Apa Yang Anda Ketahui Tentang Terapi Metadon?

Terapi rumatan Metadona

Terapi rumatan Metadona merupakan salah satu terapi pengganti opiat (Opiate Replacement Therapy) yang diperlukan bagi pecandu opiat untuk mengendalikan perilaku ketergantungannya.

Metadona adalah Narkotika berupa obat jadi dalam bentuk sediaan tunggal yang termasuk jenis Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Program Terapi Rumatan Metadona yang selanjutnya disingkat PTRM adalah rangkaian kegiatan terapi yang menggunakan Metadona disertai dengan intervensi psikososial bagi pasien ketergantungan opioida sesuai kriteria diagnostik Pedoman Penggolongan dan Diagnostik Gangguan Jiwa ke-III (PPDGJ-III).

Terapi Metadon merupakan terapi substitusi yang mengantikan narkotika jenis heroin yang menggunakan jarum suntik, menjadi metadon yang berbentuk cair yang pemakaiannya dilakukan dengan cara diminum (BNN, 2006).

Tujuan Terapi Metadon

Menurut buku saku metadon, penggunaan metadon bertujuan untuk mengurangi penggunaan narkoba yang disuntikan, sehingga jumlah penyebaran HIV/AIDS dapat berkurang, selain itu metadon juga dapat meningkatkan fungsi psikologis dan sosial, mengurangi risiko kematian dini, mengurangi tindak kriminal karena tingkat kecanduan yang dapat menyebabkan seorang pengguna menghalalkan berbagai macam cara untuk mendapatkan narkoba misalnya dengan mencuri atau merampok dapat di tekan, selain itu metadon juga betujuan untuk mengurangi dampak buruk akibat penyalahgunaan narkoba itu sendiri (Preston, 2006).

Manfaat Terapi Metadon

Harm reduction terdiri dari beberapa kegiatan yang salah satunya adalah program terapi substitusi. Salah satu program terapi substitusi ini adalah program terapi metadon. Berdasarkan hasil uji coba Program Terapi Rumatan Metadon di RS Sanglah dan RSKO, diperoleh hasil yang positif yaitu perbaikan kualitas hidup dari segi fisik, psikologi, hubungan sosial dan lingkungan, penurunan angka kriminalitas, penurunan depresi dan perbaikan kembali ke aktivitas sebagai anggota masyarakat (Depkes, 2007).

Berbagai macam manfaat dari metadon diantaranya metadon dapat mengembalikan kehidupan pengguna sehingga mendekati kehidupan normal, pasien yang menggunakan metadon dapat selalu terjangkau oleh petugas karena pemakaian metadon yang digunakan secara oral atau diminum langsung didepan petugas, pasien berhenti/mengurangi menggunakan heroin, pasien berhenti/mengurangi menggunakan jarum suntik sehingga penyebaran HIV/AIDS dapat berkurang, kesehatan fisik dan status gizi meningkat karena pola hidup yang teratur, metadon dapat membuat hubungan antara pasien dan keluarga menjadi lebih baik dan stabil, masa kerja dari metadon lebih panjang dibandingkan heroin atau putaw, harga dari metadon tidak mahal atau murah dibandingkan dengan heroin dan putaw, metadon bersifat legal sehingga pasien tidak merasa takut tertangkap oleh polisi, dan metadon juga dapat diikuti dan disertai konseling, perawatan medis, dan pertolongan lain (Preston, 2006).

Efek Metadon

Efek metadon terhadap setiap orang berbeda-beda, namun ada efek lain yaitu:

  1. Efek terhadap obat yang akan menyebabkan perubahan ”mood” yang tidak begitu kuat, tetapi masa kerjanya lebih panjang dibandingkan heroin, dapat mengontrol emosi, metadon juga dapat menyebabkan mengantuk/tidur, dapat juga menyebabkan mual/muntah, pernafasan terlalu kerap dan dalam, refleks batuk berkurang dan metadon dapat mengurangi segala bentuk sakit fisik.

  2. Efek metadon terhadap sistem otonom dapat menyebabkan pupil mata mengecil, konstipasi (buang air besar jarang), mata, hidung dan mulut kering dan dapat membuat kesulitan dalam mengeluarkan kencing.

  3. Metadon juga menyebabkan pelepasan histamin (suatu zat kimia) yang biasanya dikeluarkan pada saat terjadinya alergi, yang akan menimbulka produksi keringat meningkat, kulit merah-merah, tubuh terasa gatal, dan penyempitan jalan udara pernafasan.

  4. Efek lain dari metadon juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan frekuensi atau tidak adanya menstruasi, penurunan rangsangan seksual, penurunan tenaga (lesu), rasa berat pada tangan dan kaki dan keinginan untuk memakan makanan yang manis-manis (Preston, 2006).

Kelemahan Metadon

Kelemahan dari metadon karena sifatnya yang sama dengan heroin, maka penyalahgunaan dapat terjadi. Metadon harus diminum didepan petugas setiap harinya, oleh karena pasien dapat kemungkinan lari dari terapi. Tidak bisa begitu saja berpergian atau berlibur (Preston, 2006).

Pelayanan Metadon

Pelayanan metadon memiliki prosedur yang harus diikuti oleh seluruh pengguna metadon. Prosedur itu antara lain :

  • Pendaftaran Pasien, dimana petugas administrasi menerima pembayaran retribusi kemudian memberikan karcis retribusi dan mencatat dibuku penerimaan retribusi, setelah itu petugas mencatat data pasien distatus pasien lalu mencatat kembali ke buku register dan membuat kartu status pasien.
  • Pencatatan Identitas, dimana pekerja sosial / perawat melakukan pencatatan lengkap identitas pasien pada status pasien.
  • Penilaian Klinis yang dilakukan oleh dokter dengan membuat rencana terapi dan menerangkan keadaan pasien kemudian memberikan resep metadon dan obat lain bila diperlukan, dokter mencatat setiap rencana pemberian metadon dan teraapi lainnya ke status pasien dan dokter berhak memberikan Take Home Dose dengan persyaratan yang berlaku. Adapun penilaian yang dilakukan oleh perawat dengan memberikan KIE kepada pasien baru dan membuat tagihan pembayaran metadon, dan yang dilakukan oleh pasien adalah menyerahkan foto copy KTP dan pas photo 3x4 sebanyak 1 lembar.
  • Pembayaran metadon yang dilakukan oleh petugas kasir adalah menerima pembayaran metadon dari pasien dan memberikan bukti pembayaran kepada pasien.
  • Pemberian metadon yang dilakukan oleh petugas farmasi dengan menerima bukti pembayaran metadon kemudian petugas menyiapkan, memberikan dan menyaksikan pasien minum metadon, kemudian petugas mencatat pemberian metadon dan menandatangani bukti pemberian metadon. Dan yang dilakukan oleh perawat adalah menanyakan keluhan pasien sebelum minum metadon, menyaksikan dan memastikan pasien minum metadon, kemudian mencatat pemberian metadon dan mengingatkan pasien untuk datang kembali sesuai jadwal. Pada pemberian metadon yang dilakukan oleh pasien adalah minum metadon didepan petugas dan menandatangani bukti pemberian metadon (Dinkes, 2006).

Dosis Metadon

Dosis metadon berbeda-beda untuk setiap peserta karena adanya perbedaan metabolisme, berat badan, dan toleransi terhadap opiat. Dibutuhkan beberapa waktu untuk menentukan dosis yang tepat untuk setiap orang. Jika ia menunjukkan tanda-tanda atau gejala putus obat, dosis harus ditingkatkan. Banyak program memulai dengan dosis 20 mg metadon dan meningkatkan dosis 5-10 mg per hari sesuai dengan kemampuan tubuh peserta mengimbangi kadar dosis.

Biasanya peserta akan bertahan dalam terapi dan membatasi (atau menghentikan) penggunaan narkoba jika dosis metadon sedang hingga tinggi (60- 100 mg). Dosis harus ditingkatkan secara hati-hati dan perlahan sampai peserta hanya merasakan gejala putus zat yang paling ringan dan tidak terbius oleh dosis.

Pengurangan dosis atas permintaan peserta. Idealnya, pada saat ini kehidupan peserta telah lebih stabil (tidak lagi memakai narkoba dan telah mempunyai pekerjaan dan kehidupan diluar lingkungan/suasana narkoba). Jika peserta menunjukkan masalah fisik atau psikologis yang jelas mungkin lebih baik menghentikan pengurangan dosis sampai beberapa minggu sampai peserta merasa lebih nyaman dan yakin terhadap pengurangan tersebut. Jika pengurangan tetap dilakukan saat peserta mengahadapi masalah, peserta hampir selalu kembali memakai narkoba.

Kecepatan Pengurangan Dosis Metadon Yang Dianjurkan: Tinggi: lebih dari 80 mg, 5-20 mg per minggu/dua minggu Sedang: 40-80 mg, 2.5-5 mg per minggu/dua minggu

Rendah: dibawah 40 mg, 1-2.5 mg per minggu/dua minggu (www.africa.oneworld.net).

Metabolisme metadon dalam tubuh bervariasi dan sangat individual. Obat yang dapat meningkatkan level metadon, SSRI terutama fluvoxamine, ketoconazole, ARV HIV jenis saquinavir, nelfinavir. Pada keadaan ini dosis awal 20mg. Sedangkan obat yang menurunkan level metadon adalah antikejang, Rifampisisn, ARV HIV jenis nevirapin dan efavirenz. Pada keadaan ini dimulai dengan dosis 30mg (Depkes, 2007).

Referensi:
Badan Narkotika Nasional. SADAR Aware & Care. No. 03, Th IV, Maret 2006.

Preston, Andrew. Buku Saku Metadon. Jakarta : 2006.
Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Modul dan Kurikulum Program Terapi Rumatan Metadon. Departemen Kesehatan RI, Jakarta : 2007.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Prosedur Mutu Pelayanan Klinik IMS, PMTCT dan Rumatan Metadon. Volume 38, Edisi 1, Tahun 2006.