Apa yang anda ketahui tentang Sunan Kudus?

Apa yang anda ketahui tentang Sunan Kudus? Bagaimanakah kisah dan perjuangan Sunan Kudus?

Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Beliau adalah putra dari pasangan Raden Usman Hajji yang dikenal dengan sebutan Sunan Ngudung,yang merupakan seorang panglima perang Kesultanan Demak Bintoro dan Syarifah adik dari Sunan Bonang. Diceritakan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Ngudung adalah daerah Jipang Panolan atau sekitar utara kota Blora sekarang.

Sunan Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak,dan dalam masa pemerintahan Sunan Prawoto dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang. Selain sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak,Sunan Kudus juga menjabat sebagai hakim pengadilan bagi Kesultanan Demak. Beliau lahir sekitar tahun 1500-an,meninggal tahun 1550 dan dimakamkan di Kudus.

Cara da’wah Sunan Kudus

Dalam beberapa riwayat diceritakan Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah bagian selatan seperti Sragen,Simo (boyolali) hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga:sangat toleran pada budaya setempat. Namun versi cerita ini ada yang membantah,karena Sunan Kalijaga merupakan sunan termuda dari 9 wali. Sunan Kalijaga adalah murid Sunan Ampel. Sedangkan Sunan Kudus belum pernah diberitakan mempunyai guru di tanah jawa,apalagi berguru kepada Sunan Kalijaga.

Mengenai perjuangan Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam tidak berbeda dengan para wali lainnya,yaitu senantiasa dipakai jalan kebijaksanaan,dengan siasat dan taktik yang demikian itu,Masyarakat sekitar dapat diajak memeluk Agama Islam. Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Menara Kudus. Bentuk menara,gerbang dan pancuran / padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.

Suatu waktu,ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu,ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi,menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”. Untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu,Sunan Kudus meminta kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan sapi dan mengganti kurban sapi dengan memotong kurban kerbau,dalam perayaan Idul Adha. Sampai saat ini masyarakat Kudus masih memegang amanat ini sehingga seni kuliner di kota Kudus banyak menggunakan daging kerbau sebagai pengganti daging sapi.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri,sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya. menurut riwayat beliau juga termasuk salah seorang pujangga yang berinisiatif mengarang cerita-cerita pendek yang berisi filsafat serta berjiwa agama. diantara buah ciptaannya yang terkenal,ialah Gending Maskumambang dan Mijil.

peninggalan beliau adalah Masjid Raya di kota Kudus,yaitu Masjid Al-Aqsa Kudus atau yang dikenal dengan Masjid Menara Kudus,yang menggabungkan arsitektur Islam dan Hindu. Masjid tersebut didirikan tahun 1530 dan masih bertahan hingga saat ini. Mengenai asal usul nama Kudus menurut legenda yang hidup dikalangan masyarakat setempat ialah,dahulu kala Ja’far Shoddiq Muda (Sunan Kudus) melaksanakan ibadah haji sambil menuntut ilmu di Tanah Arab dari Mekkah sampai Yerusalem / Palestina,kemudian beliau pun sempat menetap pula di sana. Disebutkan bahwa Sunan Kudus saat itu berjasa bagi kota Al Quds,Palestina karena menyembuhkan wabah penyakit di daerah tersebut lalu atas jasanya diberikan hadiah Ijazah /Prasasti yang tertulis pada batu yang ditulis dengan huruf arab kuno,dan sekarang masih utuh terdapat di atas Mihrab Masjid Menara Kudus. Kisah yang lain,bahwa setelah beliau selesai melakukan pengembaraan ilmiah,beliau begitu terkesan dengan kota Al-Quds itu,dan berniat untuk membuka kota di Jawa yang bernama Kudus juga.