Apa yang anda ketahui tentang Sisi Paragdimatik Sosiologi?


Sosiologi juga dapat kita dekati dari sisi paradigmatik. Sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang multi-paradigma yang saling bersaing antara satu sama lain. Yang dimaksud paradigma merupakan citra fundamental mengenai pokok persoalan dalam suatu ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi untuk menentukan apa yang dipelajari, pertanyaan-pertanyaan apa yang diajukan, bagaimana cara mengajukannya, dan aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam interpretasi jawaban-jawaban yang diperoleh.

Apa yang dimaksud dengan sisi paragdimatik sosiologi?

Paradigma adalah unit konsensus terluas dalam suatu ilmu pengetahuan dan berfungsi untuk membedakan komunitas ilmiah dari komunitas ilmiah lainnya. Ia menggolongkan, mendefi nisikan, dan menginter-relasikan teladanteladan, teori-teori, metode-metode, dan instrumen-instrumen yang terdapat di dalamnya.

Menurut Ritzer, analisis sosial secara paradigmatis dikembangkan dalam tiga model, yaitu: paradigma fakta sosial; paradigma defi nisi sosial; dan paradigma perilaku sosial.

Paradigma Fakta Sosial

Dalam paradigma ini, setiap masalah harus diteliti di dalam dunia nyata sebagaimana orang mencari barang sesuatu yang lainnya dan tidak dapat dipelajari hanya sekadar melalui introspeksi. Menurut Durkheim, fakta sosial terdiri atas dua macam. Pertama, dalam bentuk material, yaitu sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan diobservasi yag menjadi bagian dari dunia nyata (external world). Contoh arsitektur dan norma hukum. Kedua, dalam bentuk nonmaterial, yaitu sesuatu yang dianggap nyata (external), yang berupa fenomena yang bersifat inter-subjective yang hanya dapat muncul dari kesadaran manusia. Contoh: egoisme, altruisme, dan opini.

Adapun objek fakta sosial adalah peranan sosial, pola institusional, proses sosial, organisasi kelompok, pengendalian sosial, dan sebagainya. Teori fakta sosial berkecenderungan untuk memusatkan perhatiannya pada fungsi dari satu fakta sosial terhadap fakta sosial yang lain. Fungsi adalah akibat-akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi atau penyesuaian suatu sistem. Oleh karena itu, fungsi bersifat netral secara ideologis. Maka, Merton juga mengajukan teori disfungsi.

Sebagaimana struktur sosial atau pranata sosial dapat menyumbang terhadap pemeliharaan fakta-fakta sosial lainnya, sebaliknya ia bisa menimbulkan akibat-akibat negatif. Contoh, perbudakan yang terdapat pada sistem sosial Amerika lama, khususnya bagian selatan. Dalam paradigma fakta sosial, pokok persoalan yang harus diangkat adalah fakta-fakta sosial. Secara garis besar, fakta sosial ini terdiri atas dua tipe, yaitu struktur sosial dan pranata sosial. Secara teperinci fakta sosial terdiri atas: kelompok kesatuan masyarakat tertentu (societies), sistem sosial, posisi, peranan, nilai-nilai, keluarga, pemerintah, dan sebagainya. Menurut Peter Blan, tipe dasar fakta sosial ini adalah:

  • Nilai-nilai umum (Common Values); dan
  • Norma yang terwujud dalam kebudayaan/sub-kultur.

Norma-norma dan pola nilai ini biasa disebut institusion atau di sini diartikan dengan pranata. Sedangkan, jaringan hubungan sosial tempat interaksi sosial berproses dan menjadi terorganisasi serta melalui posisi-posisi sosial individu dan sub-kelompok dapat dibedakan, sering diartikan sebagai struktur sosial. Dengan demikian, struktur sosial dan pranata sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan analisis sosial menurut fakta sosial.

Teori struktural fungsional dan teori konfl ik serta metode kuesioner dan wawancara termasuk dalam paradigma ini.

Paradigma Definisi Sosial

Tokoh utama paradigma ini adalah Max Weber yang karya-karyanya terarah pada suatu perhatian terhadap cara individu-individu mendefinisikan situasi sosial mereka dan efek dari definisi itu terhadap tindakan yang mengikutinya. Bagi paradigma ini, persoalan sosiologi bukanlah fakta-fakta sosial “objektif ”, melainkan cara subjektif individu menghayati fakta-fakta sosial tersebut.

Menurut Max Weber, sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar-hubungan sosial. Inti tesisnya adalah “tindakan yang penuh arti” dari individu. Tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Sebaliknya, tindakan yang ditujukan pada benda mati/fi sik tanpa ada hubungan dengan orang lain termasuk tindakan sosial.

Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antarhubungan sosial itu terdapat lima ciri pokok menurut Weber yang menjadi sasaran analisis sosial, yaitu:

  1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang subjektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata;
  2. Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subjektif.
  3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang, serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam;
  4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu; dan
  5. Tindakan itu memerhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.

Untuk mempelajari dan memahami tindakan sosial tersebut, diperlukan sebuah metode. Weber menganjurkan melalui penafsiran dan pemahaman (interpretative understanding) atau dalam terminologi Weber disebut dengan verstehen. Dalam melakukan analisis sosial, seorang analis harus mencoba menginterpretasikan tindakan si aktor, dalam artian memahami motif dari tindakan si aktor.

Yang termasuk dalam paradigma ini antara lain teori interaksionalisme simbolis, sosiologi fenomenologis, dan metode observasi.

Paradigma Perilaku Sosial

Paradigma yang dimotori Skinner ini memusatkan perhatiannya kepada proses interaksi. Akan tetapi, secara konseptual, berbeda dengan paradigma tindakan definisi sosial. Menurut perilaku sosial individu kurang sekali memiliki kebebasan. Tanggapan yang diberikannya ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang datang dari luar dirinya. Jadi, tingkah laku manusia lebih bersifat mekanis dibandingkan dengan menurut pandangan paradigma definisi sosial. Sebagai perbandingan selanjutnya, paradigma fakta sosial melihat tindakan individu sebagai ditentukan oleh norma-norma, nilai-nilai, serta struktur sosial.

Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara individu dan lingkungannya. Lingkungan itu terdiri atas:

  • Bermacam-macam objek sosial; dan
  • Bermacam-macam objek non-sosial

Singkatnya, hubungan antara individu dan objek sosial serta hubungan antara individu dan non-sosial dikuasai oleh prinsip yang sama. Secara garis besar, pokok persoalan analisis sosial menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Jadi, terdapat hubungan fungsional antara tingkah laku dan perubahan yang terjadi dalam lingkungan aktor. Pada paradigma ini, para sosiolog atau analis sosial lebih memusatkan pada proses interaksi.

Tokoh utama paradigma ini adalah Skinner. Teori-teori yang termasuk di dalamnya antara lain adalah teori sosiologi perilaku dan teori pertukaran. Adapun metode yang disukai adalah metode eksperimental seperti yang biasa digunakan dalam psikologi.