indonesia tepatnya di Nusa Tenggara Timur menggunakan Leucaena leucocephala atau biasa disebut lamtoro.
1970
Sistem alley cropping berkembang luas hingga tahun 1970 sistem ini mulai dipergunakan untuk konservasi tanah dan pakan ternak.
1982
Peneliti terus mengembangkan sistem alley cropping. Pada tahun 1982 Pusat Penelitian Tanah untuk pertama kali melakukan penelitian dengan menggunakan Leucaena leucocephala, Calliandra calothyrsus, dan Flemingia congesta di Citayam, Bogor
1991
Pada tahun ini Sukmana dan Suwardjo menambahkan Flemingia congesta dan Gliricida sepium untuk diuji pada lahan petani di DAS Jratun Seluna dan DAS Brantas.

Alley cropping berkaitan erat dengan agroforestri. Apa sih agroforestri itu? Mari kita bahas sedikit mengenai agroforestri.
Agroforestri
Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan (usaha tani) yang mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan. Definisi agroforestri yang digunakan oleh lembaga penelitian agroforestri internasional (ICRAF = International Centre for Research in Agroforestry) adalah sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau dapat pula dengan rerumputan (pasture), kadang-kadang ada komponen ternak atau hewan lainnya (lebah, ikan) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara tanaman berkayu dengan komponen lainnya.

gfcx
Gambar 4. Komponen Pokok Agroforestri
Agroforestri pada dasarnya terdiri dari tiga komponen pokok yaitu pohon(kehutanan), pangan(pertanian) dan ternak. Kehutanan mencakup tanaman berkayu, pertanian tanaman non-kayu dan peternakan meliputi hewan ternak. Tujuan dari sistem agroforestri ini antara lain untuk memanfaatkan lahan sebagai sumber pangan, meningkatkan ekonomi rumah tangga dan upaya konservasi, rehabilitasi lahan dan air.

g1
Gambar 5. Kombinasi Unsur Agroforestei

Kombinasi antar unsur dalam agroforestri:
• Agrisilvikultur, yaitu kombinasi antara komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian (atau tanaman non-kayu).
• Agropastura, yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan komponen peternakan
• Silvopastura, yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan peternakan.
• Agrosilvopastura, yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan.

Hubungan Pertanaman Lorong (alley cropping) dengan Agroforestri
Berdasarkan penjelasan singkat mengenai agroforestri diatas maka diketahui bahwa pertanaman lorong (alley cropping) berkaitan dengan agroforestri khususnya pada sistem agrisilvikultur. Sistem pertanaman lorong ini bisa juga masuk ke dalam sistem Agrosilvopastura apabila petani juga beternak. Perpaduan satu jenis tanaman tahunan dan satu atau beberapa jenis tanaman semusim ini termasuk ke dalam agroferestri sederhana. Pertanaman lorong merupakan salah satu bentuk penyebaran komponen penyusun agroforestri secara horizontal. Pohon-pohonan (tumbuhan berkayu) dan tanaman pertanian ditanam dalam bentuk jalur/lorong. Fungsi utama pohon-pohonan (tumbuhan berkayu) adalah sebagai pelindung bagi tanaman pertanian yang ada. Contoh penerapan dari sistem agrisilvikultur khususnya pertanaman lorong:

  1. Mengkombinasikan tanaman kehutanan seperti jati putih (Gmelina arborea) dengan tanaman pertanian / perkebunan yaitu jagung (Zea mays L), padi (Oryza sativa L), mentimun (Cucumis sativus L), ubi kayu (Manihot utilissima), pare (Momordica charantia), kacang panjang (Vigna sinensis L.).
  2. Contoh lainnya yaitu budidaya pagar (alley cropping) lamtoro dengan padi atau jagung, pohon kelapa ditanam pada pematang mengelilingi sawah dsb.
  3. Sengon dengan umbiumbian (ubi jalar, talas, ubikayu), Sengon dengan pisang, Sengon dengan tanaman pangan lain
  4. Kelapa dengan talas (Jawa Barat)
  5. Gamal dengan palawija (Malang Selatan)

Di bawah ini adalah beberapa contoh ilustrasi pola pertanaman lorong(alley cropping).
hjghj
Gambar 6. Pola Pertanaman Lorong

nbjhb
Gambar 7. Pola Pertanaman Lorong


Gambar 8. Pertanaman Lorong


Gambar 9. Pertanaman Lorong

Langkah-Langkah Pegembangan Sistem Pertanaman Lorong

  1. Rencana untuk penanaman
    Menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam. Dibuat denah lokasi penanaman. Membuat denah barisan pohon sepanjang kontur. Pada lahan yang datar, barisan-barisan tersebut dibuat memanjang dari arah timur ke barat. Sebaiknya digunakan model tanam empat persegi panjang sehingga membuat lajur/ larikan lebih lebar dan lebih mudah untuk mengelola tanaman sela.Menentukan jarak tanam menurut anjuran sesuai dengan jenis tanamannya. Sebaiknya dibuat garis/larikan tanam sepanjang kontur. Pada lahan dengan kelerengan lebih dari 5%, supaya direncanakan penggunaan beberapa bentuk sekat vegetatif pada kontur. Pada semua lahan bila memungkinkan, sebaiknya digunakan mulsa dan tanaman penutup tanah.
  2. Persiapan lahan.
    Jika resiko kebakaran kecil, tenaga untuk pengolahan terbatas dan jika uang dan keahlian tersedia untuk herbisida maka dilakukan: menggunakan teknik olah tanah minimum, menyemprot alang-alang muda dengan herbisida. Kemudian alang-alang yang sudah mati digilas. Alang-alang yang mati akan menjadi mulsa.
    Namun apabila sebaliknya yaitu resiko kebakaran tinggi, tersedia tenaga lebih, lahan tidak terlalu curam dan tanah terlalu padat maka dapat dilakukan: menghilangkan rumput yang tinggi dengan melakukan pengolahan dimusim kemarau, bisa mencangkul atau membajak dan garu beberapa kali, biarkan akar rimpang yang terangkat mengering kemudian mati. Dan pembuatan lajur terakhir sepanjang kontur.
  3. Persiapan lubang tanam.
    Penggalian lubang sudah dilakukan paling tidak satu minggu sebelum tanam. Sinar matahari akan membantu merombak bahan organik dalam lubang tanam dan membantu membunuh hama dan penyakit yang membahayakan. Lubang tanam seharusnya cukup untuk menampung volume akar bibit dan pupuk kandang atau kompos yang akan digunakan. Lapisan tanah bawah pada dasar lubang sebaiknya dihancurkan. Untuk tanah-tanah yang padat, lubang yang digali harus lebih besar. Tanah yang berasal dari lapisan atas agar dipisahkan dan lapisan tanah bawah dibuang.
  4. Penanaman pohon
    Tempat untuk penanaman pohon ditandai dengan ajir untuk memudahkan pengelolaan tanaman sela terutama pada saat menyiangi. Pohon ditanam sesudah pengolahan lahan.
    Sebelum penanaman pohon diberi pupuk dasar jika memungkinkan. Seharusnya mengikuti dosis anjuran untuk tanah setempat. Pupuk fosfat alam atau 50-100 gram urea atau pupuk majemuk diletakkan pada dasar lubang tanam, kemudian ditutupi dengan sedikit tanah lapisan atas. Jika tersedia, diberikan juga setengah sampai satu kilogram rabuk atau kompos dalam lubang. Pada tanah masam, perlu ditambahkan kapur, dolomit atau gipsum.
    Dianjurkan untuk memilih dan menggunakan bibit tanaman yang besar dan sehat. Bibit tanaman yang besar dan cepat daya tumbuhnya akan lebih mampu berkompetisi dengan rerumputan yang mungkin tumbuh kembali. Bahan tanam hasil sambungan, okulasi dan cangkokan akan lebih cepat berbuah.
  5. Penanaman tanaman semusim
    Tanaman semusim tidak boleh ditanam dalam jarak kurang dari 1 m dari pangkal pohon, atau dibawah proyeksi garis tepi tajuk pohon. Pengendalian dilakukan selama musim tanam, dengan cara dicabut, disemprot dengan herbisida, atau mulsa.
  6. Pemanenan tanaman semusim.
  7. Pengendalian alang-alang selanjutnya.
    Dapat dicoba sistem tumpang gilir (penanaman tanaman kedua sebelum yang pertama dipanen). Jika tidak, sesudah panen penanaman jenis tanaman yang berbeda segera dilakukan misalnya dengan tanaman penutup tanah kacang-kacangan, atau diadakan penyiangan gulma melingkari tanaman pohon.

Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Sistem Pertanaman Lorong
a. Kelebihan
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa sistem ini sangat baik diterapkan di lahan kering. Teknik konservasi vegetatif dengan sistem pertanaman lorong (alley cropping) adalah alternatif teknik konservasi lainnya untuk lahan kering di DAS terutama pada bagian hulu karena efektif mengendalikan erosi. Tanaman pagar dalam budidaya lorong ini biasanya ditanam dalam barisan tanaman perdu yang ditanam secara rapat dengan jarak tanam biasanya antara 10-25 cm tergantung pada jenis tanaman pagarnya. Biaya budidaya lorong ini jauh lebih murah dan cukup efektif dalam menahan erosi bahkan mendukung lahan yang semakin subur. Dalam waktu yang relatif tidak lama sekitar tiga sampai empat tahun sejak tanaman pagar ditanam biasanya telah terbentuk teras secara alami sehingga teras jenis ini sering disebut sebagai teras kredit yang berguna dalam menahan erosi tanah. Oleh karena itu budidaya lorong ini memiliki arti yang sangat penting dalam upaya konservasi lahan terutama di lahan wilayah hulu DAS yang berlereng dan kebanyakan kondisinya telah gundul/kritis.
Beberapa keuntungan lainnya antara lain:
• barisan tanaman pagar menurunkan kecepatan aliran permukaan sehingga memberikan kesempatan pada air untuk berinfiltrasi sehingga dapat mengendalikan air permukaan
• memperbaiki infiltrasi air dan mempertahankan kelembaban tanah
• penyubur tanah dengan memperbaiki sifat fisik tanah yaitu menurunkan BD (bulk density) dan meningkatkan konduktivitas hidraulik tanah. Perbaikan sifat fisik tanah ini dikarenakan residu bahan organik
• naungan tanaman pagar dapat menghambat penyebaran gulma
• pada jenis tanaman tertentu yang membutuhkan naungan tanamna pagar dapat menjadi naungan bagi tanaman tersebut
• tanaman pagar pada sistem ini juga dapat berguna sebagai penghasil pakan ternak yang kaya nutrisi dan pupuk hijau serta sebagai
• penghasil kayu bakar untuk keperluan rumah tangga dan industri pedesaan

b. Kekurangan
Selain kelebihannya, di sisi lain sistem pertanaman lorong (alley cropping) ini tentunya juga memiliki kekurangan. Kekurangan dari sistem ini antara lain:
• Terjadinya persaingan antara tanaman pagar dengan tanaman pangan untuk mendapatkan cahaya, air dan zat hara.
• Kadang-kadang terjadi pengaruh alelopati (cairan atau gas yang dikeluarkan tanaman pagar yang mengganggu pertumbuhan tanaman lorong).
• Tanaman pagar atau strip rumput mengambil tempat 5-15% dari total luas lahan.
• Konflik kepentingan biomassa hasil pangkasan tanaman pagar dikembalikan ke tanah atau diberikan ke pakan ternak.
• Sistem pertanaman lorong belum banyak diketahui baik oleh petani, penyuluh dan atau para pengambil kebijakan, sehingga pengetahuan dan keterampilan petani kurang memadai apabila akan menerapkan teknologi ini.

Solusi dan Perawatan Kebun Sistem Pertanaman Lorong(alley cropping)
• Masalah konflik kepentingan biomassa hasil pangkas baiknya diperlukan pengaturan jadwal pangkas, dan pembagian proporsi antara untuk mulsa dan pakan ternak serta jadwal pemberian antara kapan diberikan untuk ternak dan kapan dikembalikan ke tanah. Secara periodik
tanaman pagar ini dipangkas agar tanaman utama tidak ternaungi dan pada saat bersamaan menambahkan biomas ke dalam tanah.
• Sebaiknya memilih jenis tanaman pagar yang memiliki sifat: tingkat persaingan terhadap unsur hara dan air dengan tanaman pokok relatif rendah, memiliki perakaran vertikal yang dalam sehingga mampu menahan erosi tanah dan tidak bersifat alelopatik (mengeluarkan zat racun) terhadap tanaman pokok.
• Tanaman pagar perlu dipangkas untuk mengurangi persaingan dengan tanaman didekatnya, dalam hal cahaya, unsur hara dan air. Tanaman pagar harus sudah dipangkas setelah mencapai umur satu tahun atau tingginya sudah mencapai 1,5 m sampai 2 m. Pada saat ini perakarannya sudah cukup berkembang dan kuat. Pemangkasan bisa diulangi jika tanaman semusim memerlukan lebih banyak cahaya atau apabila tanaman pagar sudah mulai bersaing dalam hal air dan unsur hara. Pemangkasan cabang menyebabkan matinya sebagain akar, sehingga pemangkasan mengurangi persaingan akan cahaya dan perakaran sekaligus. Sebaiknya tanaman pagar dipangkas sebelum tanaman semusim mengalami tekanan. Contoh pada tanaman jagung sebaiknya tanaman pagar dipangkas pada saat penanaman, kemudian pemangkasan kedua setelah tanaman pagar mencapai ketinggian 1 m atau setelah 30-45 hari. Pemangkasan ketiga mungkun tidak perlu dilakukan apabila tanaman jagung sudah cukup tinggi.
• Pemupukan dapat dilakukan dengan mengikuti rekomendasi pemupukan yang sesuai dengan jenis tanaman dan tanah setempat. Kontribusi unsur hara dari biomassa pohon dapat mengurangi kebutuhan pupuk nitrogen sebesar 75%, sehingga menghemat pupuk. Pohon fertilizer juga terbukti meningkatkan hasil panen secara substansial.
• Pengendalian gulma dilakukan selama musim tanam, dengan cara dicabut, disemprot dengan herbisida, atau mulsa. Mulsa dapat diperoleh dari hasil dari penyiangan tanaman pagar.

REFERENSI

Ariani, Ratri dan Haryati, Umi. 2018. Sistem Alley Cropping : Analisis SWOT dan Strategi Implementasinya di Lahan Kering DAS Hulu. Jurnal Sumberdaya Lahan. 12(1): 13-31

Guntara. 2013. Agroforestry Sebagai Alternatif Pemanfaatan Lahan Bawah Tegakan untuk Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Lumajang. Penyuluh Kehutanan Dinas Kehutanan Kabupaten Lumajang.

Kang BT, Wilson GF, Lawsen TL. 1984. Alley Cropping a Stable Alternative to Shifting Cultivation. International Institute of Tropical Agriculture. Ibadan, Nigeria.

Mulyono, Daru. 2010. Pengembangan Pertanian Budidaya Lorong (Alley Cropping) Untuk Konservasi Lahan Kritis Di Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk, Jawa Barat. Jurnal Teknik Lingkungan. 11(2): 283-291

Quinkenstein A., Wöllecke J., Böhm C., Grünewald H., Freese D., Schneider B.U., Hüttl R.F. (2009): Ecological benefits of the agroforestry-system Alley Cropping in sensitive regions of Europe. Environmental Science and Policy, 12: 1112–1121.

P3HTA. 1987. Penelitian Terapan Pertanian Lahan Kering dan Konservasi. UACP-FSR. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian

Sariyata, Ketut. 2007. Usaha tani konservasi (pola budidaya lorong). Kupang : Balai Besar Pelatihan Peternakan Nusa Tenggara Timur

Suprayogo, D., N. Wijayanto dan Widianto. 2003. Pengelolaan dan Pengembangan Agroforestri. World Agroforestry Center (ICRAF). Bogor.

Yuhaeni, Siti N.P . Suratmini, N.D. Purwantari, T. Manurung, Dan E. Sutedi. 1997. Pertanaman Lorong (Alley Cropping) Leguminosa Dengan Rumput Pakan Ternak: Pengaruh Jenis Rumput Dan Jarak Larikan Glirisidia Terhadap Pertumbuhan Danproduksi Hijauan Pakan. Jurnal Ilmu Ternak Dan Veteriner. 2(4): 242-249.