Apa yang anda ketahui tentang kerajaan Salawati ?

kerajaan Salawati

Apa yang anda ketahui tentang kerajaan Salawati ?

Pengaruh Agama Islam Dalam Kehidupan Potret suasana keagamaan di daerah Papua sangat unik, karena di satu sisi agama Islam telah merupakan ”agama resmi” bagi kerajaan-kerajaan di kepulauan Raja Ampat, Semenanjung Onin dan di daerah Kowiai (Kaimana). Hal ini ditandai dengan raja dan keluarganya telah memeluk agama Islam, serta adanya institusi resmi yang berkaitan pengaturan kehidupan masyarakat. Pengaruh raja umumnya sangat besar dalam membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Akan tetapi di sisi lain tampak pengamalan ajaran Islam sebagian penduduk Papua masih kurang mendalam sehingga terjadi keadaan yang kontradiktif. Diterimanya Islam sebagai agama dan jalan hidup masyarakat Papua, maka pranata-pranata kehidupan sosial budaya memperoleh warna baru. Keadaan ini terjadi karena penerimaan mereka kepada Islam sebagai agama, tidak terlalu banyak mengubah nilai-nilai, kaidah-kaidah kemasyarakatan dan kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Apa yang dibawa oleh Islam pada mulanya datangnya, hanyalah urusan-uruasan ‘ubudiyah (ibadat) dan tidak mengubah lembaga-lembaga dalam kehidupan masyarakat yang ada. Islam mengisi sesuatu dari aspek kultural mereka, karena sasaran utama dari pada penyebaran awal Islam hanya tertuju kepada soal iman dan kebenaran tauhid.

Muhammad Aminuddin Arfan seorang tokoh Muslim dari Kerajaan Islam Salawati yang turut mengantar kedatangan OC. Ottow dan GJ. Geissler –Sang Bapak Gereja di Papua–di Pulau Mansinam, dibuang dan diasingkan ke Maros karena menentang penjajahan Belanda dan meninggal di sana. Habis manis sepah dibuang.

Muhammad Aminuddin Arfan adalah orang penting di Kerajaan Salawati. Ia adalah adik kandung Raja Salawati. Pada saat itu Kerajaan Salawati merupakan bagian dari kekuasaan kerajaan Islam Ternate.
Sesuai prosedur wilayah, setiap tamu yang akan berkunjung ke Papua, mereka harus minta izin ke penguasa kawasan di Salawati yang merupakan bagian kekusaan Ternate. Itu pula yang dilakukan Kerajaan Ternate. Sembari membawa dua orang missionaris berkebangsaan Jerman, Ottow dan Geissler dengan kapal khusus berwarna putih, utusan Kerajaan Ternate pamit dulu dengan Penguasa Kerajaan Salawati, sekaligus meminta beberapa orang untuk mendampingi missionaris yang akan melakukan tugas penginjilan di pulau Mansinam, Manukwari.

Pulau Mansinam dipilih lantaran dianggap masih dihuni mayoritas Animisme. Setelah dua bulan “memperkenalkan” Ottow dan Geisler kepada kepala-kepala adat, barulah Muhammad Aminuddin Arfan kembali ke Salawati. Ironisnya, selang berapa waktu setelahnya, Muhammad Aminuddin Arfan yang memang anti Belanda ditangkap dan diasingkan di Maros. Beliau tidak diperkenankan pulang, dan dibiarkan di sana hingga wafatnya. Di sinilah liciknya para penjajah Salibis. Ditulung malah Mentung (dibantu malah melukai), kata peribahasa Jawa. Air susu dibalas dengan air tuba. Mungkin karena keadaan yang demikian itulah maka perkembangan dakwah Islam di Papua menjadi amat lambat, bahkan mungkin (pernah) terhenti sama sekali.