Apa yang anda ketahui tentang pencemaran merkuri pada air dan tanah?

Pencemaran merkuri merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi Indonesia saat ini. Racun merkuri sangat berbahaya bagi manusia, mulai dari menyebabkan cacat hingga meninggal.

Merkuri bersifat toksik dan terakumulasi di dalam tubuh makhluk hidup, sehingga sangat berbahaya apabila terlepas di lingkungan. Merkuri beracun dalam bentuk apapun. Perbedaannya hanya pada bagaimana merkuri diserap, ditransformasi ke bentuk merkuri lain, gejala klinis yang ditimbulkan, dan respon pengobatannya.

Keracunan merkuri bisa melalui inhalasi, digesti, injeksi atau penyerapan melalui kulit. Bentuknya dapat terbagi ke dalam 3 bagian: logam merkuri (dikenal juga sebagai unsur merkuri), anorganik merkuri, dan organik merkuri. Merkuri yang bereaksi dengan bakteri tertentu dapat membentuk metil merkuri (MeHg) yang bersifat sangat beracun. Metil merkuri inilah yang menjadi jalur utama pencemaran merkuri di dunia.

Pada manusia, 70-80% penyerapan merkuri melalui cara inhalasi dimana kurang dari 3% diserap melalui kulit. Jika logam merkuri tertelan melalui mulut, kurang dari 0.1% diserap oleh saluran pencernaan. Unsur merkuri sangat mudah larut dalam lemak, yang memfasilitasinya berdifusi dari alveolus ke sistem sirkulasi. Penyebarannya pada bagian lipofilik tubuh melewati selaput otak dan sistem saraf pusat serta plasenta.

Akumulasi terbesar dari merkuri anorganik berada pada ginjal. Paparan akut merkuri melalui inhalasi menyebabkan gejala pada sistem pernapasan. Tanda dan gejala yang ditunjukan meliputi demam, rasa meriang, napas pendek, rasa logam pada lidah, rasa sakit pada dada, dianggap membingungkan karena gejalanya pada demam logam ‘metal fume fever’.

Paparan akut yang fatal menyebabkan kerusakan pada saluran pernapasan. Paparan kronis biasanya terjadi karena perubahan logam merkuri menjadi metil merkuri. Individu yang terpapar pada kondisi kronis tidak menunjukan adanya gejala yang jelas, termasuk anoreksia, kelelahan, penurunan berat badan, gangguan penglihatan dan pendengaran, sampai kelemahan otot yang mengindikasi penyakit lainnya (Broussard dkk, 2002).

Kasus pencemaran luar biasa terkait merkuri pernah terjadi di Minamata, Jepang yang kemudian dikenal dengan Minamata Disease. Penyakit Minamata merupakan 1 dari 10 bencana lingkungan versi majalah Time pada tahun 2010. Pencemaran tersebut terjadi akibat adanya pencemaran industri Chisso Corp., yang membuang merkuri dan logam berat lainnya dalam jumlah yang besar ke Teluk Minamata. Metil merkuri terbentuk akibat bioproses antara bakteri dan logam merkuri. Senyawa ini kemudian termakan oleh ikan-ikan dan terakumulasi hingga ke manusia.

Pada dasarnya mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui dengan jelas. Namun, untuk daya racun merkuri dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Pertama, kerusakan tubuh yang disebabkan oleh merkuri pada umumnya bersifat permanen.

  • Kedua, masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik yang berbeda seperti daya racunnya, distribusi, akumulasi atau pengumpulan, dan waktu retensinya (penyimpanan) di dalam tubuh.

  • Ketiga, semua komponen merkuri dalam jumlah cukup, maka akan beracun terhadap tubuh.

  • Keempat, merkuri dapat berpengaruh terhadap tubuh, karena dapat menghambat kerja enzim dan menyebabkan kerusakan sel. Sifat-sifat membran dari dinding sel akan rusak karena pengikatan dengan merkuri, sehingga aktivitas sel dapat terganggu.

  • Kelima, transformasi biologi dapat terjadi pada lingkungan atau di dalam tubuh, di mana komponen merkuri diubah menjadi bentuk lain.

Siklus dan Pencemaran Merkuri


Secara alamiah merkuri terdapat di lingkungan yaitu pada bebatuan, tanah, udara dan air. Pencemaran merkuri dapat terjadi salah satunya karena aktivitas gunung berapi. Selain itu, merkuri dapat juga ada di lingkungan karena aktivitas manusia (antrophogenik) seperti pembuangan secara langsung limbah industri, baik limbah padat maupun limbah cair, tetapi dapat pula melalui udara karena banyak industri yang membakar begitu saja limbahnya dan membuang hasil pembakaran ke udara tanpa melalui pengolahan lebih dulu.

Banyak orang beranggapan bahwa dengan cara membakar maka limbah beracun tersebut akan hilang, padahal sebenarnya kita hanya memindahkan dan menyebarkan limbah beracun tersebut keudara. Pencemaran dengan cara ini lebih berbahaya karena udara lebih dinamis sehingga dampak yang diakibatkannya juga akan lebih luas dan membersihkan udara jauh lebih sulit.

Daur Merkuri (Mercury Cycle)


Logam merkuri adalah logam berat yang mempunyai toksisitas tinggi, apabila tidak dikendalikan akan mengakibatkan dampak negatif bagi kehidupan. Pengolahan emas yang dilakukan rakyat adalah dengan cara amalgamasi, dimana prinsip amalgamasi ini adalah pembahasan bahan emas dengan merkuri sehingga membentuk amalgam (paduan emas dengan merkuri) yang dengan mudah dapat dipisahkan secara pengekspresan dengan kain.

Dari penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pencemaran lingkungan terutama disebabkan:

  1. Lumpur limbah amalgamasi yang dibuang ke sungai menjadi keruh

  2. Adanya merkuri (Hg) yang terbawa oleh Lumpur/limbah padat turun masuk ke sungai

  3. Uap merkuri pada saat pembakaran amalgaman untuk mendapatkan bulhan (campuran emas/perak) uap merkuri ini dapat terhirup oleh pekerja karena dilakukan di tempat terbuka dan para pekerjanya tidak menggunakan masker. (Sunardi,. www.menlh.go.id)

Mekanisme Toksisitas Merkuri


Ada tiga bentuk merkuri yang toksisk terhadap manusia ialah merkuri elemen (merkuri murni), bentuk garam inorganic dan bentuk organic. Bentuk garam inorganic Hg dapat berbentuk merkuri (Hg2+) dan bentuk merkuro (Hg+), dimana bentuk garam merkuri lebih toksok daripada merkuro.

Gejala Toksisitas Merkuri

Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik karena terjadinya proses presipitasi protein, menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Elemen Hg dapat menembus membran sel karena ia mempunyai sifat mudah sekali larut dalam lipida, sehingga mudah sekali menembus barier darah otak yang akhirnya terakumulasi di dalam otak.elemen Hg sangat mudah sekali teroksidasi untuk membentuk merkuri oksida (HgO). Toksisitas Kronik dari kedua bentuk merkuri ini akan berpengaruh pada jenis organ yang berbeda yaitu saraf pusat (otak) dan ginjal.

Keracunan merkuri yang akut dapat menyebabkan kerusakan perut dan usus, gagal kardiovaskuler (jantung dan pembuluhnya), dan gagal ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian. Gejala-gejala kronis karena senyawa merkuri anorganik maupun organic-korban pencemaran makanan- mencakup cacat lahir, kerusakan system saraf pusat dan ginjal. Ada dugaan juga kerusakan genetik.

Gejala awal keracunan merkuri kronis antara lain kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan.

Toksisitas uap merkuri melalui saluran pernapasan (inhalasi), mempunyai kapasitas tinggi untuk terdifusi melalui paru-paru ke dalam darah, kemudian ke otak yang dapat berakibat terjadinya kerusakan system saraf pusat. Arilmerkuri yang masuk ke dalam tubuh seperti fenil merkuri asetat (FMA), segera akan terpecah menjadi komponen merkuri anorganik, oleh sebab itu juga tidak mengumpul di dalam tubuh dalam jumlah yang membahayakan. Merkuri anorganik pada umumnya dalam bentuk komponen dan tinggal di dalam tubuh tidak dalam waktu yang lama sehingga tidak terkumpul dalam jumlah yang membahayakan, sedangkan toksisitas kronik yang ditimbulkannya dapat menyerang ginjal.

Metilmerkuri merupakan komponen merkuri yang beracun, dapat mencemari lingkungan baik langsung maupun tidak langsung, sengaja maupun tidak sengaja. Pencemaran metilmerkuri secara langsung dan sengaja seperti penggunaan benih dan biji-bijian. Sedangkan yang secara langsung dan tidak sengaja seperti penggunaan pada industri, berupa limbah yang terbuang ke lingkungan. Elemen merkuri dan komponen alkil merkuri masuk ke dalam otak akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur protein dan system enzim, sehingga sinoptik dan transmisi neuromuskuler diblok. (Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemara.: Universitas Indonesia. Bogor)

Alkilmerkuri merupakan komponen organomerkuri yang berbahaya karena mempunyai sifat-sifat antara lain:

  • Dapat dibentuk dari merkuri anorganik oleh aktivitas mikroorganisme anaerobic tertentu.

  • Mudah melakukan penetrasi dan terkumpul di dalam tenugan otak karena komponen ini mudah menembus membrane biologi.

  • Mempunyai waktu retensi yang lama di dalam tubuh sehingga konsentrasi di dalam tubuh semakin tinggi, meskipun dosisnya rendah.

Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Metilmerkuri dan uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain, sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam, garam, maupun metilmerkuri dapat merusak secara permanen otak, ginjal, maupun janin. Pengaruhnya pada fungsi otak dapat mengakibatkan tremor, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata.

Badan lingkungan di Amerika (EPA) menentukan bahwa merkuri klorida dan metilmerkuri adalah bahan karsiogenik. Anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa terhadap merkuri. Merkuri di ibu yang mengandung dapat mengalir ke janin yang sedang dikandungnya dan terakumulasi di sana. Juga dapat mengalir ke anak lewat susu ibu. Akibatnya, pada anak dapat berupa kerusakan otak, retardasi mental, buta, dan bisu. Bahkan, masalah pada pencernaan dan ginjal juga dapat terjadi. (ISO,. 14001)

Standar Kandungan Merkuri


Standard yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah sebagai berikut:

  • Di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)).

  • Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta gram) atau satu gram dalam 10 ton makanan.

  • Di udara 0,1 mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m3, 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari).

Waktu paruh dari metilmerkuri pada tubuh manusia sekitar 70 – 90 hari. Konsentrasi merkuri dalam darah sekitar 10-20 Mg%, biasanya belum menimbulkan gejala toksisitas, tetapi pada konsentrasi sekitar 50-100 Mg %, biasanya akan mulai menunjukkan keracunan.

Kandungan merkuri dapat selalu meningkat sesuai dengan proses perubahan badan air sungai yang menjadi asam oleh hujan asam. Secara alamiah kandungan merkuri dalam ikan air tawar hanya sekitar 100-200 Mg/Kg (0,1- 0,2 ppm), tetapi pada daerah yang terkontaminasi kandungannya dapat meningkat sampai mencapai 9000-22000 (9-22 ppm). (Darmono,. Lingkungan Hidup dan Pencemaran).