Apa yang anda ketahui tentang Kusumawardhani : Rajaputri kerajaan Majapahit ?

Kusumawardhani

Kusumawardhani merupakan putri mahkota sekaligus Bhre Kabalan kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk. Setelah raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389, Kusumawardhani naik menjadi Rajaputri Majapahit.

Apa yang anda ketahui tentang Kusumawardhani : Rajaputri kerajaan Majapahit ?

Kusumawardhani merupakan putri mahkota dari Raja Hayam Wuruk dan permaisurinya yang bernama Sri Sudewi. Setelah kematian raja Hayam Wuruk, raja kedelapan yang memerintah kerajaan Majapahit adalah Wikramawardhana dengan Gelar Hyang Wasesa.

Pergantian kekuasaan sepeninggal raja Hayam Wuruk tidak berjalan lancar seperti pada pergantian kekuasaan sebelumnya, karena Bhre Wirabumi keberatan dengan pengangkatan Wikramawardhana sebagai raja kerajaan Majapahit. Bhre Wirabumi merasa lebih berhak dibandingkan Wikramawardhana karena Bhre Wirabumi merupakan anak dari raja Hayam Wuruk, walaupun hanya dari seorang selir.Selain itu, Bhre Wirabumi merupakan anak angkat Bhre Daha, yang merupakan adik raja Hayam Wuruk.

Disisi lain, Wikramawardhana juga merasa berhak atas tahta kerajaan Majapahit, walaupun hanya seorang suami dari putri mahkota raja Hayam Wuruk, Wikramawardhana merupakan anak Singawardhana dan Bhre Lasem dari Paguhan. Bhre Lasem merupakan adik perempuan raja Hayam Wuruk.

Untuk menghindari pertikaian yang lebih luas, pada tahun 1400, Sri Wikramawardhana mundur dari tahta Raja majapahit dan digantikan oleh Kusumawardani, yang merupakan putri Mahkota dari raja Hayam Wuruk.

Pada tahun 1401 terjadi ketegangan kembali antara Bhre Wirabumi dan Rajaputri Kusumawardhani karena diangkatnya anak Wikramawardhana dan Kusumawardhani, yaitu Suhita, sebagai putri mahkota kerajaan Majapahit. Ketegangan tersebut semakin membesar hingga pada tahun 1403 terjadilah peperangan besar antara kerajaan Majapahit dengan Blambangan (Bhre Wirabumi) yang dikenal dengan sebutan perang dua tahun atau Perang Paregreg. Dalam perang Paregreg tersebut, Bhre Wirabumi mengalami kekalahan dan melarikan diri. Dalam pelariannya, Bhre Wirabumi ditangkap oleh Ratu Anggaphaya Bhre Narapati dan dipenggal kepalanya dan kepalanya tersebut dibawa ke Majapahit.

Dalam peperangan tersebut, terdapat sekitar 170 orang utusan kaisar Cina yang berada di Blambangan ikut terbunuh. Akibat kematian utusan kaisar Cina tersebut, kerajaan Majapahit mengirim utusannya ke kerajaan CIna dan meminta maaf. Kaisar Cina meminta ganti rugi sebesar 60.000 tail emas, tetapi hanya dibayar 10.000 tail emas.

Akibat perang tersebut, perekonomian kerajaan Majapahit mengalami krisis dan kekuatan militernya-pun juga menjadi lemah, sehingga banyak kerajaan-kerajaan yang melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Referensi :

Siwi Sang, GIRINDRA: Pararaja Tumapel-Majapahit, Pena Ananda Indie Publishing, Desember 2013.