Kopi merupakan salah satu tumbuhan dalam famili Rubiaceae yang banyak dibudidayakan di negara tropis. Kopi pertama kali ditemukan pada abad ke-9 oleh bangsa Ethiopia yang memanfaatkan kopi sebagai jenis makanan penambah energi “energy bar”. Jenis kopi yang banyak dibudidayakan pertama kali adalah kopi arabika ( Coffea arabica L.). Kopi tersebut pertama kali dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1696. Namun demikian, jenis kopi arabika tidak tahan terhadap penyakit karat daun ( Hemileia vastatrik) sehingga budidaya kopi mengalami kemunduran. Sebagai penggantinya, petani di Indonesia mulai membudidayakan kopi jenis liberika ( C. liberica Bull ex. Hiern ) pada pada tahun 1875. Akan tetapi, kopi liberika juga tidak tahan terhadap penyakit karat daun. Pada awal abad ke-19, petani di Indonesia mulai mengenal kopi robusta ( C. canephora var. Robusta) dan membudidayakannya karena jeni kopi tersebut tahan terhadap penyakit karat daun. Pada saat ini, kopi robusta banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah wilayah pulau Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi (van Steenis et al ., 2008).
Morfologi Kopi
Kopi memiliki sistem perakaran tunggang dengan kedalaman akar utama kurang dari 1 meter. Akar lateral tumbuh dan berkembang dengan panjang sekitar 3–4 meter. Akar pada kopi 90 % berada pada lapisan tanah dengan kedalaman kurang dari 30 cm ( van der Vossen et al ., 2000). Kopi merupakan tanaman perdu dengan batang berkayu yang memiliki tinggi antara 2 - 4 meter. Batang kopi memiliki dua tipe percabangan yaitu cabang orthotrop dan cabang plagiotrop. Cabang orthotrop adalah cabang yang tumbuh tegak serta tidak menghasilkan bunga, sedangkan cabang plagiotrop adalah cabang yang tumbuh mendatar dan berfungsi sebagai penghasil bunga (van Steenis et al ., 2008).
Daun tanaman kopi bertangkai pendek sekitar 1 cm **(van Steenis et al ., 2008) dan berbentuk memanjang ( oblongus ) dengan ukuran panjang berkisar 20 – 30 cm dan lebar 10 – 16 cm, dengan ujung daun meruncing dan pangkal daun membulat atau berbentuk baji (van Steenis et al ., 2008). Daun kopi bertepi rata dengan permukaan helaian daun mengkilap dan permukaan bagian atas berwarna hijau gelap serta permukaan daun bagian bawah berwarna hijau lebih terang (van der Vossen et al ., 2000).
Pada umumnya, tanaman kopi mulai berbunga setelah berumur 1 sampai 2 tahun. Bunga kopi tumbuh dari ketiak daun pada cabang plagiotrop, memiliki tangkai bunga dengan susunan yang berkelompok, masing- masing kelompok terdiri dari 4–6 kuntum bunga (van Seenis et al ., 2008). Tangkai bunga berukuran 1 mm dengan kelopak bunga berwarna hijau, serta memiliki mahkota berjumlah 5–7 buah yang berwarna putih dan berbau harum, sedangkan tabung mahkota memiliki panjang sekitar 15–18 mm dan lebar sekitar 2–3,5 mm. Bunga kopi memiliki tangkai putik yang berukuran kecil dengan posisi menjulang jauh ke luar tabung dengan dua cabang yang panjangnya berukuran 5 mm. Benang sari terdiri dari 5–7 helai, sedangkan kepala sari memiliki panjang yang berukuran 5 mm dan memiliki tangkai sari dengan panjang 3–4 mm (van Seenis et al ., 2008).
Apabila bunga sudah dewasa, akan terjadi penyerbukan dengan membukanya kelopak dan mahkota yang akan berkembang menjadi buah. Penyerbukan yang terjadi pada tanaman kopi robusta merupakan jenis penyerbukan silang (Sudarka et al ., 2009). Penyerbukan ini terjadi karena kedudukan tangkai putik pada kopi robusta menjulang tinggi dari posisi benang sari, sehingga kemungkinan benang sari dapat jatuh di tangkai putik sendiri sangat kecil (Sudarka et al ., 2009). Selain itu, kopi robusta memiliki sifat self- incompatibility yaitu apabila terjadi penyerbukan sendiri, maka buluh sari tidak terbentuk sehingga tidak terjadi pembuahan (van der Vossen et al ., 2000).
Buah kopi bertipe batu dan berbentuk bulat telur dengan diameter sekitar 15-18 mm (van Steenis et al ., 2008). Buah kopi muda berwarna hijau dan berwarna merah jika telah masak (van Steenis et al ., 2008). Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah kopi terdiri dari atas 3 lapisan yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp), sedangkan biji kopi terdiri dari dua bagian, yaitu kulit biji ( kulit ari ) dan endosperma (putih lembaga; . Pada umumnya, di dalam buah kopi terdapat biji sebanyak 2 butir biji yang berwarna coklat. Biji kopi tersebut berbentuk elips dengan panjang antara 8-12 mm (van der Vossen et al ., 2000).
Varietas Kopi
Berdasarkan varietasnya ada sekitar 80 jenis kopi di dunia, namun ada dua jenis kopi yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan diperdagangkan secara komersil yaitu kopi arabika ( Coffea arabica L.) dan kopi robusta ( C. canephora Pierre var robusta ; van Steenis et al ., 2008).
-
Kopi Arabika merupakan jenis kopi yang pertama kali masuk di Indonesia sekitar abad ke-17. Kopi arabika tumbuh baik pada daerah tropis maupun sub tropis pada suhu sekitar 18-22 oC (van Steenis et al ., 2008). Pada daerah tropis (7o LU-7o LS) kopi arabika tumbuh pada ketinggian 1000–2100 meter di atas permukaan laut (dpl), sedangkan pada daerah sub tropis (9o LU-23o LU dan 9o LS - 23o LS) kopi arabika tumbuh pada ketinggian 300 – 1100 m dpl (van der Vossen et al ., 2000). Pada saat ini, kopi arabika banyak dibudidayakan di Indonesia seperti Sumatra utara, Aceh, Lampung, dan beberapa propinsi di pulau Sulawesi, Jawa dan Bali (Panggabean, 2011)
Secara morfologi, buah kopi arabika berwarna hijau dan berubah menjadi merah apabila sudah masak. Buah kopi berbentuk lonjong (ovoid-ellpsoidal) memiliki diameter sekitar 8-15 mm dengan panjang 12-18 mm. (van der Vossen et al ., 2000). Biji kopi arabika memiliki berat sekitar 0,45-0,5 gram per biji dengan kandung kafein berkisar 0,6 - 1,7 %. (van der Vossen et al ., 2000). Selain itu, biji kopi arabika memiliki harga jual yang tinggi karena memiliki rasa yang manis dan memiliki aroma yang kuat (Ibrahim et al., 2013).
-
Kopi Robusta merupakan jenis kopi yang mulai banyak dibudidayakan di Indonesia pada abad ke-19. Kopi robusta tumbuh ideal di daerah tropis pada ketinggian 100 – 800 m dpl dengan suhu sekitar 21-24 0C (van der Vossen et al ., 2000). Kopi robusta mampu beradaptasi dengan lingkungannya lebih baik dibandingkan dengan kopi arabika. Kopi robusta juga lebih tahan terhadap penyakit karat daun dibandingkan dengan kopi arabika (van Steenis et al ., 2008). Oleh karena itu, 90 % kopi yang dibudayakan di Indonesia adalah kopi robusta (Prastowo et al ., 2010). Pada saat ini, kopi robusta banyak dibudidayakan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Aceh (van der Vossen et al ., 2000).
Secara morfologi buah kopi robusta berbentuk bulat telur bola (ovoid- globose) memiliki biji yang berukuran lebih pendek dibandingkan kopi arabika (8-16 mm). Selain itu, biji kopi robusta memiliki ukuran lebih ringan jika dibandingkan dengan kopi arabika sekitar 0,4 g per biji kopi dengan kandungan kafein berkisar 0,6%. Dari segi rasa, kopi robusta memiliki rasa yang kurang digemari dibandingkan dengan kopi arabika. Kandungan kafeina kopi robusta juga lebih tinggi (1,5-3,3 %; van der Vossen et al ., 2000) dibandingkan dengan kopi arabika.