Kata Al-Majîd berasal dari akar kata majuda-majâdatan. Kata Al-Majid, terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf mim, jim dan dal, yang makna dasarnya adalah ‘mencapai batas’, tetapi ia hanya digunakan untuk hal-hal baik dan terpuji lagi mulia. Dari makna tersebut, lahir makna kejayaan dan kemuliaan. Kata Al- Majîd untuk menunjukkan nama Allah dalam Al-Qur`an diulang sebanyak dua kali, yaitu terdapat pada surat Hûd: 73 dan al- Burûj: 15.
Allah Al-Majîd, artinya Allah yang Mahamulia zat, sifat, nama, dan seluruh perbuatan-Nya. Kemuliaan Allah tidak ada yang menandingi atau menyamai-Nya. Kemuliaan-Nya tidak membutuhkan yang lain. Kemuliaan-Nya kekal, tidak bertambah atau berkurang. Seluruh kemuliaan berasal dari-Nya.
Allah-lah yang menyifati Al-Qur`an sebagai kitab yang mulia.
“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Qur`an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh al-Mahfuzh.” (al-Burûj: 21- 22).
Allah-lah yang menyifati singgasana-Nya dengan kemuliaan. Allah berkalam, yang artinya,
“Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih, yang memunyai ‘Arsy, lagi Mahamulia.” (al- Burûj: 14-15).
Menurut Imam al-Ghazâli, sebagaimana dinukil oleh Quraisy Syihab: 228, Al-Majîd adalah mulia Zat-Nya, yang indah perbuatan-Nya, dan yang banyak anugerah-Nya. Dengan demikian, sifat Al-Majîd menghimpun makna sifat-sifat Al-Jalîl, Al-Wahhâb, dan al- Karîm. Tergabungnya ketiga sifat tersebut tentu tidak mungkin dicapai oleh manusia.
Seorang hamba yang meneladani nama Al-Majîd, selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang baik, mulia dunia dan akhirat. Sehingga Allah mencintainya dan semua makhluk mencintainya pula.
Referensi :
- Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
- Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009