Apa yang anda ketahui tentang sepsis pada anak?

Sepsis

Sepsis adalah sindroma respons inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome) dengan etiologi mikroba yang terbukti atau dicurigai. Bukti klinisnya berupa suhu tubuh yang abnormal (> 38oC atau < 36oC) ; takikardi; asidosis metabolik; biasanya disertai dengan alkalosis respiratorik terkompensasi dan takipneu; dan peningkatan atau penurunan jumlah sel darah putih.

Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam kehidupan yang disebabkan oleh disregulasi imun terhadap infeksi. Oleh karena itu, sepsis merupakan suatu kedaruratan medik yang perlu mendapatkan pengelolaan yang segera untuk menurunkan angka kematian.

Karakteristik sepsis adalah gangguan hemodinamik dan metabolik yang muncul sebagai respon proinflamasi masif (systemic inflammatory response syndrome) dari pejamu oleh karena adanya infeksi. Kultur negatif tidak menjadi faktor yang mengeksklusi adanya sepsis.

  • Sepsis berat
    Sepsis disertai gejala disfungsi organ, hipoperfusi dan hipotensi. Dapat pula disertai perubahan status mental, oliguria, hipoksemia dan asidosis laktat.

  • Syok sepsis
    Sepsis berat disertai hipoperfusi yang menetap walau telah mendapatkan resusitasi cairan yang adekuat.

Mikroorganisme penyebab sepsis sangat berhubungan erat dengan umur dan status imunitas anak. Pada masa neonatus E. coli, S. aureus, Streptokokus grup B dan L. monositogenes merupakan penyebab tersering. Pada anak yang lebih besar sepsis dapat disebabkan oleh S. pneumoniae, H. infuenzae tipe B,
N. mengitidis, Salmonella sp., S. aureus dan Streptokokus grup A. Anak dengan gangguan imunitas dapat mengalami sepsis yang disebabkan oleh berbagai kuman bahkan oleh kuman yang tidak biasa

Anamnesis


Didapatkan demam, menggigil, lemas, tidak sadar, kejang, sesak, mencret. Adanya faktor predisposisi infeksi meliputi faktor genetik, usia, status nutrisi, status imunisasi, komorbiditas (asplenia, penyakit kronis, transplantasi, keganasan, kelainan bawaan), dan riwayat terapi (steroid, antibiotika dan tindakan invasive)

Pemeriksaan Fisik

  1. Didapatkan gejala infeksi :

    • Demam (suhu rektal >38,50 C atau suhu Axila >37,50 C) atau Hipotermia (suhu rektal <360 C).

    • Nafas cepat atau Takipneu (frekwensi nafas diatas normal berdasarkan usia).

    • Denyut jantung di atas normal atau kurang dari normal berdasarkan usia.

  2. Disertai kecurigaan disfungsi organ dengan salah satu dari 3 tanda klinis yaitu

    • Penurunan kesadaran

    • Gangguan kardiovaskuler (penurunan kualitas nadi, perfusi perifer, atau rerata tekanan arterial). Gangguan respirasi (peningkatan atau penurunan work of breathing, sianosis).

Kriteria Diagnosis

  1. Diagnosa sepsis ditegakkan berdasarkan adanya :

    • Faktor predisposisi infeksi
    • Tanda atau bukti infeksi yang sedang berlangsung
    • Respon inflamasi
  2. Tanda disfungsi/gagal organ

    Disfungsi organ meliputi disfungsi kaardiovaskular, respirasi, Sistem saraf pusat, dan hepatik. Disfungsi organ ditegakan berdasarkan skor PELOD-2. Ditegakan bila skor ≥11( atau ≥7).

Diagnosis Banding

  1. Infeksi

    • Leptospirosis
    • Tuberkolosis
    • Malaria
    • Kriptokosis
    • Lyne and roky mountain Spotted Fever
  2. Non Infeksi

    • Intoksikasi
    • Sindrome Kawasaki

Pemeriksaan Penunjang

  1. Darah lengkap (Leukosit, Limfosit)
  2. Ratio Neutrofil:limfosit
  3. C-Reaktif protein
  4. Procalcitonin
  5. Kultur darah

Terapi dan tatalaksana


Prinsip pengelolaan sepsis adalah pengendalian infeksi, memperbaiki perfusi jaringan, mempertahankan fungsi respirasi, renal support kortikosterioid dan obat non konvensional.

1. Tata Laksana Infeksi:

  • Antibiotika
    Pemilihan antibiotika sesuai dengan dugaan etiologi infeksi, diberikan 1 jam sejak diduga sepsis dengan antibiotika tunggal berspektrum luas dengan pemeriksaan kultur darah sebelumnya. Setelah bakteri penyebab diketahui, antibiotika definitif diberikan sesuai dengan pola kepekaan kuman.

  • Antibiotika kombinasi
    Apabila antibiotik diberikan kombinasi, harus dipertimbangkan kondisi klinis, usia, etiologi dan tempat infeksi, mikroorganisme penyebab, pola kuman di RS, predisposisi pasien, efek farmako dinamik dan kinetik obat.

  • Anti jamur
    Pasien dengan predisposisi infeksi jamur sistemik (skor kandida ≥3 dan kadar procalcitonin >1,3 ng/ml) memerlukan terapi anti jamur. Pemberian anti jamur disesuaikan dengan data sensitivitas lokal, apabila tidak ada dapat diberikan lini pertama : amphotericin B atau Fluconazol. Dan lini kedua adalah Mycafungin.

Tatalaksana Disfungsi Organ

  • Pernafasan
  • Ventilasi non-invasif atau mekanik-invasif
  • Resusitasi cairan dan tatalaksana hemodinamik
  • Tranfusi darah
  • Kortikosteroid
  • Kontrol glikemik
  • Nutrisi
  • Menghilangkan sumber infeksi.

Tempat Pelayanan

  1. Ruang rawat inap biasa
  2. Ruang intensif apabila pada kasus sangat berat yang membutuhkan alat bantu napas

Penyulit

  1. Syok septik
  2. Multipel organ failure

Masa Pemulihan

  1. Ditandai dengan perbaikan gejala klinis.
  2. Perbaikan laboratorium penanda infeksi.
  3. Perbaikan disfungsi organ dan prognosis dinilai dengan skor PELOD-2 dan Procalcitonin.

Prognosis

Angka kematian masih cukup tinggi pada syok septik berkisar antara 40-70% dan bila disertai gagal organ lebih dari 1 dapat mencapai 90-100%

  1. Derajat ringan: skor PELOD-2 nilai 0-3 & procalcitonin 0,5- 1.99 ng/ml
  2. Derajat sedang: skor PELOD-2 nilai >3-9 & procalcitonin 2,0-9.99 ng/ml
  3. Derajat Berat: skor PELOD-2 nilai >9 dan kadar procalcitonin 10ng/ml.

Tindak Lanjut

  1. Evaluasi penggunaan antibiotika dan anti jamur.
  2. Evaluasi disfungsi organ.

Indikator perbaikan

  1. Ditandai dengan perbaikan gejala klinis
  2. Perbaikan laboratorium penanda infeksi
  3. Perbaikan disfungsi organ dan prognosis dinilai dengan skor PELOD-2 dan Procalcitonin

Edukasi


Selama perawatan perlu diberikan penjelasan kepada orang tua mengenai kondisi anak dan kemungkinan terjadinya perburukan hingga meninggal dunia.

Sumber : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Ilmu kesehatan anak : Buku panduan belajar koas, Udayana University Press

Referensi :

  1. Latief A., Chairulfatah A., Alam A., Pudjiadi A., Malaisie R., Hadinegoro S. . Diagnosa dan Tata laksana Sepsis pada anak. Pedoman nasional pelayanan kedokteran IDAI. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2016. h.1-47.
  2. Vincent J., Opal S., Marshal J., Tracey K., sepsis definitions: time change. Lancet 2013;381:774-5
  3. Akech S., Ledermann H., Maitland K., choice of fluid for resusitation in resucitation for hemodinamic support of children in septic shock: sistematic- review. BMJ 2010;341: c4416
  4. Enrione MA, Powell KR. Sepsis, septic shock and systemic inflammatory response syndrome. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting, Nelson textbook of pediatrics. Edisike 17. Philadelphia: Saunders; 2004, h.1026- 32
  5. Anonim. Sepsis dan syok septik. Dalam: Soedarmo SP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI, penyunting. Buku ajar infeksi & pediatric tropis. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. h.358-64