Apa yang dimaksud dengan Al-Jaliil atau Maha Luhur ?

al-Jaliil

Nilai yang terkandung di dalam al-Jaliil:

Barangsiapa yang beriman dan membaca “Ya Jaliil” sebanyak 77x setiap selesai shalat Tahajjud, Insya Allah akan diberikan kemudahan dalam setiap usaha yang ia inginkan.

Apa yang dimaksud dengan Al-Jaliil atau Maha Luhur ?

Kata Al-Jalil terambil dari akar kata Al-Jillah yang pada mulanya berarti “unta yang besar”, dari makna ini kemudian kata Al-Jalil dipahami sebagai “sifat dari badan yang besar, atau kedudukan yang tinggi”, atau “peranan yang penting.”

Nama Al-Jalil tidak terdapat dalam Al-Qur`an. Namun, yang menunjukkan makna tersebut bagi Allah teْrdapat pada dua aْyat surat Ar-Rahmân, yaitu ayat ke-27 dan 78, menunjukkan arti: “yang memiliki keluhuran dan kemuliaan”, yang tidak lain adalah Al-Jalîl.

Allah Al-Jalîl, Allah yang Mahaagung, Mahatinggi, Maha- sempurna, tidak membutuhkan siapa atau apa pun. Allah yang luhur dan agung dalam zat, nama, sifat, dan perbuatan-Nya. Allah yang Mahaagung yang berhak untuk memerintah dan melarang. Dia-lah Yang Mahaagung, yang terlihat citra keagungan-Nya pada keagungan dan keindahan ciptaan-Nya. Dia yang Mahaagung, yang tidak satu pun makhluk-Nya mampu memahami hakikat keagungan-Nya.

Allah berkalam, yang artinya,

“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Rabb telah berkalam (langsung) kepadanya, berkatalah Musa, “Ya Rabbku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” Rabb berkalam, “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala), niscaya kamu dapat melihat-Ku.” Tatkala Rabbnya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.” (al-A’râf: 143).

Seorang hamba yang meneladani nama Al-Jalîl, akan selalu menjaga keagungan dan keluhuran dirinya, baik lahiriah maupun batiniah. Ia selalu menjaga keluhuran akhlak dan kepribadiannya, serta menjauhi segala sikap dan tindakan yang tidak pantas untuk dilakukan. Apalagi sesuatu yang jelas-jelas dilarang. Sifat semacam inilah yang akan mengundang kewibawaan dan penghormatan dari orang lain. Sebuah sikap alami yang tidak dibuat-buat, tetapi lahir dari kepribadian yang luhur dan agung.

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009