Apa yang Dimaksud dengan Acuan Stimulan Tanggap Bencana dalam Pendidikan Mitigasi Bencana?

image
Sebelum pendidikan mitigasi bencana dilakukan, diperlukan pemahaman kesamaan persepsi dalam tindakan merespon bencana yang akan datang.

Apa yang dimaksud dengan acuan stimulasi tanggap bencana?

Cara yang ditempuh dengan berbagai metode agar program mitigasi bencana dapat dipahami dan dilaksanakan karena merupakan kebutuhan dalam rangka mengurangi resiko bencana ketika datang.

Kartono (2003) mendefinisikan, persepsi adalah proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya. Sugiharto (2007) menafsirkan persepsi merupakan proses untuk menterjemahkan atau menafsirkan stimulus yang masuk ke alat indera. Perilaku manusia diawali dengan adanya pengindraan. Pengindraan adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia. Setelah stimulus masuk ke alat indra manusia, hingga otak akan menterjemahkan stimulus tersebut. Kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus disebut dengan persepsi.

Seribulan (2005:27) menterjemahkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seperti berikut.

  1. Faktor dalam suasana ialah waktu, keadaan, atau tempat kerja, dan keadaan sosial.
  2. Faktor pada individual pemersepsi berupa: sikap, motivasi, kepentingan, pengalaman dan pengharapan.
  3. Faktor pada target berupa: hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan kedekatan.

Likert mendefinisikan sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak memihak ataupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek. Dalam setiap kehidupan, manusia mempunyai pendapat mengenai keadaan, pendapat tersebut seringkali diikuti dengan kecenderungan untuk bertingkah laku yang disebut sikap.

Komponen afeksi (perasaan), kognisi (pengetahuan/pengenalan/ pemikiran) dan konasi (kehendak/ tindakan) sebagai jenjang pertama dalam suatu model hirarkis. Ketiganya membentuk konsep sikap sebagai faktor tunggal jenjang kedua. Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara antar responnya dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam tiga macam ialah kognitif, afektif dan perilaku. Sikap individu diperoleh dengan melihat ketiga respons secara lengkap.

Proses sosial yang berperan dalam proses perubahan sikap adalah ketersediaan menerima informasi yang ditanggapi secara positif karena pemberi informasi atau stimulator dapat diterima. Dengan demikian, stimulan mendapat perhatian, pemahaman, dan penerimaan. Pada akhirnya, terjadi perubahan sikap tentang pendapat, persepsi, afeksi dan tindakan yang diharapkan oleh stimulator.

Shadily (1983) mendefinisikan masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup yang berinteraksi antar para individu dalam kelompok komunitas (community) tersebut hidup bersama secara teratur. Ciri komunitas dapat dilihat dari kehidupan bersama pada tempat dan derajat hubungan sosial yang bersifat sentimen. Dalam masyarakat ada orang-orang yang dihormati dan disegani karena kegiatan dalam kelompoknya serta kecakapan-kecakapan dan sifat-sifat tertentu yang dimilikinya.

Dalam manajemen tanggap darurat konvensional, masyarakat tidak sekedar dipandang dalam aspek ruang karena tinggal pada zone yang sama, tetapi juga kepentingan yang sama. Misalnya, karena adanya ancaman yang sama. Pandangan ini mengabaikan dimensidimensi penting lainnya yang terkait dengan kepentingan, nilai-nilai, kegiatan- kegiatan, dan struktur-struktur yang sama.

Masyarakat merupakan sesuatu yang komplek dan sering tidak berbentuk dalam satu kesatuan ruang atau lokasi, tetapi karena adanya ikatan atau kebersamaan kepentingan. Masyarakat adalah sesuatu yang dinamis, orang dapat berkumpul bersama untuk tujuantujuan tertentu yang sama dan dapat berpisah kembali setelah tujuan-tujuannya tercapai.