Apa yang dimaksud dengan Ahwal dalam ajaran tasawuf ?

Tasawuf

Apa yang dimaksud dengan Ahwal dalam ajaran tasawuf ?

Ahwal adalah sesuatu anugerah spiritual pemberian Allah Swt kepada sang salik karena ketaatan dan ibadahnya yang secara terus-menerus. Jadi, ahwal adalah bersifat pemberian, bukan diusahakan sebagaimana maqamat. Menurut Rajab, ahwal dalam tasawuf yang populer antara lain:

Khauf

Dalam terma tasawuf, khauf adalah hadirnya perasaan takut ke dalam diri sang salik karena dihantui oleh perasaan dosa dan ancaman yang akan menimpanya. Saat rasa ini menghampirinya, sang salik akan merasa tenteram dan tenang karena kondisi hatinya yang semakin dekat dengan Allah Swt. Perasaan ini juga akan menghalanginya untuk melarikan diri dari Allah Swt, dan membuatnya selalu ingat serta ta’dzim kepada-Nya.

Tawaddu’

Secara definitif tawaddu’ adalah kerendahan hati seorang hamba kepda kebenaran dan kekuasaan Tuhannya. Dengan rasa ini, kesombongan sang salik kepada Tuhannya dan juga makhluk Tuhan lainnya akan hilang sirna, sebab ia merasa rendah. Oleh karena itu, jika seseorang sudah sampai atau telah mendapatkan ahwal ini, maka ia tidak akan bersikap pilih kasih dengan siapapun.

Sebab ia memandang semuanya adalah sama dan setara.

Ikhlash

Dalam ajaran tasawuf, ikhlash merupakan suatu hal yang bersifat bathiniyyah dan teruji kemurniannya dengan amal soleh. Ia adalah perasaan halus yang tidak dapat diketahui oleh siapapun. Dengan ini, sang salik dalam melakukan apapun hanya semata karena Allah Swt., bukan selain-Nya.

Taqwa

Secara umum, taqwa berarti memelihara diri dari larangan Allah Swt. dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya. Sedangkan menurut terma tasawuf, taqwa adalah usaha penjagaan dari tergelincirnya diri dalam syirik, dosa, kejahatan, dan hal-hal yang subhat, termasuk didalamnya ialah lupa kepada Allah Swt.

Shukur

Para sufi memaknai shukr dengan kesan kesadaran (rasa terima kasih) manusia terhadap rahmat dan karunia yang diterimanya dari Allah Swt. Hadirnya sifat ini, dalam diri manusia, akan memperlihatkan nilai positif atas diri manusia itu sendiri, yakni perwujudan integritasnya dengan Allah dan lingkungannya.

Mutma’innah

Mutma’innah secara etimologi berarti ketenangan, sementara secara istilah tidak lain ialah satu kesan batin di mana ketentraman, karena dekat dengan Allah Swt, selalu menyelubunginya. Dan juga ada yang mengartikan sebagai kondisi psikologi yang tenteram dengan selalu mengingat Allah, mengerjakan amal soleh dan ber-taqarrub kepada-Nya. Menurut 'Abdullah al-Anshari, mutma’innah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

  1. mutma’innah hati karena menyebut asma Allah;

  2. ketika mencapai tujuan pengungkapan hakikat; dan

  3. karena menyaksikan kasih sayang-Nya.

Referensi :
'Abdullah al-Anshari al-Harawi, Kitab Manazil al-Sairin , (Beirut: Dar al-Kutub 'Ilmiyyah, 1988).