Apa yang anda ketahui tentang penyakit Ringworm pada anjing dan kucing?

Apa yang anda ketahui tentang penyakit Ringworm pada anjing dan kucing?

1 Like

Ringworm atau dermatophytosis adalah infeksi oleh cendawan pada bagian kutan atau superfisial atau bagian dari jaringan lain yang mengandung keratin (bulu, kuku, rambut dan tanduk).

Gejala Klinis


kucing-terkena-ringworm

Bentuk cincin pada kucing biasanya dijumpai pada telinga, daerah muka dan kaki. Kerusakan kulit disertai bercak kemerahan dengan rambut patah atau rambut rontok disertai keropeng dan bersisik.

Pada anjing perubahan kulit biasanya dijumpai pada daerah muka, terutama di sekitar moncong, kaki dan perut bagian bawah, dengan pembentukan keropeng, erupsi kulit dan rambut rontok.

Gejala atipikal kadang muncul sebagai papula dan pustula tanpa pembentukan alopesia atau sisik. lesi dengan batas jelas, menonjol, eritrema, alopesia atau nodule diakhiri dengan kerion cincin, bisa dibarengi dengan reaksi hipersensitif.

Pada kucing bisa tidak menunjukkan gejala lesi atau hanya sedikit rambut rontok sekitar muka, dan telinga. Hewan ini sering menjadi carrier dan menimbulkan masalah pada pembiakan kucing.

Pengobatan


Ringworm jenis tertentu dapat sembuh dengan sendirinya tetapi kebanyakan perlu di obati dengan bahan kimia. Pengobatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan olesan atau melalui mulut. Dapat digunakan obat yang mengandung lemak, jodium sulfa atau asam salisilat. Untsapi dapat digunakan Na-kaprilat 20 % dengan disemprotkan.

Pada kuda dapat digunakan Narichloromethethyl-thiotetrahydropthalimide. Jika perubahan kulit hanya terbatas, dapat dipakai larutan asam lemak seperti Sapronal atau Naprylat. Untuk perubahan kulit yang akut dapat digunakan asam borax 2-5 % Kalium permanganat 1:5000. Untuk luka menahun, kulit tebal, hiperpigmentasi dan keropeng dapat digunakan Carbowax yang telah mengandung fungisida. Obat lain yang bisa dipergunakan adalah asam benzoat 6 % dan resareinol 1-10 % di samping obat olesan tersebut di atas, dapat dipergunakan gliserofulvin dan hasilnya cukup memuaskan.

Untuk lesi kecil digunakan 2 % miconazole cream atau larutan thiabendazole setiap hari sampai sembuh. Bila lesi berkembang dapat digunakan 0,5 % sulfur atau 1:300 larutan Captan sebagai pencuci 2 kali seminggu. Untuk penyakit kronis, diberikan obat sistemik, seperti microcrystallin griseofulvin. Dosis untuk anjing 40-120 mg/kbb/hari 1 kali dicampur dengan makanan yang berlemak tinggi. Pengobatan dilanjutkan selama 2 minggu setelah sembuh dari lesi atau pemeriksaan pada kultur negatif. Kucing tidak boleh lebih dari 60 mg//kbb/hari karena menyebabkan toksisitas pada sumsum tulang. Bagi hewan yang resisten terhadap griseofulvin diberi ketoconazole 10-30 mg/kbb/hari, walaupun obat ini belum dibuktikan pemakaiannya untuk hewan.

Natamycin-S telah digunakan dengan hasil yang bervariasi. Di Afrika, pengobatan dengan tumbuhan lokal rupanya efektif. Buah dari Solanum acueastrum, juga solanum dari berbagai spesies lain digunakan sebagai obat ringworm oleh penduduk setempat. Larutan formaldehyde 10 % yang disuntikkan secara intra muskuler dengan dosis 1 mI/kgBB berhasil menyembuhkan 9 dari 10 anak sapi yang terinfeksi dengan T.verrucosum dalam 15-20 hari, sedang kontrol yang disuntik dengan larutan saline tetap menunjukkan adanya lesi ringworm.

Ringworm adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cendawan yang bersifat keratinofi lik pada permukaan kulit atau bagian dari jaringan lain yang mengandung keratin (bulu, kuku, rambut dan tanduk) baik pada hewan maupun manusia. Beberapa spesies cendawan bersifat zoonosis karena hewan penderita dapat merupakan sumber penularan pada manusia dan sebaliknya.

Mortalitas penyakit rendah, namun kerugian ekonomis dapat terjadi karena mutu kulit yang menurun atau berat badan turun karena hewan selalu gelisah. Penyakit ini sering dijumpai pada hewan yang dipelihara secara bersama-sama dan merupakan penyakit mikotik yang tertua di dunia.

1. Spesies rentan

Ringworm dapat menginfeksi hewan antara lain sapi, kuda, anjing, kucing dan unggas, demikian pula dapat menyerang manusia. Banyak jenis Ringworm yang sangat kontagius, yaitu ringworm pada kucing, anjing, kuda dan sapi mudah menular ke manusia.

Hewan lain yang rentan terhadap cendawan ini antara lain kelinci, cavia, chinchillas, mencit, rat, kalkun, kera. Kadang-kadang terjadi pada oposum, tikus air dan jarang pada babi, kambing, burung liar, keledai.

2. Pengaruh Lingkungan

Ringworm tersebar luas di negara tropis, beriklim panas atau sedang terutama jika udara lembab. Walau demikian distribusi geografis penyakit ini bervariasi. Di negara yang mempunyai 4 musim, kasus yang paling sering terjadi pada musim dingin dan musim semi. Menurut British report, hal ini merupakan indikasi adanya variasi dalam musim. Di samping itu ada perbedaan geografis yang menarik yang berhubungan dengan penyakit endemik Dermatophyton dimana Microsporum canis merupakan agen penyebab kurang lebih 95 pada kucing dan 70 pada anjing di Amerika utara.

3. Sifat Penyakit

Ringworm cepat menular di antara kelompok hewan (morbiditas tinggi) dengan mortalitas yang rendah. Zoofi lik dermatophytosis dapat menyebabkan epidemik pada manusia. Kaplan dkk melaporkan bahwa dari 360 anjing penderita ringworm, 10 pemiliknya mengalami infeksi, demikian juga 30 pemilik kucing yang terinfeksi menderita penyakit ini. Perlu dicatat, bahwa hewan liar juga bisa menjadi reservoir dari ringworm.

Hasil penelitian Zurich dari 12.520 anak sapi penderita ringworm di abatoir (Rumah Potong Hewan) selama tahun 1989, menunjukkan bahwa prevalensi ringworm 7 dengan maksimal 12,8 pada bulan JuIi dan minimun 5,1 % pada bulan Maret. Prevalensi ringworm lebih tinggi pada peternakan dengan kelompok yang besar dibanding dengan kelompok kecil.

Sistem manajemen kontinyu memberikan prevalensi 51 dibanding dengan sistem all in all out 28 .

Bentuk yang dapat dikenali dari kulit manusia hampir sama dengan infeksi pada kulit kucing atau hewan lainnya. Bulat kemerahan dengan lesi menyerupai kawah yang terkadang berisi air, rasa gatalnya teramat sangat, apabila digaruk akan semakin besar dan melebar dengan lesi yang semakin dalam. Penyembuhan secara total pada hewan maupun manusia perlu dilakukan, penanganan yang tidak tuntas memungkinkan cendawan tumbuh kembali sehingga lebih sulit dibasmi.

4. Cara Penularan

Penularan penyakit ini melalui kontak langsung bersentuhan antara hewan penderita dengan hewan sehat, meskipun persentuhan tersebut tidak selalu menimbulkan penyakit. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya persaingan antara cendawan itu sendiri dengan organisme yang sudah menetap lebih dahulu pada kulit. Perkembangan penyakit tergantung interaksi antara inang dengan cendawan tersebut, sehingga perubahan kulit tidak selalu berbentuk cincin. Terutama bila diikuti dengan infeksi sekunder.

Penularan dari hewan ke manusia dan sebaliknya kadang terjadi terutama Microsporum canis. Peralatan untuk perawatan hewan, sadel dan pakaian kuda sering sebagai penyebab penularan penyakit.

5. Faktor Predisposisi

Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi dapat memudahkan tumbuhnya cendawan.

Hal ini yang memfasilitasi banyaknya infeksi cendawan pada hewan piaraan maupun hewan besar, seperti sapi dan hewan ternak lainnya. Faktor lain yang dapat menjadi predisposisi terjadinya infeksi cendawan selain udara yang lembab, juga pada musim dingin atau hujan terutama dalam keadaan basah dapat meningkatkan kejadian infeksi cendawan. Ringworm merupakan salah satu penyakit kulit yang paling umum pada sapi.

  1. Distribusi Penyakit

Distribusi geografis penyakit ini bervariasi Microsporum canis tersebar luas di dunia, sedangkan Trichophyton concentricum diketahui hanya berada pada daerah geografis tertentu.

Penyakit ini banyak dijumpai di Indonesia meskipun publikasinya belum banyak. Ringworm banyak ditemukan pada pasien hewan kesayangan seperti anjing dan kucing.

Referensi: http://wiki.isikhnas.com/images/b/b9/Manual_Penyakit_Hewan_Mamalia.pdf

Dermatophytosis atau lebih dikenal dengan istilah ringworm merupakan penyakit pada kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur. Jamur yang biasa menginfeksi kucing dan anjing adalah jamur spesies Microsporum canis, selain itu spesies Trichophyton mentagrophytes dan M persicolor juga menyebabkan infeksi pada kucing.

Ringworm merupakan penyakit kulit yang menular antar hewan ke hewan, dan merupakan penyakit zoonotik (penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya).

Infeksi jamur dapat menular akibat kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, atau dapat ditularkan melalui kontak tidak langsung melalui kandang ataupun alat grooming yang mengandung spora jamur. Spora jamur yang melekat pada kulit dan rambut hewan sehat kemudian dapat berkembang apabila kondisi tubuh tidak baik, seperti pada kelembaban yang tinggi. Kelembaban yang tinggi pada rambut kucing dapat terjadi karena proses pemandian yang tidak sempurna karena kurang kering dalam pengeringan, bisa juga karena kondisi kandang atau tempat yang lembab.

Gejala klinis infeksi jamur pada Kucing

  1. Adanya kerontokan rambut, adanya alopesia (kebotakan) pada beberapa bagian,
  2. Bentuk lesi (luka) berbentuk bulat,
  3. Terlihat kemerahan pada bagian kulit yang terinfeksi dan membentuk luka kemerahan seperti ring / lingkaran,
  4. Terkadang terdapat ketombe pada kulit.

Kondisi tersebut dapat diperparah dengan adanya infeksi sekunder bakteri, karena beberapa kucing akan menggaruk kulit yang terinfeksi. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, tetapi pada kucing muda (kitten) lebih rentan terkena infeksi jamur. Apabila mendapati tanda-tanda tersebut ada baiknya pemilik segera memeriksakan keadaan hewan kesayangan kepada dokter hewan agar mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.