Apa yang anda ketahui tentang Teori Sinyal atau Signalling theory?

Hutang

Teori sinyal didasarkan pada asumsi bahwa informasi yang diterima oleh masing-masing pihak tidak sama. Dengan kata lain, teori sinyal berkaitan dengan asimetri informasi. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi. Untuk itu, manajer perlu memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan melalui penerbitan laporan keuangan.

3 Likes

Hipotesis Signaling Theory didasarkan pada asumsi adanya asimetris informasi antara manager dan investor. Di dalam hipotesis ini, manajer perusahaan berusaha mengkomunikasikan informasi mengenai prospek perusahaannya kepada investor di pasar (Megginson,1997).

Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal (Brigham dan Houston, 2001).

Hal yang sama disampaikan oleh Ross (1977) yang mengembangkan model penelitian mengenai hutang dalam struktur modal. Dari penelitiannya, Ross menyimpulkan bahwa fenomena hutang dalam suatu perusahaan merupakan suatu sinyal yang baik dari manajemen perusahaan kepada pasar. Dengan berhutang lebih banyak menunjukkan bahwa manajemen perusahaan percaya dengan prospek perusahaan ke depannya.

Dasar pertimbangan ini adalah penggunaan dan penambahan hutang akan meningkatkan biaya-biaya yang lain, seperti biaya bunga dan pokok pinjaman. Biaya-biaya ini akan menjadi beban keuangan perusahaan sehingga manajer hanya akan menerbitkan hutang yang lebih banyak apabila mereka yakin perusahaan dapat memenuhi kewajibannya serta adanya prospek yang menguntungkan bagi perusahaan.

Pada awal 1970 Ross, membangun signaling teori berdasarkan adanya asymmetric information antara well-informed manager dan poor-informed stockholder .

Teori ini berdasarkan pemikiran bahwa manajer akan mengumumkan kepada investor ketika mendapat informasi yang baik, bertujuan menaikkan nilai perusahaan, namun investor tidak akan mempercayai informasi tersebut, karena manajer merupakan interest party. Solusinya, perusahaan bernilai tinggi akan berusaha melakukan signaling pada financial policy mereka yang memakan biaya besar sehingga tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang memiliki nilai lebih rendah.

Signal adalah proses yang memakan biaya berupa deadweight cost yang bertujuan untuk meyakinkan investor tentang nilai perusahaan. Signal yang baik adalah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain yang memiliki nilai lebih rendah, karena faktor biaya. Salah satu contoh yang diberikan Ross (1977) adalah tingkatan leverage perusahaan, yaitu perusahaan besar akan membuat insentif yang mendorong mereka mengambil leverage tinggi. Hal ini tidak akan dapat diikuti oleh perusahaan yang lebih kecil, karena mereka akan lebih rentan mengalami kebangkrutan. Hal ini menciptakan separating equilibrium yaitu dimana perusahaan yang memiliki nilai perusahaan lebih tinggi akan menggunakan lebih banyak hutang dan perusahaan yang memiliki nilai perusahaan lebih rendah akan menggunan lebih banyak equity.

Teori ini mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah dengan mengobservasi struktur permodalannya serta menandai valuasi tinggi untuk perusahaan yang highly levered . Ekuilibrium stabil karena perusahaan bernilai rendah tidak dapat meniru perusahaan yang lebih tinggi.

Kelebihan teori ini adalah kemampuan dalam menjelaskan mengapa terjadi peningkatan harga saham sebagai tanggapan terhadap peningkatan financial leverage. Kelemahan dari model ini adalah ketidakmampuan dalam menjelaskan hubungan berkebalikan antara profitabilitas dan leverage . Kelemahan lain adalah tidak dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan dan nilai intangible assets tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang daripada perusahaan yang mature ( tangible assets tinggi ) yang tidak menggunakan hutang, akan tetapi dalam teori diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidaksimetrisan informasi.

Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Konsep teori sinyal dan asimetri informasi sangat berkaitan erat dimana teori asimetri informasi terjadi ketika pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak lainnya.

Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak luar seperti investor. Sehingga terjadi asimetri informasi antara manajer dan investor. Investor yang merasa mempunyai informasi sedikit, akan berusaha menginterpretasikan perilaku manajer. Dengan kata lain, perilaku manajer dalam hal menentukan struktur modal bisa dianggap sebagai sinyal oleh pihak luar (investor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Menurut Mamduh (2004) menyatakan bahwa “perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri . Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar termasuk investor”.

Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan hutang yang dimiliki.

Teori sinyal menekankan bahwa pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis lainnya, karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan berinvestasi (Yuliana, 2011). Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer yang bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi. Asimetri informasi rentan sekali terjadi antara pihak manajemen dengan pihak eksternal perusahaan yang memiliki perbedaan kepentingan. Pihak manajemen harus menyajikan laporan keuangan yang mampu menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya tanpa harus melakukan kecurangan sehingga laporan keuangan terlihat overstatement.

Manajer yang menggunakan hutang lebih banyak juga dapat memberikan sinyal yang lebih dapat dipercaya. Hal ini karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang (Ross, 1977 dalam Yuliana, 2011). Sedangkan menurut Pakarinti (2012) menyatakan bahwa asimetri informasi dapat terjadi diantara dua kondisi eksterm yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap manajemen dan peringkat obligasi.

Suatu informasi sangat dibutuhkan bagi pihak yang berkepentingan dalam suatu perusahaan. Asimetri informasi menyebabkan pihak eksternal perusahaan sangat sulit membedakan antara perusahaan yang memiliki kualitas tinggi dan rendah. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi pada suatu perusahaan, pihak eksternal perusahaan seperti calon investor tentu sangat membutuhkan informasi tentang kondisi perusahaan tersebut (Maharti, 2011). Kualitas keputusan investor sendiri dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi antara manajer yang lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibanding dengan pihak eksternal perusahaan.

Selain laporan keuangan perusahaan, sinyal yang dapat dijadikan pertimbangan bagi investor dalam berinvestasi obligasi yaitu dengan melihat peringkat obligasi. Peringkat obligasi yang telah dikeluarkan oleh lembaga yang independen tidak terlepas dari kondisi perusahaan yang digambarkan melalui laporan keuangan perusahaan. Peringkat obligasi dengan kategori investment grade akan memberikan sinyal yang baik bagi investor untuk melakukan investasi obligasi. Investor juga dapat melakukan analisis terhadap sinyal informasi melalui faktor-faktor akuntansi dan non akuntansi seperti likuiditas, produktivitas, pertumbuhan perusahaan, umur obligasi, jaminan, reputasi auditor, dan kepemilikan manajerial.

Dilihat dari faktor akuntansi, nilai likuiditas yang tinggi dapat memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki kemampuan dalam melunasi hutang jangka pendeknya semakin baik dan kemungkinan perusahaan tersebut juga dapat melunasi hutang jangka panjangnya dengan baik. Produktivitas yang tinggi dapat memberikan sinyal bahwa perusahaan cenderung mampu menghasilkan laba yang tinggi, dengan laba yang tinggi tersebut perusahaan lebih mampu untuk memenuhi segala kewajibannya dengan baik. Pertumbuhan perusahaan yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa kegiatan operasional yang dilkaukan perusahaan semakin baik dari tahun ke tahunnya, sehingga hal tersebut dapat memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki potensi untuk terus berkembang dan dapat menggambarkan perusahaan dalam kondisi yang baik.

Faktor non akuntansi yang dapat dijadikan sinyal informasi bagi investor yaitu umur obligasi. Obligasi dengan umur obligasi yang lebih pendek dapat memberikan sinyal positif karena memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan obligasi yang memiliki umur obligasi yang lebih lama. Obligasi yang dijamin suatu perusahaan juga dapat memberikan sinyal positif karena obligasi yang memiliki jaminan baik berupa aset khusus maupun aset lainnya dirasa lebih aman dan cenderung akan diminati banyak investor dibanding obligasi tanpa jaminan apapun. Perusahaan yang diaudit oleh KAP BIG Four dapat memberikan sinyal positif karena dapat meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan perusahaan tersebut dan dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik. Sedangkan kepemilikan manajerial, semakin besar proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer dapat memberikan sinyal positif karena disini manajemen memiliki kedudukan ganda, tidak hanya sebagai manajer tetapi juga sebagai pemegang saham sehingga manajemen akan lebih meningkatkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi sesuai yang diharapkan.

Referensi

Susanto, Akbar. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Non Keuangan Tahun 2011-2013. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Teori Sinyal

Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal terkait dengan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen perusahaan dengan pihak luar dimana pihak manajemen perusahaan memiliki lebih banyak informasi serta mengetahui prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Informasi sangat dibutuhkan bagi pihak yang berkepentingan dalam suatu perusahaan. Asimetri informasi menyebabkan pihak eksternal perusahaan sangat sulit untuk membedakan antara perusahaan yang memiliki kualitas tinggi dan rendah. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan pihak eksternal perusahaan seperti calon investor sangat membutuhkan informasi tentang kondisi obligasi.

Peringkat obligasi memberikan informasi mengenai kinerja keuangan dan posisi bisnis perusahaan emiten. Kinerja keuangan tersebut bisa ditunjukkan dengan rasio-rasio keuangan perusahaan. Investor maupun kreditur dapat mengetahui kondisi perusahaan dari sinyal yang diberikan. Sinyal yang ditunjukkan pada investasi obligasi adalah adanya peringkat obligasi. Untuk itu, dengan teori sinyal diharapkan manajemen memberikan sinyal berupa informasi mengenai kualitas atau kondisi obligasi, apakah obligasi berpotensi gagal bayar atau tidak. Salah satu sinyal tersebut ditunjukkan dengan peringkat obligasi.

Referensi

Oktaviyani, R D. 2013. Pengaruh Manajemen Laba, Rasio Keuangan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Peringkat Obligasi. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.

Teori signal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan informasi tertentu. Informasi tersebut bisa berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi lain yang dilakukan secara sukarela oleh manajemen perusahaan.

Teori signal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan signal-signal kepada pengguna laporan keuangan. Signal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Signal dapat berupa promosi atau informasi lainnya yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lainnya.

Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis. Informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan oleh investor dan kreditur sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi dan kredit. Apabila pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan harga saham, harga saham menjadi naik.

Teori Sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Selain itu Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Pihak eksternal disini yang dimaksud adalah underwritter, investor, kreditor atau pengguna informasi lainnya. Pihak eksternal kemudian menilai perusahaan sebagai fungsi dari mekanisme signalling yang berbeda-beda. Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Kemungkinan lain, pihak eksternal yang tidak memiliki informasi akan berpersepsi sama tentang nilai semua perusahaan.

Pandangan seperti ini akan merugikan perusahaan yang memiliki kondisi yang lebih baik karena pihak eksternal akan menilai perusahaan lebih rendah dari yang seharusnya dan begitu sebaliknya. Perusahaan memberikan sinyal kepada pihak luar yang dapat berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan dapat mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan pada masa yang akan datang.

Salah satu contoh sinyal dari perusahaan kepada investor adalah menegenai perkembangan saham perusahaan yang bersangkutan. Jika investor mendapatkan sinyal baik ( good news ) berarti risiko sistimatik dalam perusahaan tersebut cendrung sangat kecil atau dapat dikatakan beta saham yang positif. Jika mendapatkan sinyal buruk ( bad news ) berarti beta saham bernilai negatif dan akan berdampak pada kurang ketertarikan investor untuk membeli saham tersebut.

Teori sinyal dalam akuntansi dapat berfungsi untuk menilai adanya informasi privat. Dalam pasar modal, pelaku pasar melakukan keputusan ekonomi dengan dasar informasi yang dipublikasikan oleh manajer, pengumuman dari perusahaan, konferensi pers, dan lain-lain. Namun, manajer sebagai pelaksana operasional perusahaan pasti tetap saja mempunyai informasi privat yang memuat nilai perusahaan yang sebenarnya.

Informasi privat tersebut kadang mengindikasikan bahwa nilai perusahaan lebih tinggi dari yang terefleksikan dalam harga saham, misalnya saja karena manajer mempunyai informasi yang mengindikasikan bahwa laba akan lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Tentunya manajer ingin menyampaikan good news ini kepada pasar agar dapat meningkatkan harga saham sehingga meningkatkan kemakmuran pemegang saham.

Sebenarnya penyampaian suatu berita tentu saja dapat disampaikan secara langsung. Namun, pengungkapan secara eksplisit bisa saja tidak memungkinkan dikarenakan alasan kompetitif atau larangan dari klausul perjanjian kerahasiaan perusahaan. Ketika pengungkapan langsung tidak dimungkinkan, manajer dapat saja menggunakan sinyal untuk menyampaikan kabar tersebut. Selanjutnya, sinyal tersebut dapat berisi kabar baik (good news) ataupun kabar buruk (good news).

Berbagai peristiwa disinyalir mengandung sinyal, misalnya saja peristiwa pemanfaatan pola kebijakan deviden meningkat (dividend-signaling theory) sebagai proksi penilaian arus kas masa depan perusahaan, peristiwa stock split dianggap sebagai suatu sinyal yang diberikan manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus di masa depan, kemudian pengumuman dividen kas juga dianggap sebagai suatu sinyal yang menyampaikan informasi bernilai mengenai penilaian manajemen terhadap profitabilitas masa datang perusahaan (Apriani : 2005). Selain itu, waktu penyampaian laporan keuangan dianggap mengandung sinyal sebagaimana dilakukannya penelitian oleh Whittred (1980).

Whittred dalam Jaswadi (2004) melakukan investigasi atas pengaruh kualifikasi opini audit terhadap time-liness penyampaian laporan keuangan tahunan di Australia. Sampel diambil dari perpustakaan Sidney Stock Exchange (SSE) sejumlah 245 perusahaan. Temuan studi menjelaskan bahwa kualifikasi opini audit mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian preliminary figure of earnings. Selanjutnya penundaan penyampaian laporan keuangan akan diinterpretasikan pasar bahwa emiten mendapatkan insiden opini auditor (bad news) .

Priyastiwi dalam penelitiannya menemukan ada hubungan antara variable ketepatan waktu laporan keuangan dengan harga saham dan penyampaian laporan laporan keuangan lebih awal akan dianggap sebagai goodnews dan terlambat sebagai badnews (Jaswadi:2004).

Dyer dan McHugh dalam Hassanudin (2002) berpendapat bahwa ada kecenderungan bagi perusahaan yang mengalami keuntungan atau profit untuk menyampaikan laporan secara tepat waktu, sebaliknya perusahaan yang mengalami kerugian akan melaporkan terlambat.

Givoly dan Palmon menyatakan bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi baik mungkin akan cenderung dilaporkan tepat waktu, sedangkan jika pengumuman laba berisi buruk maka pihak manajemen akan terlambat untuk menyampaikan laporan keuangan (Hassanudin :2002).