Apa yang anda ketahui tentang wukuf dalam berhaji?

wukuf

Apa yang anda ketahui tentang wukuf dalam berhaji?

Wukuf adalah mengasingkan diri atau mengantarkan diri ke suatu “panggung replika” padang Masyhar. Suatu tamsil bagaimana kelak manusia dikumpulkan di suatu padang Masyhar dalam formasi antri menunggu giliran untuk dihisab oleh Allah SWT. Wukuf adalah suatu contoh sebagai peringatan kepada manusia tentang kebenaran Illahi.

Status hukum Wukuf di Arafah adalah rukun yang kalau ditinggalkan maka Hajinya tidak sah. Wukuf juga merupakan puncak ibadah Haji yang dilaksanakan di Padang Arafah dan pada tanggal 9 Zulhizah. sebagaimana sabda Rasulullah :

Alhaju arafah manjaal yalata jam’in kabla tuluw ilafji pakad adraka alhajj (diriwayatkan oleh 5 ahli hadis)

artinya : “Haji itu melakukan wukuf di Arafah”

Pada hari wukuf tanggal 9 Zulhijah yaitu ketika matahari sudah tergelincir atau bergeser dari tengah hari, (pukul 12 siang) hitungan wukuf sudah dimulai. yang pertama dilakukan adalah shalat Zuhur dan Ashar yang dilakukan secara ‘Jamak Taqdim‘, yakni shalat Ashar dilakukan bersama shalat Zuhur pada waktu Zuhur dengan 1 X azan dan 2 X iqamat. Setelah shalat Zuhur dan Ashar, disunatkan seorang imam untuk mulai berkhutbah untuk memberikan bimbingan wukuf, penerangan, seruan-seruan ibadah dan panjatan do’a kepada Allah SWT.

Disunatkan supaya menghadap Qiblat dan memperbanyak membaca do’a,zikir dan membaca Al-Qur’an. Ketika berdo’a hendaklah mengangkat tangan hingga tampak keatas kedua ketiaknya. dan juga disunatkan mengulang-ulang kalimat :

“Laa ilaha illallaah wahdahu laa syarikalah, lahul mulku walahulhamd, yuhyi wa yumiit, wahua hayyun layamuutu biyadihil khair,wahua ‘alaa kuli syaiin qadiir”

Artinya : “Ya Allah tiada tuhan selain Allah yang tiada sekutu bagi-Nya,bagi-Nya segala kerajaan dan segala puji.Dia yang menghidupkan dan mematikan. Ia hidup tidak mati.Di tangan-Nya segala kebaikan dan Dia Maha kuasa.”

Karena ada hadis Nabi yang mengatakan :

“Sebaik-baiknya do’a pada hari Arafah, dan sebaik-baiknya yang kubaca dan dibacanya juga oleh nabi-nabi sebelumku, yaitu : Laa ilaha illallaah wahdahu laa syarikalah, lahul mulku walahulhamd, yuhyimiit, wahua hayyun layamuutu biyadihil khair, wahua ‘alaa kuli syaiin qadiir.” (Hadis Riwayat : Tirmidzi).

Referensi : http://hajimabrurbarokah.com/pengertian-wukuf-dan-tata-cara-pelaksanaannya/

Wukuf di Arafah adalah simbol miniatur Padang Mahsyar. Arafah adalah padang yang sangat luas dan gersang, di tempat inilah seluruh jama’ah haji harus wukuf (berhenti) sampai terbenamnya matahari. Karena wukuf di Arafah termasuk salah satu rukun haji.

Secara harfiyah, wukuf berarti istirahat, selama wukuf di Arafah, manusia mestinya mengistirahatkan tenaga dan pikirannya dari aktivitas duniawi dengan melakukan kontemplasi ber-tafakkur kepada Allah. Di Padang Arafah inilah semua jamaah haji berkumpul dan tidak ada diskriminasi baik yang kaya, miskin, pejabat, rakyat jelata, tanpa membedakan status jabatan dan status sosialnya. Mereka semua sama di hadapan Allah dan yang membedakan adalah ketaqwaannya.

Rasulullah Saw. Dalam salah satu khutbahnya bersabda:

”al-Hajju Arafah,” artinya orang yang beribadah haji harus kumpul (wukuf) di Arafah.

Sehingga tidak sah haji bagi orang yang tidak wukuf di Arafah. Dan melalui hadis tersebut, Nabi Saw betul-betul menegaskan agungnya nilai persamaan manusia dan mengajak umatnya untuk menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.

Jika thawaf bergerak atau berputar mengelilingi Ka’bah, maka setelah kehidupan yang diwarnai dengan gerakan, ada suatu saat gerakan itu akan berhenti. Semua manusia nantinya akan berhenti bergerak setelah mengalami kematian. Jantungnya akan berhenti berdetak, matanya akan berhenti berkedip, kaki dan tangannya akan berhenti melangkah dan berkeliat. Itulah hakikat wukuf.

Arafah itu sendiri bermakna pengakuan, pengenalan. Ketika di Arafah seorang hamba seharusnya menemukan ma’rifah pengetahuan sejati tentang jati dirinya, akhir perjalanannya, menyadari keagungan Tuhan, menyadari kesalahan- kesalahannya, dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Kesadaran-kesadaran itulah yang mengantarkan untuk menjadi arif (sadar) dan mengetahui.

Kesadaran yang demikian, oleh Ibnu Sina akan membentuk manusia yang arif . Yakni manusia yang mampu memberikan kesejukan, kecintaan, kebenaran dan keadilan kepada umat manusia. Kualitas individu yang demikian, akan mampu melihat dan mempersepsikan bahwa yang baik sebagai kebaikan, yang benar sebagai kebenaran, yang jelek sebagai kejelekan dan yang salah sebagai kesalahan.

Hatinya selalu gembira, dan semua makluk dipandangnya sama (karena memang semuanya sama, sama-sama membutuhkan-Nya). Ia tidak akan mencari-cari dan mengintip-intip kelemahan, kejelekan dan kesalahan orang lain. Karena jiwanya selalu diliputi oleh rahmat dan kasih sayang.

Arafah merupakan refleksi pusaran hidup manusia yang menyimbolkan bahwa manusia kelak akan dikumpulkan di Padang Mahsyar (Q.S. al-An’am [6]:51) untuk mempertanggungjawabkan seluruh amalnya selama di dunia.

Artinya: dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang- orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa’atpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa.

Padang Mahsyar adalah sebuah padang yang sangat panas dan menyengat, di mana manusia ditimpa perasaan resah dan gelisah, karena akan ditimbang kadar amal perbuatannya. Bagi orang yang timbangan amalnya buruk, mereka berharap bisa hidup kembali ke dunia untuk bersedekah dan beramal shaleh

Artinya: (Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: «Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, Maka mereka Itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. dan Barangsiapa yang ringan timbangannya, Maka mereka Itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. mereka berkata: «Ya Tuhan Kami, Kami telah dikuasai oleh kejahatan Kami, dan adalah Kami orang- orang yang sesat. (QS. Al-Mukminun[23]: 99 - 106).

“Ketika engkau singgah di Arafah, apakah engkau telah sejenak untuk musyahadah kepada Tuhan?” “Tidak”. “ Berarti engkau tidak singgah di arafah.” Ketika menginjakkan kaki di Arafah, singgahlah sejenak untuk musyahadah (bersaksi) kepada Tuhan.