Apa Yang Anda Ketahui Tentang Value Engineering?

Value Engineering adalah suatu teknik manajemen yang menggunakan pendekatan sistematis, kreatif dan usaha yang terorgamsir yang diarahkan untuk menganalisa fungsi dari suatu sistem dengan tujuan untuk mencapai fungsi yang diperlukan dengan biaya yang serendahrendahnya. akan tetapi masih sesuai dengan batasan fungsional dan teknik yang berlaku sehingga hasilnya tetap menjamin keandalan suatu proyek atau produk tersebut.

Dasar pemikiran yang mendasari perlunya Value Engineering adalah
bahwa disetiap kegiatan konstruksi selalu terdapat biaya-biaya yang tidak
diperlukan. Biaya tersebut tidak terlihat atau disadari oleh pemilik, perencana
maupun pelaksana kegiatan tersebut. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
biaya-biaya tersebut adalah :

  1. Terbatasnya waktu yang disediakan untuk proses perencanaan.
  2. Kurangnya informasi dalam perencanaan.
  3. Kurangnya kreatifitas dalam mengembangkan ide-ide baru.
  4. Kurang tepatnya konsepsi.

Apa Yang Anda Ketahui Tentang Value Engineering?

Sejarah Perkembangan Value Engineering

Value Engineering dimulai di General Electic Co. saat berlangsungnya perang dunia kedua. Perang tersebut menyebabkan sedikitnya sumber daya sehingga Lawrence Miles dan Harry Erlicher sehingga mereka mencari alternatif- alternatif pengganti yang mereka yakini bahwa hal tersebut dapat mengurangi biaya sekaligus meningkatkan kualitas produksinya yang mereka sebut “value analysis”.

Pada tahun 1962, VE menjadi suatu persyaratan yang diwajibkan dalam peraturan pengadaan angkatan bersenjata Armed Services Procurement Regulations (ASPR). Perubahan dalam ASPR ini telah memperkenalkan VE dalam dua badan konstruksi yang terbesar di Amerika yaitu Korps Insinyur Tentara Amerika (US Navy Bureau of Yards and Docks). Selama tahun 1960 sampai 1970, beberapa instansi pemerintah serta kewenangan hukum lainnya telah memberlakukan VE, termasuk biro reklamasi, badan aeronautika dan ruang angkasa nasional National Aeronautics and Space Administration (NASA).[1]

Definisi Nilai

Menurut Aristotle, nilai dibagi ke dalam 7 kelas yaitu: [2]

  1. Nilai ekonomi
  2. Nilai politik
  3. Nilai sosial
  4. Nilai estetis/keindahan
  5. Nilai etis
  6. Nilai agama
  7. Nilai keadilan

Dalam Kehidupan, nilai biasa dikaitkan dengan fungsi (produk) dan biaya yang sesuai. Produk dapat dikatakan tidak memiliki nilai yang baik apabila memiliki funsi yang kurang baik maupun biaya yang tidak sesuai. Lebih teptnya lagi nilai dapat diterjemahkan sebagai berikut: [3]

  • Nilai selalu naik dengan penurunan biaya (dengan meningkatkan kemampuan)
  • Nilai naik dengan peningkatan kemampuan (kebutuhan dan keinginan pelanggan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik).

Definisi Value Engineering

Value Engineering adalah

  • Suatu teknik manajemen yang telah teruji yang menggunakan pendekatan sistematis dan suatu upaya yang diatur sedemikian rupa untuk menganalisa fungsi suatu item / masalah atau sistem dengan tujuan untuk memperoleh fungsi yang diminta dengan biaya kepemilikan total yang paling kecil, tentu saja disesuaikan dengan persyaratan permintaan penampilan, rehabilitas, kualitas, dan kemudahan untuk pemeliharaan suatu proyek.[4]

  • Metode yang skematik untuk meningkatkan niali dari barang atau jasa yang menggunakan evaluasi fungsi. Nilai diartikan sebagai rasio dari fungsi dengan biaya. Nilai bertambah dengan peningkatan fungsi ataupun pengurangan biaya (wikipedia).

  • Orientasi sistem ( System Oriented) rencana kerja formal untuk mengidentifikasi dan menghilangkan biaya-biaya yang tak perlu (Unnecessary costs).[5]

Value Engineering bukanlah [6]:

  1. Koreksi Desain (Design Review), Value Engineering tidak bermaksud mengoreksi kekurangan-kekurangan dalam desain, juga tidak bermaksud mengoreksi perhitungan-perhitungan yang dibuat oleh perencana.

  2. Proses membuat murah (A Cheapening Process), Value Engineering tidak mengurangi / memotong biaya dengan mengorbankan keadaan dan performa yang diperlukan.

  3. Sebuah keperluan yang dilakukan pada seluruh desain (A Requirement done on all design), Value Engineering bukanlah merupakan bagian dari jadwal peninjauan kembali dari perencana, tetapi merupakan analisis biaya dan fungsi.

  4. Kontrol Kualitas (Quality Control), Value Engineering lebih dari sekedar peninjauan kembali status gagal dan aman sebuah hasil desain.

Konsep Utama Value Engineering

Value Engineering memiliki tujuan yaitu

  • Meningkatkan manfaat dengan tidak menambah biaya.
  • Mengurangi biaya dengan mempertahankan manfaat
  • Kombinasi keduanya.

Konsep utama metodologi Value Engineering terletak pada fungsi, biaya, dan manfaat. Untuk dapat memahami Value Engineering lebih mendalam perlu diketahui pengertian mengenai arti nilai, biaya dan fungsi. Value Engineering memiliki fokus pada analisis pada masalah nilai terhadap fungsinya, atau dengan kata lain analisis biaya didasarkan pada biaya terendah yang dapat memenuhi fungsinya.

  1. Nilai [7]
    Nilai (Value) mempunyai arti yang sulit dibedakan dengan biaya (cost) atau harga (price). Nilai mengandung arti subyektif, apalagi bila dihubungkan dengan moral, etika, sosial, ekonomi dan lain-lain. Perbedaan pengertian antara nilai dan biaya adalah :

    • Ukuran nilai ditentukan oleh fungsi atau kegunaannya sedangkan harga atau biaya ditentukan oleh substansi barangnya atau harga komponen- komponen yang membentuk barang tersebut.
    • Ukuran nilai lebih condong ke arah subyektif sedangkan biaya tergantung kepada angka (monetary value) pengeluaran yang telah dilakukan untuk mewujudkan barang tersebut.
  2. Biaya [8]
    Biaya adalah jumlah segala usaha dan pengeluaran yang dilakukan dalam mengembangkan, memproduksi dan aplikasi produk. Penghasil produk selalu memikirkan akibat dari adanya biaya terhadap kualitas, realibilitas dan maintainability karena akan berpengaruh terhadap biaya bagi pemakai.

  3. Fungsi[9]
    Fungsi diartikan sebagai elemen utama dalam Value Engineering, karena tujuan Value Engineering adalah untuk mendapatkan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dari suatu item dengan biaya total terendah

  4. Manfaat[10]
    Manfaat adalah nilai uang ekivalen dari kinerja produk.

  5. Hubungan Nilai, Biaya, dan Manfaat [11]
    Hubungan ketiga parameter di atas adalah sebagai berikut :
    Nilai = manfaat/biaya

    dimana : nilai < 1 : kinerja kurang ; nilai ≥ 1 : kinerja baik

    Nilai = biaya/manfaat

    dimana : nilai > 1 : kinerja kurang ; nilai ≤ 1 : kinerja baik.

Desainer atau konsultan dalam melakukan desainnya sering terjadi ketidaksesuaian faham dengan pemilik proyek (owner) antara permintaan pemilik dan terjemahan desainer akan permintaan-permintaan itu kedalam rencana serta spesifikasi pekerjaannya, sehingga banyak terjadi biaya - biaya yang tidak berguna (unnecessary cost). Diantara sebab-sebab terjadinya biaya tak berguna yang beraneka ragam termasuk, diantaranya yang menonjol adalah :[12]

  1. Kekurangan Waktu
    Setiap desainer harus menyerahkan hasil kerjanya dibatasi oleh waktu. Kalau tidak, reputasinya akan jatuh. Artinya dengan kata lain desainer tidak mempunyai cukup waktu untuk membuat alternatif, dengan cara perbandingan biaya misalnya untuk mencapai suatu hasil yang dianggap paling baik.

  2. Kurangnya Informasi
    Kemajuan teknologi saat ini sangat pesat. Produk-produk dan informasi informasi baru masuk kepasaran sangat cepat. Tidak mungkin seseorang selalu mengikuti perubahan ini, dan tidak mungkin pula kita bisa langsung " percaya " pada produk- produk dan informasi baru ini.

  3. Kurangnya Ide
    Spesialisasi sarjana itu bermacam-macam, tidak seorang pun dapat menyelesaikan semua masalah. Menggabungkan pemikiran orang banyak menjadi satu keputusan yang baik itulah masalahnya.

  4. Keputusan Sementara yang jadi Permanen
    Contoh : Karena belum memperoleh informasi pasti, seorang desainer memutuskan beban jembatan pada jalan kerja 8 ton, dan dia melanjutkan kerja desainnya dengan asumsi dia akan membetulkan / merubah nanti kalau ia akan memperoleh informasi yang pasti, tetapi ternyata ia tidak pernah kembali ke hal itu. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya " biaya tak berguna ".

  5. Kesalahan membuat konsep
    Selalu ada kemungkinan adanya kesalahan membuat konsep. Karena keterbatasan kita didalam memperkirakan atau meramalkan sesuatu di masa mendatang, kadang- kadang segala sesuatu yang kita kerjakan sekarang dengan berdasarkan pengalaman ilmu yang kita pelajari pada masa lalu, ternyata kurang memenuhi persyaratan perkembangan suatu pembangunan.

  6. Upaya berbuat sebaik mungkin
    Meskipun kita telah berupaya sebaik mungkin didalam mengerjakan sesuatu dengan kondisi sehari-hari yang berbeda-beda kadang-kadang hasilnya belum seperti yang kita harapkan. Dan lagi, tenaga sebaik apapun yang ada akan sedikit tidak berkenan kalau diperiksa oleh orang lain, apakah itu dari dalam instansi kita sendiri ataupun dari luar.

  7. Tidak Adanya Kebebasan Mutlak
    Kebebasan mutlak dalam membuat desain akan berpengaruh pada biaya. Tidak cukupnya dana untuk membuat suatu desain yang lengkap akan berpengaruh pada produk desain tersebut. Biaya untuk desain adalah sebagian biaya untuk proyek.

  8. Politik
    Politik itu sangat kompleks. Kondisi politik kadang-kadang menguntungkan, tetapi kadang-kadang merugikan di dalam mengambil keputusan. Kadang-kadang suatu alternatif dari suatu proyek tidak dapat diterima oleh penduduk setempat.

    Maka dari itu desainer dan konsultan Value Engineering dituntut tidak hanya yang berilmu dan berpengalaman secara teknis, serta mau bekerja keras, tetapi juga harus bisa luwes (fleksibel) dan bisa kompromi, mau menerima pendapat orang lain.

  9. Keengganan untuk Mencari Saran.
    Saran orang lain kadang-kadang sangat bermanfaat bagi kita atau pekerjaan kita, meskipun kita enggan mencari, apalagi menerimanya.

  10. Kebiasaan Berpikir Secara Habitual (Secara Kebiasaan)
    Kebiasaan berpikir secara habitual sangat kurang baik untuk pengembangan ide yang lama maupun timbulnya ide baru.

Pada dasrnya Value Engineering dapat digenalisasi dengan pertanyaan-pertanyaan berikut berkaitan dengn produk,perawatan dan administratif : [13]

  1. Apakah hal tersebut mempengaruhi nilai?
  2. Apakah hal ini termasuk biaya yang proposional untuk mendapatkan kegunaan yang maksimal?
  3. Apakah hal ini merupakan fungsi yang dapat dibagi menjadi sub fungsi?
  4. Apakah dibutuhkan penggantian saat sudah habis masa waktunya?
  5. Apakah sudah memenuhi seluruh spesifikasi yang diinginkan?
  6. Apakah hal tersebut memiliki fungsi yang tidak diinginkan?
  7. Apakah hal yang tidak diinginkan tersebut dapat dikurangi?
  8. Apakah dapat diganti yang lain?
  9. Apakah ada sub pekerjaan yang merubah fungsi dasar sebenarnya?
  10. Apakah fungsi dasar tersebut masih relevan?
  11. Apakah ada kebutuhan atau persyaratan lain yang lebih penting dari kebutuhan sebenarnya?
  12. Apakah sebaiknya diselesaikan oleh organisasi kita sendiri atau suplier?
  13. Apakah ada standar prosedur untuk mendapatkan fungsi yang sesuai?
  14. Apakah hal ini sangat rumit?
  15. Apakah dengan peningkatan yang minimal dapat dihasilkan kemampuan yang lebih baik?
  16. Apakah dapat mengurangi biaya tidak akan mengurangi efektifitas yang substansial?
  17. Apakah dibutuhkan saran dari suplier?
  18. Apakah juga dibutuhkan saran pengguna?

Elemen-Elemen Pokok Value Engineering

Value Engineering mempunyai beberapa hal yang dapat membantu tim, yang disebut sebagai alat (toolkit) dari analisa penilaian yaitu : [14]

  1. Pemilihan proyek untuk studi Value Engineering.
  2. Pendanaan dan harga-harga satuan untuk penilaian.
  3. “life cycle costing” (O&O - Owning & Operating Cost)
  4. Pendekatan fungsional
  5. Teknik sistem analisa fungsi (FAST - Function Analysis Systems Technique)
  6. Rencana kerja Value Engineering
  7. Kreativitas
  8. Menentukan dan melaksanakan program Value Engineering.

Syarat-syarat tersebut di atas sebaiknya dimanfaatkan didalam melaksanakan studi Value Engineering untuk suatu proyek.

Metodologi Value Engineering

1. Rencana Kerja

Untuk mencapai hasil yang optimum dalam studi Value Engineering, adalah sangat penting untuk mengikuti sebuah rencana yang akan membawa tim berserta hasilnya dari awal sampai akhir. Rencana kerja Value Engineering merupakan suatu rencana yang pasti dari langkah - langkah yang tersusun secara sistematik untuk memudahkan penyelesaian studi. Adapun langkah - langkah rencana kerja Value Engineering menurut DOD (Department of Defense) USA meliputi lima tahapan yaitu : [15]

  • Tahapan Informasi
  • Tahapan Spekulasi
  • Tahapan Analisis
  • Tahapan Perencana / Pengembangan
  • Tahapan Penyajian dan Tindakan Lanjut

Adapun skema langkah-langkah dalam proses Value Engineering terdapat dalam gambar 2 di bawah ini. [16]

image
Gambar Langkah – Langkah Pada Proses Value Engineering
(Sumber : Latief. 2006)

Keterangan:

  1. Tahap Informasi
    Tahap informasi dari proses ini meliputi kegiatan merumuskan masalah, mengumpulkan fakta, mengenal obyek dengan mengkaji fungsi dan mencatat biaya.
    Sebagai langkah awal sebelum mengumpulkan informasi, harus ada kejelasan dan pengertian mengenai masalah yang dihadapi :

    • Merumuskan masalah yaitu sebagai langkah awal sebelum mengumpulkan informasi, harus ada kejelasan dan pengertian tentang masalah yang dihadapi.
    • Mengumpulkan informasi dan fakta dengan mengumpulkan informasi dan merumuskan jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan kegunaan, biaya, harga dan fungsi dari obyek yang diselidiki.
    • Mengenal obyek dengan mengkaji fungsi dan mencatat biaya.
  2. Tahap Spekulasi
    Pada tahap spekulasi ini kemungkinan lain dianalisis dengan menanyakan apakah ada alternatif lain yang dapat memenuhi fungsi atau kegunaan yang sama. Alternatif yang diusulkan mungkin didapat dari pengurangan, penyerderhanaan atau modifikasi dengan tetap mempertahankan fungsinya. Pada tahap ini pula dilakukan sumbang saran (Brainstorm) guna mendorong penggunaan imajinasi dan pemunculan ide - ide baru tanpa memikirkan praktis atau sulit tidaknya untuk diimplementasikan.

  3. Tahap Analisis
    Pada tahap analisis ini ide-ide yang dimunculkan ditahap sebelumnya, dianalisis dan dikritik. Mulai dilakukan penilaian atau pertimbangan yang pada tahap sebelumnya sengaja tidak diadakan agar pemikiran-pemikiran yang kreatif tidak terhalang. Proses ini berurusan dengan memilih dan mengadakan keputusan (judgement) yang akan memberi jalan kepada pengembangan dan pemecahan yang bisa diimplementasikan, termasuk juga evaluasi ekonomi dengan menganalisis biaya terhadap fungsinya.

  4. Tahap Perencana / Pengembangan
    Pada tahap ini alternatif - alternatif yang terpilih dari tahap sebelumnya dibuat program pengembangannya, sampai menjadi usulan yang lengkap. Umumnya suatu tim tidak cukup memiliki pengetahuan yang menyeluruh dan spesifik, maka diperlukan bantuan dari luar yaitu spesialis (tenaga ahli) sesuai dengan bidangnya masing-masing. Alternatif yang memiliki aspek teknik paling baik yang akan dievaluasi lebih lanjut mengenai biaya.

  5. Tahap Penyajian dan Tindak Lanjut
    Pada tahap ini terdiri dari persiapan dan penyajian kesimpulan hasil studi Value Engineering kepada yang berkepentingan. Laporan hanya mengetengahkan fakta dan informasi untuk mendukung argumentasi, adapun laporan yang disajikan berisi penjelasan sebagi berikut :

    • Identifikasi proyek
    • Penjelasan fungsi masing-masing komponen dan keseluruhan komponen, sebelum dan sesudah dilakukan studi Value Engineering.
    • Perubahan desain yang diusulkan
    • Perubahan biaya
    • Total penghematan biaya yang akan diperoleh

Adapun ringkasan rencana kerja VE dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel .Ringkasan Rencana Kerja Value


(Sumber : Latief…2006)

2. Model Biaya

Gambaran secara grafik distribusi biaya - biaya adalah kebutuhan yang fundamental bagi suatu sistem pengontrolan biaya atau estimasi. Untuk memenuhi kebutuhan ini berbagai macam sistem biaya yang berbeda telah dikembangkan. Model biaya dibagi tiga bagian yaitu[17] :

  1. Model-model biaya permulaan (Initial Cost Models)
    Suatu standar sistem dapat dibuat untuk menunjukkan biaya permulaan dari suatu bangunan, struktur atau bagian. Dengan menambah ruang di bawah setiap kolom, adalah memungkinkan untuk membandingkan biaya- biaya yang ditargetkan dan biaya - biaya kenyataannya. Biaya – biaya kenyataan (Actual Costs) tentu saja dapat merupakan estimasi biaya - biaya terakhir yang mana mendekati kebenaran pada sesuatu tahap dari perencanaan dan akan berkali-kali berubah dengan perkembangan dari perencanaan. Akhirnya, biaya-biaya kenyataan (Actual Costs) dapat menggambarkan harga-harga penawaran dan dapat dibandingkan dengan estimasi biaya perencana. Hal ini dijelaskan pada gambar berikut ini.


    Gambar Model Biaya Permulaan (Initial Cost Models)
    (Sumber : Latief.2006)

  2. Model-model biaya nilai (Cost worth models)
    Berdasarkan sesuatu standar model - model biaya permulaan, suatu perbandingan dapat dibuat antara biaya dari sesuatu bagian dan nilai dari bagian-bagian itu, sesuai dengan evaluasi yang dilakukan oleh Value Analyst. Nilai adalah suatu penetapan kuantitatif yang subjektif yang mana setiap orang akan mempunyai pandangan berbeda-beda tentang berapa besarnya ia bersedia membayar untuk sesuatu item. Hal ini biasanya ditetapkan sebagai biaya terendah yang dapat diandalkan untuk melaksanakan suatu fungsi. Tujuan dari cost worth model adalah untuk menentukan bagian - bagian yang mempunyai biaya yang melebihi dari pandangan pengevaluasi terhadap nilainya. Bagian - bagian ini kemudian menjadi calon - calon utama untuk dilakukan penelitian Value Engineering lebih lanjut.

3. Fungsional Analis Sistem Teknik (FAST)

Definisi dari FAST adalah suatu metode menganalisa, mengorganisir dan mencatat fungsi-fungsi dari suatu sistem, produk, rancangan, proses, prosedur, fasilitas suplai untuk menstimulasi pemikiran dan kreatifitas. Sistem ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1964 oleh Charles V. UNIVAC division of the sperry rand corporation. FAST merupakan suatu diagram teknik yang memperlihatkan secara grafik fungsi-fungsi dari sebuah item, sistem atau prosedur. Hasil-hasil yang dicapai dalam studi Value Engineering sebagian besar tergantung pada keahlian dan kreatifitas yang menentukan fungsi-fungsi dari item atau sistem yang bersangkutan.[18]

Dalam penggunaannya FAST berfungsi untuk [19] :

  • Membantu dalam mengorganisir daftar fungsi-fungsi.
  • Membantu dalam menentukan fungsi dasar.
  • Membantu dalam menentukan fungsi-fungsi yang tidak tampak dalam daftar fungsi-fungsi.
  • Menambah pengertian pada perencanaan yang ada dan penentuan masalah.
  • Membantu dalam mengembangkan kreatif alternatif yang berlaku.
  • Memperkuat penyajian visual kepada decision makers.

Contoh penggunaan dari FAST diagram dapat dilihat pada gambar berikut


Gambar Contoh Penggunaan FAST
(Sumber : Latief…2006)

4. Life Cycle Costing

Semua Investor atau pemilik proyek (owner) pada umumnya ingin mengetahui biaya kepemilikan dan biaya operasi seluruhnya yang harus dikeluarkan. Karena itu analisis nilai sudut pandang pihak pemilik harus memperhitungkan modal, operasi yang akan datang serta biaya perawatan bila ingin mencapai nilai maksimum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi (life cycle cost) dari suatu proyek terdiri dari [20] :

  • Biaya-biaya perawatan dan pengoperasian
  • Biaya energi dan pelayanan umum
  • Nilai uang
  • Biaya asuransi
  • Pertumbuhan pendapatan yang akan datang yang telah diketahui sebelumnya.


Gambar Faktor yang mempengaruhi life cycle cost.
(Sumber : Latief.2006)

Hukum Pareto

Para ahli Value Engineering, dalam memilih fungsi yang akan dikaji, sering menggunakan Hukum Distribusi Pareto (Vilfredo Pareto, 1848-1923, ekonom politik dan insinyur Italia). [21] Dalam Hukum Distribusi Pareto disebutkan bahwa : “20% bagian dari suatu item memiliki bobot 80% dari biaya “.

Pada awalnya, Hukum Distribusi Pareto menggambarkan persentase pendapatan vs jumlah persentase penerimanya yaitu 80% pendapatan diterima oleh 20% masyarakat.

Hukum tersebut, walaupun tidak benar-benar tepat untuk proyek konstruksi, menyatakan bahwa sebagian kecil komponen proyek menyumbangkan sebagian besar biaya proyek. Dalam biaya yang besar tersebut umumnya terdapat biaya tak perlu (unnecessary cost). Oleh karenanya, pada komponen-komponen tadi terdapat potensi penghematan biaya yang besar untuk menerapkan Value Engineering.

Untuk mengidentifikasi komponen-komponen berbiaya tinggi maka dilakukanlah pengurutan biaya komponen total dari yang terbesar ke yang terkecil. Bila hasil tadi diplot ke dalam Grafik Kumulatif Persentase Komponen Pekerjan Total vs. Kumulatif Persentase Biaya Komponen Total, maka akan didapatkan grafik untuk dianalisa secara Hukum Pareto.

image
Gambar Grafik Hukum Pareto
(Sumber : Latief.2006)

Value Engineering yang Optimal

Value engineering yang optimal atau lebih dikenal Optimum Value Engineering (OVE) adalah proses membandingkan alterrnatif-alternatif baik dari segi material dan metode yang bertujuan untuk mendapatkan kombinasi biaya yang paling kecil yang dihasilkan pada akhir produk34. OVE ini merupakan proses terintegrasi dari seluruh urutan pekerjaan konstruksi mulai dari perencanaan hingga konstruksi yang dikolaborasikan satu sama lain. Kesemuanya dilakukan untuk mengurangi biaya yang disesuaikan dengan kondisi yang paling baik.

Value Engineering yang optimal harus menghilangkan tujuh tipe ketidakefektifan (waste) : [22]

  • Produksi yang berlebihan baik dari segi jumlah maupun kecepatan produksi.
  • Koreksi termasuk inspeksi dan perbaikan.
  • Perpindahan baik material maupun informasi (non added value).
  • Proses (sesuatu yang tidak menambah biaya).
  • Inventaris barang (suplai kebutuhan).
  • Berhenti beroperasi (waktu istirahat pekerja maupun alat).
  • Aktivitas manusia atau alat yang tidak menambah nilai.

Selanjutnya ada beberapa hal yang erat kaitannya untuk mendapatkan Value Engineering yang optimal yaitu: [23]

  • Fokus terhadap pelanggan.
    Fokus yang dimaksudkan disini adalah memperhatikan kebutuhan pelanggan. Mulai dari apa yang diinginkan, kapan waktunya hingga dimana mendapatkannya.

  • Visual Analytic Tools.
    Tools yang dipakai adalah diagram FAST. Tools ini dapat menganalisa fungsi yang diinginkan dan bagaimana keterkaitan antar fungsi sehingga diharapkan muncul inovasi dari tim.

  • Dukungan Operator.
    Dukungan ini sangat penting dikarenakan operator memiliki kemampuan mengevaluasi alternatif-alternatif yang diberikan. Diharapkan dengan kemampuan itu operator dapat memberikan persetujuannya.

  • Dinamika tim
    Tim Value Engineering ini diharapkan memiliki latar belakang disiplin ilmu yang berbeda-beda sehingga dapat meningkatkan efektifitas.

Referensi:

[1] Yusuf Latief.Kuliah Value Engineering. Kekhususan Manajemen Konstruksi Program Pasca Sarjana Bidang Ilmu Teknik Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indoesia.2006 Hal 2
[2] Ibid Hal 3
[3] Lawrence D. Miles. Techniques of Value Analysis an Engineering.2nd Edition.1972.New York:McGraw Hill:4-5
[4] Ibid Hal 4
[5] Lawrence D. Miles. Opcit: 3
[6] Yusuf Latief. Op Cit : 6
[7] Ibid Hal 2
[8] Ibid Hal 7
[9] Ibid hal 7
[10] Ibid Hal 7
[11] Ibid Hal 7
[12] Yusuf Latief. Op Cit : 9
[13] Dr Michael A.Mc Ginnis,C.P.M., A.p.P, Associate Professor of Bussiness Pen State New Kensington , Value Analysis and Value Engineering: Basicz for Purchasing Professionals.2005:1-2
[14] Yusuf Latief. Op Cit : 16
[15] Ibid Hal 16
[16] Ibid Hal 16
[17] Ibid Hal 19
[18] Ibid Hal 23
[19] Ibid Hal 24
[20] Ibid Hal 25
[21] Ibid Hal 26
[22] NAHB Research Foundation,Inc. Reducing Home Building Costs with Optimum Value Engineered Design and Construction.NAHB Research Center,Inc.,400 Prince Georges Blvd., Upper Marlboro, MD 20772. November 1977:2
[23] Charles L.Cell and Boris Aratia Headquarters, US. Army Joint Munitions Command Rock Island Arsenal Rock Island, Creating Value With Lean Thinking And Value Engineering: 8-9 36 Ibid 7-8