Apa yang anda ketahui tentang siksa kubur?

Apa yang anda ketahui tentang siksa kubur?

1 Like

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak menceritakan keadaan di alam kubur ini. Bahkan Beliau banyak menceritakan tentang siksa yang ditimpakan kepada orang-orang muslim yang bermaksiat.

Beliau pernah menceritakan siksa kubur yang di alami oleh dua orang. Yang satu disebabkan oleh namimah (menghasut dan adu domba). Sedangkan yang lain disebabkan oleh kencing yang tidak bersih.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan. Beliau bersabda,

”Sesungguhnya keduanya benar-benar sedang di azab. Dan keduanya tidak diazab dalam masalah besar,” kemudian Beliau bersabda: “Ya. Adapun salah seorang di antara mereka, dikarenakan ia berjalan dengan menebarkan namimah (adu domba). Sedangkan yang satunya lagi karena tidak menjaga diri dari kencingnya [Al Hadits].

1 Like

Di dalam kubur, mayit akan mengalami yang namanya fitnah kubur (fitnah yang bermakna ujian). Yang dimaksud dengan fitnah kubur adalah apabila selesai dikubur akan diajukan kepada mayit pertanyaan-pertanyaan berupa pertanyaan tentang Rabbnya, agamanya dan nabinya. Sesungguhnya Ahlussunnah wal Jamaah beriman kepada fitnah kubur karena Alquran dan as-Sunnah telah menerangkan demikian. Adapun di dalam Alquran, Allah SWT berfirman dalam surat al-Fatihah sebagai berikut:

Yang menguasai hari pembalasan

Terdapat dua tujuan pokok dari ayat diatas.

  • Pertama, menerangkan kepada manusia siapa Tuhan sebenarnya, yaitu Allah yang Maha Tunggal, tidak ada Tuhan selain Allah.

  • Kedua, menerangkan kepada manusia bahwa sesudah hidup yang terbatas waktunya di dunia sekarang ini, manusia akan dihidupkan kembali dengan kehidupan yang kekal dan abadi, dimana masing-masing manusia akan menerima pembalasan dari apa saja yang pernah mereka lakukan. Perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, dan perbuatan jelek akan dibalas dengan kejelekan atau azab siksaan.

Dijelaskan pula bahwa Allah sebagai penguasa hari pembalasan akan memberikan ganjaran kepada siapa saja yang berbuat baik dan menimpakan keburukan kepada yang melakukan keburukan selama hidup di dunia. Kata yaumi al-din menurut bey arifin, bermakna sesuatu yang ghaib yang diciptakan Allah yang hanya Allah saja yang mengetahuinya. Yaumi al-din bisa saja dirasakan balasannya ketika masih hidup di dunia, alam kubur, hari kiamat, sampai kepada di akhirat.

Pada surat al-Fatihah ayat keempat ini semakin mempertegas bahwa di dalam Alquran banyak yang menyebutkan akan adanya siksaan yang dirasakan mayit setelah meninggal dunia. Di ayat lainnya Allah menjelaskan sebagai berkut:

Allah akan meneguhkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh tersebut di kehidupan dunia dan akhirat Alquran, 14:27.

Dari ayat diatas menerangkan bahwa mayit akan di berikan pertanyaan ketika di dalam kubur. Namun yang ma’ruf menurut Ahlussunnah wal Jama’ah bahwasanya pada asalnya adzab itu ditimpakan atas ruh, sedangkan badan itu sekedar mengikuti ruhnya saja. Sebagaimana azab di dunia itu menimpa badan dan ruhnya hanya mengikuti saja, sebagaimana hukum-hukum syar’iyyah di dunia itu berlaku atas dzahirnya dan di akhirat itu sebaliknya.

Maka di alam kubur, azab atau nikmat kubur itu terjadi kepada ruh akan tetapi jasad itu terpengaruh dengannya dan mengikutinya, jadi tidak secara langsung. Dan terkadang azab itu terjadi pada badan dan ruh itu mengikutinya, akan tetapi hal ini tidak terjadi kecuali jarang sekali. Sesungguhnya pada asalnya adzab itu terjadi pada ruhnya, dan badan sekedar ikut. Demikian pula kenikmatan itu terjadi pada ruh dan badan cuma ikut saja. Ibnu Qayyim al-Jauziyah, mengatakan bahwa ada yang mendapat nikmat kubur atau azab kubur, di sini ada penetapan azab kubur. Alquran dan as-Sunnah telah menerangkan demikian, bahkan dikatakan sebagai ijma’ kaum muslimin.8

Hal ini merupakan perkara yang dipersaksikan kebenarannya. Orang yang hendak mati mendengar, menyambut dua orang yang datang kepadanya dari kalangan malaikat dan berkata : Selamat datang, dan terkadang berkata: Selamat datang dan duduklah di sini, seperti yang disebutkan oleh Ibnu Qayyim dalam kitab ar-Ruh, dan terkadang dapat dirasakan bahwasanya orang tersebut tertimpa sesuatu yang menakutkan maka berubahlah wajahnya ketika hendak mati ketika turun kepadanya malaikat azab. Setiap jiwa yang mati akan diuji dan harus mempertanggungjawabkan seluruh amalan baik dan buruknya yang telah dilakukannya selama hidup di dunia. Amalan yang senantiasa menyertainya itu adalah kitab yang didalamnya para malaikat mencatat amalan yang kecil dan yang besar tanpa melewatkan sedikitpun.

Ada dua macam azab kubur yakni azab yang terus menerus dan azab yang terputus.

  • Azab yang terus menerus yaitu siksa atas orang-orang kafir dan sebagian ahli maksiat yang banyak melakukan perbuatan dosa.

  • Azab yang terputus yaitu azab ringan yang diringankan bagi orang yang berbuat dosa dan maksiat kecil. Semuanya disiksa menurut kadar dosanya. Azab itu terputus dengan doa dan sedekah atau yang lainnya.1

    Basysyaar bin Gahlab berkata, “Aku bermimpi bertemu dengan Rabi’ah al- Adawiyah dan aku paling banyak mendoakan dia. Dia berkata: Ya Basysyar, hadiah-hadiahmu datang kepadaku atas lapisan cahaya yang tertutup dengan sapu tangan sutera. Bagaimana itu? Dia menjawab: “Begitulah doa orang mukmin yang hidup atas orang mukmin yang telah mati bila diterima oleh Allah, dijadikannya sebagai lapisan sinar yang tertutup dengan sapu tangan sutera. Kemudian, datang kepada jenazah yang didoakan dan dikatakan, “Inilah hadiah dari fulan untukmu”.

Adapun sebab-sebab yang mewajibkan azab kubur terbagi menjadi dua, yaitu sebab yang secara ringkas dan sebab yang terperinci. Yang ringkas adalah Allah SWT (tidak mengenal-Nya), meninggalkan perintah-perintah-Nya, mengerjakan larang-larangannya yang mengundang kemurkaan dan azab-Nya.

Dengan demikian, Allah SWT. Tidak mengazab ruh yang mengenal-Nya, yang mencintai-Nya dan mengerjakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Azab itu pun tidak terhadap jasadnya. Sebab azab kubur merupakan tanda kemurkaa Allah dan kemarahan-Nya. Demikian pula azab akhirat nanti.

Barang siapa yang dibenci dan dimurkai Allah di dalamnya dunia ini karena telah melakukan pelanggaran-pelanggaran yang dilarangnya dan tidak melakukan perintah yang diwajibkannya kemudian mati tanpa bertobat, maka akan menerima azab barzakh (kubur) sesuai dengan kadar kemurkaan dan kebencian Allah terhadap dirinya, baik orang jujur maupun dusta, yang sedikit beramal ataupun banyak beramal.

Adapun sebab terperinci, Rasulullah SAW telah menceritakan tentang dua orang yang diketahui sedang disiksa di kuburan sebab yang seorang suka menyebarluaskan adu domba (fitnah) diantara manusia dan yang satunya tidak menutup kemaluannya, buang air kecil sambil berjalan. Meninggalkan bersuci yang diwajibkan dan menyebarluaskan permusuhan dikalangan manusia merupakan sebab yang mengandung kemurkaan Allah SWT.

Diantara orang yang mendapat siksa kubur, yaitu tukang zina (laki-laki dan perempuan), orang yang sombong, riya, suka bertengkar, suka mengumpat dan mencela, tukang mencaci maki, dan orang yeng mendatangi dukun (tukang teluh) dan tukang ramal dan tukang tebak nasib seseorang, penolong kezaliman, orang-orang yang menuai akhiratnya (agamanya) untuk dunianya, orang sibuk mencari cela (aib) orang lain, orang yang mencari dosa (meneliti) orang lain. Semua itu mendatangkan azab dalam kuburnya.

Pendapat Ulama Tentang Adanya Siksa Kubur

Para ulama sudah sepakat tentang adanya alam kubur/ barzakh , siksa dan nikmat kubur. Berdasarkan dalil Alquran dan sunnah yang banyak, yang berselisih salah satunya adalah kaum Mu’tazilah (pendewa akal) dan teman-temannya, yang menyatakan bahwa dalil-dalil tentang adzab kubur adalah hadis ahad , dan Imam al-Bukhari beserta para ulama lainnya telah membantah pemikiran tersebut.

Berkata Imam al-Qostholani, “Sebagian kelompok beranggapan bahwa adzab kubur tidak disebutkan dalam Alquran tetapi hanya disebutkan dalam hadis-hadis ahad . Oleh karenanya pengarang (Imam al-Bukhari) menyebutkan beberapa ayat yang menunjukkan siksa kubur untuk membantah golongan yang tidak sepakat dengan siksa kubur.”

Cukuplah firman Allah SWT sebagai berikut

Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Ayat ini merupakan landasan pokok bagi Ahli sunnah untuk menetapkan adanya siksa kubur.”Imam as-Suyuthi berkata dalam kitab al-Aja’ib oleh al-Kirmani dikatakan bahwa “ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas tentang adanya siksa kubur.”

Dan masih banyak lagi lainnya seperti surat dalam Ibrahim 14:27, Thoha 20:124, Nuh 71:25, at-Taubah 9:101, al-An’am 6:93, as-Sajdah 32:101, al-Mu’minun 23:99, ath-Thur 52:47, al-Waqi’ah 56:83-94, an-Nahl 16:32 dan sebagainya. Tentu semuanya dengan bantuan kitab-kitab tafsir dan hadits para ulama Salaf terkemuka. Sungguh benar Imam Ibnu Qayyim tatkala berkata,

“Apabila anda menghayati hadis-hadis seputar siksa dan nikmat kubur, niscaya anda akan mendapatinya telah menjelaskan dan memperinci makna ayat Alquran”.

Adapun hadis-hadis tentang adanya adzab kubur banyak sekali. Bahkan mencapai derajat muṭawatîr, diriwayatkan oleh para Imam sunnah dan ahli hadis dari sejumlah sahabat di antaranya Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas, Bara’ bin Azib, Umar bin Khattab, Ummul Mukminin „Aisyah, Asma’ binti Abu Bakar, Abu Ayyub al-Anshori, Ummu Kholid, Abu Huroiroh, Abu Said al-Khudri, Samuroh bin Jundub, Utsman, Ali, Zaid bin Tsabit, Jabir bin Abdulloh, Sa’ad bin Abi Waqosh, Zaid bin Arqom, Abu Bakroh, Abdurrohman bin Samuroh, Abdulloh bin Amr bin Ash, Amr bin Ash, Ummu Mubasysyir, Abu Qotadah, Abdulloh bin Mas’ud, Abu Tholhah, Abdur Rohman bin Hasanah, Tamim ad- Daariy, Hudzaifah, Abu Musa, Nu’man bin Basyir, dan Auf bin Malik.

Imam Nawawi berkata, “Dalam hadis mengenai siksa kubur ini terdapat penetapan adanya adzab kubur dan fitnah kubur. Hal ini merupakan madzhab ahli haq, berbeda halnya dengan pendapat Mu’tazilah. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Dalam hadis ini terdapat bantahan terhadap orang-orang yang mengingkari adzab kubur.”

Dari pemaparan diatas Jumhur ulama berpendapat bahwa, orang yang tidak menyakini dengan adanya siksa kubur terjatuh dalam dua kesalahan.

Teori bahwa hadis ahad tidak bisa dijadikan landasan dalam akidah tidaklah benar. Keyakinan Ahlus Sunnah menetapkan bahwa hadis ahad mulai dari yang masyhur , ’aziz sampai yang gharib sekalipun tetap bisa dijadikan landasan dalam keyakinan selama statusnya sahih atau hasan.

Ulama menjelaskan bahwa azab atau siksa kubur adalah azab alam barzakh yang dilakukan di kubur. Jika Allah menghendaki, bisa saja menyiksa mayat di dalam kubur atau tidak, disalib, ditenggelamkan dilaut, dimakan hewan bahkan dibakar hingga menjadi debu lalu diterbangkan angin. Tempat azab kubur adalah pada ruh dan badan sekaligus. Demikian kesepakatan ulama Ahlus Sunnah .

Adanya berbagai perspektif akan tiadanya siksa kubur, menunjukkan bahwa hadis-hadis tersebut zhanni dilalah (penunjukkan maknanya), karena hadis-hadis tersebut memiliki makna atau konotasi lebih dari satu sebagaimana yang telah disebutkan oleh para ulama hadis.

Mayoritas ulama menyatakan bahwa hadis-hadis yang bertutur tentang ketetapan-ketetapan akhirat, semacam siksa kubur, ru’yatullah , dan lain-lain, tidak menghasilkan ilmu dharuriy , tetapi, hanya menghasilkan ilmu tuma’ninah (ketetapan hati).

Firman Allah swt,

Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali- kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan . QS. Al-Mu’minun ayat 100

Bedasarkan ayat ini dijelaskan bahwa orang meninggal itu rohnya berada di suatu tempat dimana ada dinding yang menghalanginya bahwa roh itu tidak bisa kembali ke jasadnya di bumi dan tidak bisa menuju kehidupan berikutnya sampai hari kebangkitan. Dengan demikian, diri manusia itu berada di alam barzakh atau orang menyebutkan di alam kubur. Tetapi bukan kubur dalam arti sebenarnya secara fisik.

Barangkali ayat tersebut dapat dijadikan pendukung hadis-hadis diatas akan adanya alam kubur, sedangkan siksa kubur sendiri dalam banyak riwayat rasul seringkali menyuruh untuk berdo’a dari azab atau siksa kubur. Memang ditinjau dari segi akal agaknya kurang begitu rasional, akan tetapi dalil Alquran dan hadis menunjukkan indikator adanya alam kubur dan adzab di dalam kubur.

Referensi
  • Bey Arifin, Samudra al-Fatihah (Surabaya: Bina Ilmu, 2002)
  • Ali Muhammad Lagha, Perjalanan Kematian , ter. Irawan Kurniawan (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2000)
  • Afif Muhammad Taufiqullah, Kitab Jinayah dalam Terj. Assbab Wurud al-Hadist Au Al Luma’ fi Asbab al-Hadis (Bandung: PUSTAKA. 1984)
  • Badri Khaeruman, Orientasi Hadist (Studi Kritis Atas Kajian Hadist Kontemporer), Peng. Endang Soetarti (Bandung: Remaja Roesda Karya, 2004)
  • Imam Jalaluddin al-Suyuthy, Spiritualitas Kematian (Yogyakarta: DIVA Press, 2007).
1 Like

Pertama kamu harus teliti, siksa kubur atau siksa dalam kuburan?? Siksa kubur itu siksa di alam kubur, alam kematian… Mau dikremasi, dicemplungin laut, dibuang keluar angkasa tetap saja masuk ke alam kubur, walaupun tidak dikubur… Jadi siksa kubur itu siksa di alam kubur, bukan siksa di dalam kuburan… Kalau siksa di dalam kuburan, tentu manusia gak usah dikubur biar gak di siksa. Ya kan? Bodoh donk yang kubur mayat… Heuheuheu.

Siksa utama dalam alam kubur itu diterror… Di cekam ketakutan dan di takut-takuti… Oleh apa dan siapa?? Oleh dosa-dosa kita sendiri, yang mawujud jadi munkar dan nakir itu… Munkar itu karena perbuatan maksiyatmu menyalahi aturan Tuhan, lalu dosamu jadi mawujud sesosok yang menterror, namanya munkar.

Nakir itu karena dosamu dalam hal karunia Allah yang tidak kamu pertanggung jawabkan dengan benar didunia. Lalu karunia yang tdk disyukuri dan dipertanggungjawabkan dengan benar itu akan mawujud menjadi sosok namanya nakir… Ya itu yang namanya munkar nakir… Itu dosamu sendiri yang bakalan mawujud untuk menterror dirimu sendiri…

Mursyid Syech Muhammad Zuhri (Abah FK)

1 Like

Saya memiliki kisah mengenai bagaimana siksa kubur…

Cahaya Ilahi di Hati Ibu yang Meratapi Anaknya

Keikhlasan seseorang ketika ditinggal mati keluarganya sangat diperlukan sebagai bukti kepasrahan dan kesabaran diri kepada Allah ketika menerima musibah kematian. Sikap ikhlas dari keluarga yang di tinggalkan ini juga sangat diperlukan bagi si mayit agar kepergiannya itu menjadi ringan tanpa beban. Namun jika keikhlasan itu tidak ada, Allah akan memberikan azab yang pedih kepada mereka, sebab seakan-akan mereka tidak menerima takdir Allah. Sikap yang demikian itu juga akan menambah siksa bagi si mayit.

Kisah ini menceritakan seorang ibu yang meratapi anaknya hingga anaknya disiksa dalam kubur, sebagaimana yang diceritakan oleh Shalil al-Murni.

Pada suatu malam, tepatnya malam Jumat, aku pernah tidur di pemakaman umum. Lantas aku bermimpi berjumpa dengan beberapa orang yang sudah meninggal. Mereka keluar dari kuburnya masing-masing, lalu duduk dengan membuat sebuah lingkaran untuk menantikan talam yang berisi hidangan yang akan disuguhkan. Di dekat mereka ada seorang pemuda yang sedang disiksa. Ketika melihat hal tersebut, aku lalu memberanikan diri mendekati pemuda yang sedang disiksa itu. Lantas aku bertanya kepadanya mengapa ia sampai disiksa seperti itu. Ia kemudian menjawab, “Ibuku telah mengumpulkan beberapa orang untuk meratapi kebaikanku, jadi aku disiksa sekarang karena hal itu. Semoga Allah tidak memberikan balasan kebaikan kepada ibuku.”

Pemuda itu kemudian menangis, ia meminta tolong agar aku pergi ke rumah ibunya untuk memberitahukan keadaan anaknya yang mendapat siksaan Allah. Ia juga memberi tahuku tempat tinggal ibunya supaya aku bisa menyampaikan pesannya, agar ibunya segera menghentikan ratapannya.

Setelah terbangun, aku langsung pergi ke rumah ibu pemuda itu dengan petunjuk jalan yang diberikan kepadaku. Sesampainya di rumah pemuda tersebut, aku melihat ada beberapa orang sedang menangis meratapi kematian pemuda tadi. Wajah mereka tampat hitam karena banyak ditampari sendiri dan tampak layu karena tangisannya yang tak pernah berhenti. Setelah memberitahukan maksud kedatanganku, aku lalu menceritakan kepada ibu pemuda tersebut tentang mimpiku perihal keadaan anaknya didalam kubur yang disiksa karena ratapan ibunya.

Sesudah mendengar ceritaku ini, ibu pemuda itu langsung mengusir orang-orang yang meratapi kematian anaknya. Ia pun bertaubat kepada Allah, memohon ampunan atas kesalahannya. Ia juga tidak lupa menyampaikan penyesalannya kepadaku atas perbuatannya yang tidak terpuji dengan mengumpulkan orang untuk meratapi anaknya itu. Sang ibu lalu mendoakan anaknya agar diampuni dosanya. Aku pun diberi beberapa dirham untuk kujadikan sedekah bagi pemuda itu. Setelah itu, aku pergi untuk menyampaikan amanat ibu tadi dengan menyedekahkan uang dirham yang diberikan kepadaku.

Pada malam Jum’at berikutnya, aku pergi lagi ke pekuburan yang kemarin aku datangi. Di sana lagi-lagi aku tertidur. Di dalam tidur aku bermimpi melihat pemuda itu kembali. Ia berkata kepadaku, “Semoga Allah membalas kebaikanmu. Allah telah menghindarkan siksaan kepadaku, pahala sedekahmu juga telah sampai kepadaku, dan tolong hal ini diberitahukan kepada ibuku.

Pagi harinya aku pergi ke rumah pemuda tadi untuk menyampaikan pesan anaknya. Namun, sang ibu sudah meninggal dunia. Aku juga ikut menshalati jenazahnya. Ia dimakamkan di dekat makam anaknya.

Dari kejadian tersebut kita bisa mengetahui bahwa meratapi kematian seseorang itu tidak bermanfaat, justru semakin menambah siksa bagi si mayit. Oleh karena itu, perbuatan tercela ini harus dihindari.

Referensi

Majalah Media Ummat Edisi 322, Februari 2020