Apa yang anda ketahui tentang Kerajaan Ternate ?

Kerajaan Ternate

Kerajaan Ternate yang juga sering disebut sebagai Kerajaan Gapi ini merupakan salah satu dari empat kerajaan Islam yang pernah berjaya di Kepulauan Maluku. Bahkan kerajaan yang didirikan oleh Baab Mashur Malamo ini merupakan salah satu Kerajaan Islam tertua di Nusantara.

Apa yang anda ketahui tentang Kerajaan Ternate ?

Kerajaan Ternate dibangun pada tahun 1257 dengan raja pertamanya Momole Ciko yang bergelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Latarbelakang pendirian kerajaan adalah karena ramainya penduduk Ternate yang heterogen dari berbagai bangsa, sehingga diputuskan untuk memilih seorang pemimpin. Pada awalnya, di Ternate hanya terdapat 4 kampung yang dihuni oleh warga eksodus dari Halmahera. Masing-masing kampung dikepalai oleh seorang momole (kepala marga).

Namun karena perkembangan dunia perdagangan saat itu, maka bermukim juga pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa di sana. Aktivitas perdagangan kian ramai dan ditambah lagi ancaman yang sering datang dari para perompak, maka diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja. Dan terpilih lah Momole Ciko sebagai raja pertama.

Kesultanan Ternate atau Kerajaan Gapi ini berpusat di kampung Ternate. Pada perkembangan selanjutnya, wilayah ini semakin besar dan ramai sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama). Wilayah kekuasaannya meliputi Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik. Karena semakin besar dan populernya Kota Ternate, orang kemudian lebih suka menyebut kerajaan Ternate dibanding kerajaan Gapi.

Semula di Maluku terdapat 4 buah kerajaan. yaitu Ternate. Tidore. Bacan dan Jailolo. Antara ke 4 kerajaan itu selalu terjadi perselisian untuk memperebutkan daerah penghasil rempah-rempah (= cengkeh, paladan fuli). Akhirnya kerajaan Ternatelah yang memegang kedudukan penting. Bandar Ternate menjadi pusat perdagangan rempah- rempah di Maluku Utara.

Agama Islam tersiar masuk abad 15. Sejak dulu pedagang-pedagang dari Indonesia Barat khususnya dan Jawa banyak yang datang berdagang di Maluku. Mereka membawa barang-barang kebutuhan rakyat, seperti: beras.gula merah, garam, dan textil. Sebaliknya pedagang-pedagang itu membeli rempah-rempah untuk diperdagangkan ke bandar- bandar di sekitar Selat Malaka. Sambil berdagang mereka juga menyebar atau mengsiarkan agama Islam di Maluku. Setelah disana banyak penganut agama Islam, banyak pemuda yang dikirimkan ke Jawa Timur untuk memperdalam menyempurnakan ilmu agamanya.

Adapun raja Ternate yang pertama-tama menganut agama Islam ialah Sultan Marhum (1465 - 1486). Sejak itu Ternate menjadi pusat Islam di Maluku. Pada akhir abad-16 agama Islam tersiar hingga Mindanao (Philipina Selatan), karena Mindanao menjadi daerah kekuasaan Ternate.


Gambar Istana Sultan Ternate saat ini.

Persaingan Ternate-Tidore.

Telah berabad-abad lamanya antara Ternate dan Tidore terjadi persaingan—pertentangan. Baik Ternate maupun Tidore selalu berusaha untuk menguasai sendiri seluruh hasil rempah- rempah. Hal itu menyebabkan timbulnya 2 persekutuan yang memecah persatuan rakyat Maluku.

Hubungan Ternate dengan orang Portugis.

Orang Portugis pertama kali datang di Maluku pada tanun 1512. Mereka disambut dengan baik oleh Ternate maupun Tidore. Selanjutnya baik Ternate maupun Tidore, saling berusaha untuk menarik orang Portugis ke pihaknya. Keduanya menawarkan kepada Portugis untuk mendirikan pangkalan tetap di sana serta menjadi pembeli tunggal cengkeh ;

Portugis akhirnya memilih bersekutu atau bersahabat dengan Ternate. Sebagai realisasi dan persekutuan itu, pada tahun 1 521 Portugis mendirikan benteng Santo Paolo di Ternate. Dengan benteng Santo Paolo sebagai basis kekuatannya, setapak demi setapak Portugis hendak menguasai seluruh Maluku. Sultan Ternate, yaitu Hairun dengan putranya Baabullah dipaksa untuk mengakui kekuasaan raja Portugal (1564).


Gambar Gerbang istana sultan Ternate masa lampau

Persaingan Portugis-Spanyol di Maluku.

Sultan Tidore yang merasa diabaikan oleh Portugis kemudian bersahabat dengan Spanyol (tahun 1526). Persaingan dan pertentangan antara Ternate- Portugis di satu pihak dengan Tidore Spanyol di lain pihak mengeruhkan suasana Maluku. Masing-masing pihak selalu mencari keuntungan sendiri-sendiri. Berhubung dengan kehadiran Spanyol di Maluku, raja Portugal mengajukan protes keras. karena dianggap melanggar perjanjian Tordesillas tahun 1494. Untuk melerai persengketaan antara Portugal — Spanyol mengenai soal Maluku lalu diadakan perjanjian di Saragosa pada tahun 1 529. Perjanjian tersebut antara lain : menentukan: Maluku diserahkan kepada Portugal. sedang Spanyol memperoleh Pilipina.

Rakyat Ternate mengusir orang Portugis.

Sultan Hairun yang dipaksa disuruh mengakui kekuasaan raja Portugal tidak pernah menghiraukan soal itu. Beliau tetap menjalankan politik pemerintahan atas kemauannya sendiri. Oleh sebab itulah kerjasama Ternate-Portugis makin lama makin memburuk. Hubungan yang tidak serasi lebih dirusakkan oleh sikap atau perbuatan gubernur dan orang-orang Portugis yang loba-tamak karena ingin lekas kaya. Ketika gubernur De Mesquita hendak merampas hak Sultan atas keuntungan dalam perdagangan cengkeh, Sultan mempertahankannya mati-matian. Pertempuran yang hampir pecah dapat dielakkan. Persahabatan akan diadakan kembali. Kemudian upacara perdamaian diadakan. Hairun bersumpah atas Al Qur’an Sedang De Mesquita bersumpah atas kitab Injil. Akan tetapi ketika Hairun berkunjung ka benteng Portugis, dengan tiba-tiba ía dibunuh (1570).


Gambar Peta Kepulauan Maluku

Peristiwa pembunuhan Hairun menggemparkan seluruh Ternate.

Dibawah pimpinan Sultannya yang baru, yaitu Baabullah (1 570—1 583) rakyat Ternate bangkit melawan orang Portugis. Bahkan Sultan Tidore juga membantu Baabullah. Akhirnya orang-orang Portugis dapat ditundukkàn. Orang Portugis yang menyerah diperlakukan dengan baik oleh rakyat Ternate. Setelah tahun 1575 kekuasaan Portugis di Ternate dan Maluku Utara berakhir. Selanjutnya Portugis memindahkan pusat kegiatannya ke Ambon hingga tahun 1605. Pada tahun 1 605 itu Portugis diusir dari Ambon oleh VOC.

image

Masa kebesaran dan keruntuhan Ternate.

Di bawah pemerintah Sultan Baabullah, Ternate mengalami kebesarannya. Selain Baabullah berhasil mengenyahkan kekuasaan orang Portugis dan Maluku Utara, Baabullah berhasil pula meluaskan kekuasaannya hingga Mindanao di sebelah Utara dan Hitu (Ambon) di sebelah selatan. Kekuasaan Ternate meliputi 72 pulau besar dan kecil. Sedangkan usaha Ternate untuk menguasai Tidore mengalami kegagalan. Demikian pula usahanya untuk mengusir Portugis dari Ambon.

Sepeninggal Baabullah pada tahun 1583, takhta jatuh ketangan putranya: Sahid Barkat. Lambat laun kebesaran Ternate mulai suram, karena menghadapi tekanan yang berat dari Spanyol di sebelah utara dan VOC di sebelah selatan. Kemudian setelah Spanyol memusatkan seluruh perhatiannya ke Pilipina, VOC dengan leluasa menanamkan pengaruhnya di Maluku. Sultan Ternate dan Tidore mengakui kekuasaan VOC hingga bukan lagi sebagai suatu negara yang bebas dan merdeka (pertengahan abad 17).