Apa yang dimaksud dengan Al-Maalikul Mulk atau Maha Menguasai Kerajaan ?

al-Maalikul Mulk

Nilai yang terkandung di dalam al-Maalikul Mulk :

Barangsiapa yang beriman dan membaca “Ya Maalikul Mulk” sebanyak 90x setiap selesai shalat fardhu. Insya Allah akan memiliki kewibawaan yang besar, sehingga disegani oleh semua orang.

Apa yang dimaksud dengan Al-Maalikul Mulk atau Maha Menguasai Kerajaan ?

Kata Mâlik al-Mulk adalah rangkaian dari dua kata, yaitu Mâlik dan al-Mulk. Keduanya memiliki akar kata yang sama, yaitu malaka yang berarti memiliki. Kata Mâlik artinya yang memiliki, sedang kata al-Mulk artinya kerajaan. Dalam Al-Qur`an, kata Mâlik al-Mulk hanya terulang satu kali, yaitu dalam surat Ali Imran: 26.

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Allah Malik Almulk menurut Al-Ghazali adalah “Dia yang kehendak-Nya terlaksana diwilayah kerajaan-Nya; bagaimana dan dengan cara apa pun, dalam bentuk mewujudkan atau meniadakan, mempertahankan atau mencabut. Semua wujud merupakan kerajaan-Nya. Meski banyak dan beragam, namun merupakan satu kesatuan.

Allah Mâlik al-Mulk, artinya Allah Yang Maha Raja, seluruh alam semesta beserta isinya adalah kerajaan-Nya. Dia-lah yang memiliki dan mengatur seluruh kerajaan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Dia-lah Raja tanpa batas yang memiliki kekuasaan dan kehendak yang mutlak. Dia-lah yang memberikan kerajaan semu bagi yang dikehendaki dan Dia pula yang mencabut kekuasaan dan kerajaan semu dari orang yang Dia kehendaki. Dia yang mengangkat dan merendahkan derajat seseorang. Semuanya di bawah kekuasaan-Nya tanpa ada yang mampu memengaruhi, menyamai, atau mengalahkan-Nya.

Allah yang merajai kerajaan dunia dan akhirat. Bahkan, kerajaan-Nya ketika di akhirat akan tampak lebih jelas. Karena ketika di dunia, banyak orang mengklaim dirinya sebagai raja, tapi kelak di akhirat tidak ada satu pun orang yang mampu mempertahankan kerajaannya. Hanya Allah, Raja yang kekal, semua manusia tunduk, bahkan tidak ada satu pun malaikat yang berani bicara.

Allah berkalam, yang artinya,

”Yang menguasai di hari Pembalasan.” (al-Fâtihah: 4).

Dan kalam Allah,

“Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata- kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Rabb Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.” (an-Naba`: 38).

Meneladani nama Mâlik al-Mulk, seorang hamba harus menyadari dan meyakini bahwa hanya Allah, Raja sebenarnya. Dia-lah yang menentukan seseorang diangkat atau dicopot dari jabatannya. Tidak ada seorang pun yang mampu menolak apa yang menjadi ketentuan-Nya. Maka, usaha apa pun yang dilakukan, hendaklah tidak menentang aturan-aturan-Nya. Karena, Allah Mahakuasa atas segalanya.

Termasuk meneladani nama Mâlik al-Mulk adalah seseorang yang diberi amanah jabatan atau kekuasaan, lalu dia mengatur bawahannya dengan penuh kearifan dan keadilan, serta memperhatikan kesejahteraan mereka. Dia tidak bertindak sewenang-wenang, apalagi memperkaya diri dengan korupsi. Sebab, semua yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Raja diraja

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009