Kata Al-Muhaimin diperdebatkan oleh ulama, ada yang berpendapat bahwa kata ini sama dengan kata Al-Mu’min, karena derivasi kata Al-Muhaimin adalah Al-Mu’amin. Huruf ’a’ (hamzah) yang kedua diganti dengan huruf ‘ya’ sehingga menjadi Muaimin. Selanjutnya huruf ‘a’ (hamzah) yang pertama diubah menjadi ha sehingga menjadi Muhaimin. Jika pendapat ini diterima, maka makna dari Muhaimin sama dengan Mu’min.
Tetapi pendapat lain mengemukakan bahwa derivasi kata ini adalah “haimana-yuhaiminu” yang artinya memelihara, menjaga, mengawasi dan menjadi saksi terhadap sesuatu serta memeliharanya.
Kata ini terulang dalam Al-Quran sebanyak dua kali. Pertama, pada **surat al-Mâ
idah: 48**, sebagai sifat bagi Al-Qur`an.
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
Al-Qur’an dikatakan muhaimin terhadap kitab-kitab terdahulu, karena Al-Qur’an menjaga dan memelihara isi kebenaran kitab-kitab terdahulu, sehingga seluruh perubahan dan pemalsuan yang terjadi terhadap kitab-kitab terdahulu dapat terbongkar lewat persaksian Al-Qur’an.
Kedua, pada surat al-Hasyr: 23.
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Al-Muhaimin sebagai nama Allah memberikan makna bahwa Allah adalah pemelihara, penjaga, dan pengawas seluruh makhluk-Nya. Allah-lah yang mengatur dan mengurus seluruh urusan makhluk. Seluruh keteraturan yang ada dalam kehidupan dan keindahan alam semesta ini, Allah yang mengatur dan memeliharanya. Tidak ada yang terjadi di jagat raya ini dan tidak pula tebersit dalam pikiran, kecuali Allah mengawasinya.
Menurut al-Biqa’i sebagaimana dinukil oleh Quraisy Syihab, urutan penempatan Al-Muhaimin setelah nama “As-Salâm dan Al-Mu’min”, memberikan isyarat bahwa agar terpenuhi rasa damai dan aman yang terkandung dalam As-Salâm dan Al-Mu’min, tentu diperlukan pengetahuan yang sangat dalam menyangkut hal-hal yang bersifat tersembunyi. Karena itu, setelah kedua nama yang agung tersebut, disusul nama “al Muhaimin”.
Sifat ini bermakna kesaksian yang dilandasi oleh pengetahuan menyeluruh secara detail, lahir dan batin. Jadi, tidak ada yang tersembunyi dari Allah. Berzikir dan meneladani nama agung Al-Muhaimin akan selalu melahirkan perilaku yang penuh dengan perhitungan dan tanggung jawab. Seseorang tidak akan melakukan kerusakan, baik terhadap diri atau lingkungannya, karena Allah telah mengaturnya sedemikian rupa. Ia akan selalu aktif dalam menjaga lingkungan demi keberlangsungan kehidupan bersama. Ia sadar bahwa semua perilakunya, bahkan setiap hembusan nafasnya, tidak lepas dari pengawasan Allah.
Referensi :
- Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
- Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman , Semarang, Pustaka Nuun, 2009