Apa yang dimaksud dengan Al-Mujiib atau Maha Mengabulkan ?

al-Mujiib

Nilai yang terkandung di dalam al-Mujiib:

Barangsiapa yang beriman dan membaca “Ya Mujiib” sebanyak 55x setelah mengerjakan shalat sunnah, terutama ketika matahari terbit, Insya Allah kebutuhannya akan dipenuhi.

Apa yang dimaksud dengan Al-Mujiib atau Maha Mengabulkan ?

Kata Al-Mujib terambil dari kata ajaba yang berarti “menjawab”. Dari akar kata yang sama lahir kata “jawab” dan “jawaban”, yakni membalas pembicaraan atau semacamnya. Kata mujib adalah pelaku jawaban itu (yang menjawab).

Nama Al-Mujîb yang ditujukan untuk Allah, hanya ada sekali di dalam Al-Qur`an, yaitu terdapat dalam surat Hûd: 61.

Allah Al-Mujîb, artinya Allah Maha Mengabulkan, mem-perkenankan, dan menjawab apa yang dimohonkan kepada-Nya. Allah tidak pernah merasa bosan dengan permintaan para hamba-Nya. Allah akan memperkenankan doa orang yang berdoa, bahkan sekalipun doa orang kafir. Allah kabulkan agar suatu saat ia sadar atas nikmat Allah, atau menjadi hujah (dalil) bagi Allah untuk memberikan sangsi bagi mereka kelak di hari Kiamat.

Salah satu bentuk makna Al-Mujîb adalah Allah mengabulkan doa yang mampu menolak ketentuan Allah sendiri dengan izin-Nya. Rasulullah saw bersabda, yang artinya,

“Putusan atau qadha` Allah tidak bisa ditolak kecuali dengan doa. Dan tidak ada sesuatu yang bisa menambah umur, kecuali kebaikan atau al-birr.” (HR. at-Tirmidzi dan al-Hâkim).

Ibnul Qayyim al-Jauzi dalam kitabnya, al-Jawâbul Kâfi: 4, menerangkan tiga kemungkinan yang terjadi antara doa dan musibah. Keduanya merupakan qadar Allah. Dikatakan, bahwa jika doa lebih kuat daripada musibah, maka musibah akan tertolak. Namun, jika musibah lebih kuat daripada doa, maka musibah akan terjadi. Hanya saja, doa tetap memiliki efek positif walaupun sedikit. Jika doa itu seimbang dengan kekuatan musibah, maka keduanya akan bertarung. Artinya, tidak akan menimpa hamba yang berdoa.

Seorang hamba yang meneladani nama al-Mujîb, akan selalu memenuhi seruan-seruan Allah dan Rasul-Nya. Ia juga tidak pernah bosan memohon kepada Allah. Ia sadar bahwa doa merupakan ibadah. Doa merupakan titik temu terdekat antara hamba dengan Rabbnya. Doa adalah senjata, benteng, obat, dan pintu segala kebaikan. Doa merupakan pantulan keluasan rahmat Allah yang dicurahkan kepada para hamba-Nya.

Ia juga akan selalu berusaha untuk memenuhi permintaan orang lain, selama dalam batas kemampuannya dan tidak bertentangan dengan syariat, baik materi atau nonmateri. Contoh dari Rasulullah saw pun menunjukkan bahwa beliau tidak pernah menolak permohonan yang ditujukan kepadanya.

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009