Apa yang anda ketahui tentang pemikiran filsafat dari Plato?

Plato

Plato adalah filsuf Yunani yang sangat berpengaruh, murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan “ideal”. Dia juga menulis ‘Hukum’ dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.

Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai “kebajikan” dan “kebenaran”.

Teori Pengetahuan dan Realitas – rasionalisme, intuisisme, doktrin ide, dualisme, platonisme, idelaisme platonic, realisme platonic, idealisme klasik. Bersama Democritus, Plato memulai dari persepsi Protagoras tentang teori ilmu pengetahuan. Nalar dan pandangan menemukan universal dalam fenomena perseptual, yakni ide atau bentuk realitas yang dapat dimengerti (rasionalisme dan intuisisme).

Menurut Plato, ilmu pengetahuan berkembang melalui tiga tahap, yang berkorespondensi, secara relatif, dengan perkembangan tiga tingkatan jiwa, yaitu :

  1. doxa – opini atau keyakinan yang secara langsung berasal dari indra
  2. diannoia – pemahaman rasional atau diskursif;
  3. neois – intuisi ide langsung.

Selain itu, menurut Plato, ilmu pengetahuan memiliki dua objek, yaitu :

  1. Apa yang sebenarnya terjadi, yakni wujud (being), esensi (ousia), ide, dan bentuk; dan

  2. Kebajikan, kebajikan hanya didapat melalui pengetahuan yang benar (dan) pengetahuan itu sendiri adalaha wujud yang benar (windelband).

Teori Plato tentang ilmu secara sederhana dapat dilihat pada gambar garis terbagi (figure of divided line), yang dapat dilihat pada gambar berikut,

Plato

Menurut Plato, ide adalah sesuatu yang

  1. abadi dan sempurna;

  2. nyata – ”bentuk” dari realitas yang sebenarnya, pengetahuan yang membentuk kebajikan, ”spesies konsep kelas” (eindelband);

  3. disugestikan, diperkirakan, atau ditiru oleh sesuatu dari dunia fenomena;

  4. diserap oleh nalar dan intuisi;

  5. objektif – tidak tergantung pada pikiran atau yang mengetahui (knower), bila dibandingkan dengan idealisme modern;

  6. terdapat pada hierarki di bawah ide yang lebih tinggi dan universal tentang yang ada, kebajikan, indah, dan kebenaran yang terlibat dalam ide kebajikan secara pasti;

  7. mengarah kepada ide kebajikan sebagai batas akhir, tujuan akhir (teologi);

  8. ideal yang dapat dipahami, yang membentuk perubahan terus-menerus tanpa akhir atau berubah menjadi fenomena;

  9. terpatri dalam jiwa (pikiran) melalui sebuah proses rekoleksi atau memori tentang eksistensi masa lalu.

Sedangkan, menurut Plato, terdapat dua macam realitas yang paling utama, yaitu :

  1. ide-ide yang nyata secara independen; dan

  2. fenomena yang nyata tetapi tidak independen.

Terhadap dua realitas ini dapat ditambahkan dengan agen atau pencipta – Tuhan – yang membentuk dunia berdasarkan ide-ide itu.

Fenomena meliputi dunia ruang-waktu yang mendekati dunia ide yang abadi dan nyata.

Plato juga membahas terkait dengan jiwa manusia. Poin-poin pemikiran Plato terkait dengan jiwa antara lain adalah sebagai berikut :

  • Jiwa telah ada sejak semula dan abadi (doktrin keabadian - phaeo).

  • Jiwa terhubung pada jasad sebagai fenomena (proses menjadi) ide-ide (being).

  • Jiwa membawa kehidupan dan pengetahuan kepada jasad.

  • Jiwa mengukuhkan hubungan dengan jasad melalui tiga fungsi:

    1. Selera – dorongan atau ketertarikan rasa (epithymia) yang berasal dari perut;

    2. Keinginan – ambisi atau energi spiritual (thymos) yang bersumber pada dada; dan

    3. Nalar – pandangan atau pemahaman (neosis) yang bersumber pada pikiran dan berkorespondensi dengan, sebagaimana halnya rindu, dunia ide yang abadi.

  • Jiwa (pikiran) mirip dengan kereta perang; dua kuda – selera dan keinginan – yang menggerakannya di bawah bimbingan nalar.

Menurut Plato, keharmonisan masyarakat secara analogis terkait dengan keharmonisan fungsi jiwa. Realisasi keharmonisan fungsional yang ideal adalah keadilan itu sendiri. Keadilan menuntut kesederhanaan selera dengan pengendalian keinginan dan pencarian (eros) dan akhirnya mendapat pengetahuan tentang kebajikan (symposium).

Plato juga membahas terkait dengan realitas, yang dikenal dengan Teori Realitas. Poin-poin pemikiran Plato terkait dengan realitas antara lain adalah sebagai berikut :

  • Realitas adalah Yang Satu, sumber semua eksistensi yang memancar dan tempat kembali semua yang ada, dimana realitas adalah sifat Yang Satu itu untuk beremanasi.

  • Emanasi mulai dari ide-ide yang membentuk eksistensi penghubung antara wujud (Yang Satu) dengan Yang Takberwujud (nonbeing). Ide-ide memancarkan jiwa, yang selanjutnya memancarkan jasad dan materi.

  • Materi merupakan emanasi terakhir dalam pluralitas sesuatu yang secara fisik memiliki bentuk eksistensi negasi tetapi pada hakekatnya ia adalah Tiada atau ketiadaan Wujud.

  • Jiwa bersifat individual dan menggerakkan jasad. Jiwa selalu mencari tujuan akhirnya dengan membebaskan diri dari materi (Yang tak berwujud) dan kembali kepada Yang Satu (Wujud).

Berikut adalah diagram dari teori realitas Plato,

EMANASI NEOPLATONIK
↓ ↑
Yang Satu (Wujud)
↓ ↑
Dunia Pikiran (Ide-ide)
↓ ↑
Dunia Jiwa (Jiwa-jiwa)
↓ ↑
Materi (Yang Tak berwujud)