Kata Al-Hâdi memiliki akar kata yang terdiri dari ha-dal- ya
, yang berarti tampil di depan memberi petunjuk. Al-Hâdi artinya penunjuk jalan karena berada di depan. Akar kata ini juga memberikan makna menyampaikan dengan lemah lembut. Dari makna ini, lahir kata hadiah, karena merupakan penyampaian sesuatu dengan lemah lembut untuk menunjukkan sikap simpati. (Quraisy Syihab).
Dialah yang memberi petunjuk kepada seluruh makhluk sesuai dengan peranan yang dikehendaki-Nya untuk mereka emban,
“Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk” (QS. ThaHa : 50).
Kata Al-Hâdi sebagai nama Allah dengan tambahan alif lam, tidak ditemukan dalam Al-Quran. Namun ditemukan dalam Al- Qur
an kata Hâdi tanpa alif lam sebagai nama atau sifat Allah, yaitu :
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. surat al-Hajj: 54
Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong. al-Furqân: 31.
Allah Al-Hâdi, artinya Allah Maha Memberi petunjuk kepada seluruh makhluk-Nya sesuai dengan fungsi masing-masing (Thâhâ: 50). Dengan kelembutan-Nya, Dia memberikan beragam petunjuk kepada manusia. Allah memberikan petunjuk melalui naluri fitrah, kemudian panca indera, akal, dan puncaknya adalah petunjuk yang dibawa oleh para nabi berupa wahyu dan kitab suci sebagai pedoman hidup.
Dia-lah yang dengan kelembutan kasih sayang-Nya mem- berikan petunjuk bagi hamba-Nya yang dikehendaki. Dia tunjukkan pada jalan kebenaran dan kebahagiaan. Dia tunjukkan kepada agama yang lurus dan diridhai-Nya. Siapa pun tidak mampu memberikan petunjuk kecuali atas kehendak-Nya. Tugas nabi dan pengikutnya adalah menyampaikan dan menunjukkan kepada kebenaran. Namun, hanya Allah yang menjadikan seseorang mau menerima dan meyakini kebenaran tersebut.
Allah berkalam, yang artinya,
”Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki- Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (al-Qashash: 56).
Meneladani nama Al-Hâdi, seorang hamba harus selalu memohon petunjuk kapada Allah dalam segala hal dan kapan pun. Hanya Allah yang mengetahui baik buruknya suatu masalah dan akibatnya. Manusia hanya bisa memaksimalkan sarana petunjuk yang dimilikinya. Namun, semua sarana tersebut sangat terbatas, apalagi jika terkait dengan sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh akal manusia. Memohon petunjuk kepada Allah adalah merupakan usaha yang paling tepat. Karena orang yang berada dalam petunjuk Allah, akan selalu nyaman walaupun dalam cobaan.
Allah berkalam yang artinya,
”(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ”Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn.” Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (al-Baqarah: 156-157).
Di samping itu, meneladani nama Al-Hâdi, mendorong seorang hamba untuk terus menyebarkan kebenaran dan kebaikan kepada siapa pun yang ada di sekelilingnya. Ia selalu terdepan sebagai teladan dan penunjuk kepada jalan kebaikan dan kebenaran. Ia selalu sabar dan istiqamah dalam menjalani profesinya sebagai pioner penunjuk kebenaran. Begitulah yang dilakukan para nabi dan pengikutnya dalam memberikan pencerahan kepada umatnya. Dalam menyampaikan petunjuk, mereka senantiasa memakai cara-cara yang halus dan elegan.
Allah berkalam, yang artinya,
”Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (an-Nahl: 125).
Referensi :
- Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
- Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009