Apa yang anda ketahui tentang kerajaan Majapahit ?

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah berdiri di bumi Nusantara ini. Sayangnya, masih sedikit sumber yang mampu menceritakan tentang kerajaan Majapahit itu sendiri. Apa yang anda ketahui tentang kerajaan Majapahit ?

Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan di Indonesia yang berdiri pada tahun 1293-1478 Masehi dengan Raden Wijaya sebagai pendirinya, yang memerintah dari tahun 1293-1309 Masehi. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam Sejarah Indonesia.

Wilayah Kerajaan Majapahit pada awal pemerintahan Raden Wijaya mencakup Kediri, Singasari, dan Madura. Dalam perkembangannya, Majapahit sangat berpotensi menjadi kerajaan yang besar karena letaknya yang strategis. Hal ini didukung oleh beberapa faktor yakni sendi perekonomian Majapahit bersifat agromaritim meliputi bidang agraris (pertanian) dan perdagangan.

image

Letak Majapahit yang berada pada jalur perdagangan menjadikan Majapahit memiliki pelabuhan-pelabuhan yang ramai dikunjungi saudagar dari berbagai penjuru.Majapahit secara geografisterletak ditengah-tengah jalur perdagangan Nusantara, sehingga mudah memainkan peranan dalam menyatukan Nusantara dalam politik maupun ekonomi, pusatpemerintahan kerajaanmudahdijangkau dengan transportasi melalui sungai, sehingga hubungan dengan luar daerah tidak sulit untuk dilakukan. Ditinjau dari segi politik, Majapahit mewarisi nama besar dari Singasari, sehingga menjadikan Majapahit mudah memperoleh kedudukan terhormat dalam bidang politik di Nusantara (Esa Damar Pinuluh, 2010).

Sejak awal berdirinya Majapahit, pemberontakan-pemberontakan sering terjadi di dalam kerajaanyang dilakukan oleh pejabat Majapahit itu sendiri. Pemberontakan tersebut diawali oleh Rangga Lawe kepada Raden Wijaya, disebabkan adanya kecemburuan sosial terhadap pengangkatan Empu Nambi sebagai Patih Amangkubumi di Kerajaan Majapahit. Pemberontakan tersebut dimenangkan oleh pihak Raden Wijaya, dengan terbunuhnya Rangga Lawe oleh Mahisa Anabrang. Lembu Sora merupakan paman dari Rangga Lawe adalah satu-satunya orang yang tidak menerima kematian Rangga Lawe sehingga kembali mengadakan perlawanan terhadap Mahisa Anabrang. Perlawanan tersebut akhirnya dimenangkan oleh Lembu Sora. Kendatipun demikian, pejabat-pejabat pemerintahan juga melakukan hal yang sama yaitu mengadakan perlawanan demi memperjuangkan kedudukan sebagai Patih Amangkubumi dengan menggunakan politik adu domba kepada sesama pejabat-pejabat pemerintahan Majapahit (Slamet Muljana, 2005).

Hingga kepemimpinan Raden Wijaya usai dan digantikan oleh Raja Jayanagara, pemberontakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam Majapahit masih tetap ada. Pemberontakan lain yang terjadi adalah pemberontakan dilakukan Kuti” (Slamet Muljana, 1979). Setelah kepemimpinan Raja Jayanagara selesai dengan terbunuhnya ia oleh Tabib Tanca, kemudian Majapahit dipimpin oleh seorang ratu yang bernama Tribuwana Tunggadewi, dimana dalam masa pemerintahannya juga terjadi sebuah pemberontakan yang dilakukan oleh Sadeng dan Keta. Namun lagi-lagi pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh pihak kerajaan yang dipimpin oleh Gajah Mada. Pemerintahan Ratu Tribuwana Tunggadewi berakhir pada tahun 1350 Masehi dan kemudian digantikan oleh Rajasanagara atau yang lebih dikenal dengan Raja Hayam Wuruk. Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk inilah Majapahit mencapai puncak kejayaan dengan bantuan Mahapatih Gajah Mada.

Di bawah pemerintahan Gajah Mada (1313-1364) Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV menjelaskan bahwa daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo Sulawesi Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua dan sebagian Kepulauan Filipina.

Dengan demikian, sejak awal berdirinya, Kerajaan Majapahit tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa konflik dan pemberontakan. Bahkan peristiwa-peristiwa yang semacam ini tidak jarang menjadi masalah yang sangat merepotkan bagi Kerajaan Majapahit itu sendiri. Hanya pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk-lah Kerajaan Majapahit dapat dikatakan aman.

Pemerintahan Kerajaan Majapahit


Bidang Ideologi

Ekspedisi dan penguasaan wilayahpada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada membawa Kerajaan Majapahit menuju puncak kejayaan yang luar biasa. Ekspidisi Pamalayu di bawah naungan Mahapatih Gadjah Mada dan Raja Hayam Wurukberhasil menaklukkan wilayah-wilayah yang kini menjadi negara-negara di wilayah Asia Tenggara bahkan hingga benua Afrika yakni pulau Madagaskar. Untuk menjaga keutuhan wilayah kekuasaannya, Kerajaan Majapahit memiliki kitab perundang-undangan Kerajaan Majapahit yang dikenal dengan nama Kutaramanawadarmasastra . Kitab yang merupakan perpaduan dari naskah-naskah India dan disesuaikan dengan situasi politik dan sosial masyarakat Majapahit ini dijadikan kitab perundang-undangan Kerajaan Majapahit (Slamet Muljana, 1979).

Meski pada saat itu Majapahit menjadi imperialis bagi negara-negara di wilayah-wilayah yang saat ini disebut wilayah Asia Tenggara dan benua Afrika khususnya wilayah Pulau Madagaskar, bukan berarti Majapahit semena-mena dalam penguasaan terhadap negara-negara atau wilayah-wilayah kekuasaannya itu. Terbukti pada saat menuju puncak kejayaannya, terutama saat “Sumpah Palapa” sang Mahapatih Gajah Mada terbukti bahwa “Gajah Mada tidak akan bersenang-senang sebelum Nusantara di bawah naungan Majapahit”, kaum dalam kerajaan baik abdi maupun keluarga dalam Majapahit tetap kritis terhadap sikap penguasa Majapahit terhadap rakyat seperti saat Majapahit berhasil membangun peradaban kaum intelektual dalam pusat kesustraan di kerajaan.

Selain kitab perundang-undangan, kitab Sutasoma adalah bukti bahwasanya pada saat itu multikulturalisme di masa Majapahit telah disuarakan dan di gagas dalam bentuk sastra yang tinggi dengan termaktubnya istilah Bhineka Tunggal Ika secara jelas dalam kitab tersebut dengan arti “Berbeda- beda tetapi tetap satu jua” (Slamet Muljana, 1979).

Istilah Bhineka Tunggal Ika menjadi penyangga utama bagi pondasi keberagaman di bumi Nusantara. Meskipun Kerajaan Majapahit adalah Kerajaan Hindu terbesar, selain itu Kerajaan Majapahit memiliki Menteri di bidang Agama Budha yakni Empu Prapanca, pengarang Kitab sastra- filsafat Negarakretagama , terlihat bahwasanya Kerajaan Majapahit benar-benar menjunjung tinggi sikap toleransi dan pluralisme di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang multikulturalistik. Dalam Agama Hindu, agama yang bersinggungan dan begitu arif terhadap budaya yang dikenal istilah Tri Hita Karana yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dan tuhan, antara manusia dan manusia serta antara manusia dan lingkungannya (Saifuddin Zuhri, 1979).

Bidang Politik

Kerajaan Majapahit memiliki struktur pemerintahan Monarki dengan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya, dimana raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi (Slamet Muljana, 2005). Wilayah tinggal para Dewa Lokapala yang terletak di keempat penjuru mata angin. Raja yang dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia memegang otoritas tertinggi dan menduduki puncak hierarki Kerajaan,sedangkan dalam melaksanakan pemerintahan,raja dibantu oleh sejumlah pembantu yang tidak lain adalah pejabat-pejabat birokrasi kerajaan. Para putra dan kerabat dekat raja diberi kedudukan tinggi dalam jabatan birokrasi. Para putra mahkota sebelum menjadi raja biasanya diberi kedudukan sebagai Raja muda

Sepeninggal Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1364 Masehi keluarga besar Kerajaan Majapahit melaksanakan musyawarah dan memutuskan jabatan mahapatih tetap kosong untuk sementara waktu sampai ditemukan orang yang dianggap layak untuk diangkat sebagai mahapatih pengganti Gajah Mada. Untuk sementara jabatan mahapatih dirangkap oleh Hayam Wuruk sebagai kepala negara dan kemudian mengubah susunan kabinet menteri Kerajaan Majapahit (Slamet Muljana, 1983).

Selama pemerintahan Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk berjalan dengan baik meski tanpa Mahapatih Gajah Mada. Akan tetapi, setelah mangkatnya Hayam Wuruk tidak diadakan pengangkatan raja muda dikarenakan para putra kerajaan sudah memiliki wilayah kekuasaannya. Wilayah barat (Majapahit) di bawah pimpinan Wikramawardhana dan wilayah timur di bawah pimpinan Wirabhumi. Keinginan Wirabhumi menguasai wilayah barat mengalami gejolak yang berujung dengan perang. Perang Saudara antara Wikramawardhana dan Wirabhumi hanya fokus untuk mempertahankan dan merebut hak masing-masing tanpa memikirkan lajunya pemerintahan kerajaaan (Slamet Muljana, 1983).

Bidang Ekonomi

image

Tuban sebagai salah satu pusat perdagangan Majapahit, tanahnya subur dan banyak menghasilkan padi, lada, garam, kain, dan burung kakatua yang semuanya merupakan barang ekspor. Untuk menyejahterakan rakyatnya Raja Kerajaan Majapahit membuat saluran pengairan, pembuatan bendungan, dan pembukaan tanah baru untuk perladangan.

Masyarakat Majapahit relatif hidup rukun, aman, dan tenteram. Majapahit menjalin hubungan baik dan bersahabat dengan Negara tetangga, di antaranya dengan Syangka (Muangthai), Dharma Negara, Kalingga (Raja Putera), Singhanagari (Singapura), Campa dan Annam (Vietnam), serta Kamboja (Slamet Muljana, 1979).

Rakyat Majapahit terbagi dalam kelompok masyarakat berdasarkan pekerjaan. Pada umumnya, rakyat Majapahit adalah petani, sisanya pedagang dan pengrajin. Selain pertanian, Majapahit juga mengembangkan perdagangan dan pelayaran, wilayah kekuasaan Majapahit yang meliputi Nusantara bahkan Asia Tenggara. Barang rempah,beras, gading, utama yang diperdagangkan antara lain rempah- rempah, timah, besi, intan, dan kayu Cendana. Sejumlah pelabuhan terpenting pada masa itu adalah Hujung Galuh, Tuban, dan Gresik (Slamet Muljana, 1979).

Majapahit memegang dua peranan penting dalam dunia perdagangan, yaitu :

  • Pertama, Majapahit adalah sebagai kerajaan produsen yang menghasilkan barang-barang yang laku di pasaran. Hal ini bisa dilihat dari wilayah Majapahit yang demikian luas dan meliputi daerah-daerah yang subur.

  • Kedua, peranan Majapahit adalah sebagai perantara dalam membawa hasil bumi dari daerah satu ke daerah yang lain.

Perkembangan perdagangan Majapahit didukung pula oleh hubungan baik yang dibangun penguasa Majapahit dengan kerajaan-kerajaan tetangga. Barang-barang dari luar negeri dapat dipasarkan di pelabuhan-pelabuhan Majapahit dan sebaliknya, barang-barang Majapahit dapat diperdagangkan di negara-negara tetangga. Hubungan sedemikian tentu sangat menguntungkan perekonomian Majapahit, sedangkan dalam hal kepemilikan tanah, di Majapahit sama saja dengan yang berlaku di kerajaan-kerajaan sebelumnya. Begitu pula mengenai perpajakan dan tenaga kerja. Para petani selalu bergotong royong dalam hal bercocok tanam dan mengairi sawah.

Bidang Sosial dan Budaya

Kehidupan sosial masa Majapahit aman, damai, dan tenteram. Dalam kitab Negarakrtagama disebutkan bahwa Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling ke daerah-daerah untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya. Perlindungan terhadap rakyat sangat diperhatikan. Di dalam kehidupan masyarakat Majapahit, agama juga memiliki fungsi sebagai pengendali sosial.

Empu Tantular dalam kitab karangannya yang berjudul Sutasoma menjelaskan tentang diplomasi kebudayaan. Diplomasi kebudayaandimana Majapahit mengakui keberagaman dan cinta kasih antar sesama tanpa membeda-bedakan golongan dan latar belakang apapun hingga sejatinya masyarakat Nusantara mampu tersentuh dengan budaya masyarakat yang berbeda-beda (Karim Mulyawan, 2010).

Ketertiban dalam pemerintahan yang ada di Kerajaan Majapahit serta kesejarteraan masyarakat memburuk pasca perang saudara yang terjadi antara Wikramawardhana dan Wirabhumi berdampak pada kesejahteraan masyarakat Majapahit menjadi terganggu, bahkan dalam urusan keagamaan Hindu maupun Budha juga tidak terurus. Pemerintah pusat mengalami kesulitan untuk mengurus wilayah kekuasaannya yang demikian luas. Oleh karena itu, banyak daerah yang kemudian tidak terurus dan menyatakan melepaskan diri dari Majapahit (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1989).

Dengan lepasnya daerah-daerah bawahan Majapahit diluar Jawa, menyebabkan terputusnya kunjungan keagamaan ke daerah-daerah bawahan Majapahit bahkan hubungan antara masyarakat yang ada dipusat dengan daerah ikut terputus. Selain itu juga, saat keadaan Majapahit yang pada saat itu dalam keadaan terpuruk pasca perang saudara memudahkan pedagang muslim dari luar menyebarkan ajaran agama yang dianutnya. Dengan begitu dalam urusan keagamaan masyarakat Majapahit mulai menerima agama baru yang lebih toleransi dan tidak ada paksaan untuk menganutnya (H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001).

Bidang Pertahanan dan Keamanan

Kerajaan Majapahit memiliki pasukan yang amat disegani dan ditakuti di dunia. Dalam hubungan bilateral antar wilayah negara, membunuh utusan berarti negara tersebut mengisyaratkan perang. Ketakutan beberapa negara kepada Tentara Majapahit bukan tanpa dasar. Selain reputasi tentara yang mampu menghancurkan Tentara Mongol beserta rajanya sebagai tentara terkuat dunia, Tentara Majapahit merupakan tentara profesional yang berbeda dengan pasukan-pasukan lain pada masanya dimana Tentara Majapahit sangat kuat mempertahankan kesatuan mandalanya (Irawan Djoko Nugroho, 2011).

Tentara Majapahit dimasukkan dalam kelompok Pangalasan. Menurut Pigeaud, Pengalasan berarti para penjaga kerajaan yang terdiri atas kesatuan-kesatuan yaitu Tanpalwir, Nyu Ganding, Janggala, Kadiri, Sedah, Panglarang, Rajadewi, Waisangka, Wiwang Panewan, Kertapura, Sinelir dan Jayengprang, Angreyak, Kaywapu, Wiwang jaladhi, Pasuruhan serta Samajadhi (Irawan Djoko Nugroho, 2011).

Pangalasan adalah adipati yang memimpin wilayah mancanegara atau propinsi terdiri atas lima wilayah, yaitu Utara, Timur, Selatan, Barat dan Pusat yang memiliki tugas mempertahankan negara dari ancaman luar atau melaksanakan keputusan raja untuk menyerang wilayah lain. Pasukan penjaga kerajaan didukung oleh dua jenis pasukan, yaitu pasukan dari kelompok umum yang dibentuk oleh Majapahit sebagai pemerintahan federal Jawa dan pasukan yang dibentuk oleh masing-masing negara bagian yang disebut Wadwa Haji untuk melindungi keselamatan raja dan menjaga keamanan negara bagian. Satu kesatuan Pasukan penjaga kerajaan sangat berpengaruh dalam membawa Kerajaan Majapahit menuju kejayaannya di Nusantaran (Irawan Djoko Nugroho, 2011). Selain pasukan kerajaan terdapat pasukan khusus penjaga keselamatan raja, yaitu Bhayangkara dan Bhayangkari.

Bhayangkara adalah pasukan penjaga keselamatan raja sedangkan Bhayangkariadalah satuan pasukan elit perempuan dari Kerajaan Majapahit. Bhayangkari memiliki kemampuan khusus dalam pertempuran dan penyusupan ke daerah lawan (Irawan Djoko Nugroho, 2011).

Bhayangkara pada masa Majapahit lebih tersohor, bukan saja karena peranan Gadjah Mada yang menjadi tampuk pimpinan pasukan, tapi juga karena Bhayangkara pada Masa Majapahit tertuang dengan jelas dalam literatur-literatur kuno, seperti Negarakertagama dan Pararaton (Slamet Muljana, 1979).Dalam Nagarakertagama pupuh IX pada 1 dijelaskan, bahwa sehubungan dengan mangkatnya Tohjaya di Katang Lambang pada tahun 1248 di daerah Pasuruan, maka di antara barisan pengawal yang berkewajiban menjaga keamanan kraton adalah Kesatuan Bhayangkara. Di tangan Gajah Mada, Kesatuan Bhayangkara menjadi kekuatan sipil yang sangat berpengaruh pada zamannya, sehingga keselamatan para raja dan keluarganya berada mutlak di bawah kewenangan dan tanggung jawab Kesatuan Bhayangkara. Kesatuan Bhayangkara, sebagai kekuatan sipil telah memberikan kepercayaan yang sangat kuat di hati masyarakat, sebagai pengayom dan pelindung rakyat (Slamet Muljana, 2005).

Raja-raja kerajaan Majapahit


image

Raja-raja kerajaan Majapahit merupakan penerus dari wangsa Rajasa, pendiri dan pemimpin kerajaan Singosari. Mengingat sedikitnya sumber sejarah yang ada, maka terdapat beberapa pendapat terkait dengan silsilah raja-raja di kerajaan Majapahit. Berikut merupakan dua versi tentang silsilah raja-raja Majapahit,

Pararaja kerajaan Majapahit Versi 1

No Gelar Tahun
1. Kertarajasa Jayawardhana Dyah Sanggramawijaya (1294–1309)
2. Sri Sundara Pandyadewadhiswara Wikramottunggadewa Jayanagara (1309- 1328)
3. Rajapatni dyah Gayatri (1328-1329)
4. Tribhuwana Wijayottunggadewi Dyah Gitarja (1329–1350)
5. Rajasanagara Dyah Hayam Wuruk (1350–1389)
6. Aji Wikramawardhana (1389– 1400 dan 1401-1416)
7. Kusumawardhani (1400-1401 dan 1416-1429)
8. Aji Ratnapangkaja (1429-1437)
9. Sri Suhita (1437-1447)
10. Wijaya Parakrama Wardhana Dyah Kertawijaya (1447–1451)
11. Rajasawardhana Dyah Wijayakumara Sang Sinagara (1451–1453)
12. Girisawardhana Dyah Suryawikrama (1456–1466)
13. Singawikramawardhana Dyah Suraprabhawa (1466–1478)
14. Girindrawardhana dyah Wijayakarana (1478-1486)
15. Singawardhana dyah Wijayakusuma (1486)
16. Girindrawardhana dyah Ranawijaya (1486-1427)
No Nama Raja Gelar Tahun
1. Raden Wijaya Kertarajasa Jayawardhana 1293 - 1309
2. Kalagamet Sri Jayanagara 1309 - 1328
3. Sri Gitarja Tribhuwana Wijayatunggadewi 1328 - 1350
4. Hayam Wuruk Sri Rajasanagara 1350 - 1389
5. Wikramawardhana 1389 - 1429
6. Suhita Dyah Ayu Kencana Wungu 1429 - 1447
7. Kertawijaya Brawijaya I 1447 - 1451
8. Rajasawardhana Brawijaya II 1451 - 1453
9. Purwawisesa atau Girishawardhana Brawijaya III 1456 - 1466
10. Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa Brawijaya IV 1466 - 1468
11. Bhre Kertabumi Brawijaya V 1468 - 1478
12. Girindrawardhana Brawijaya VI 1478 - 1498
13. Patih Udara 1498 - 1518

image

image

image

Referensi :

  • De Graaf, H.J. dan Pigeaud, T.H.2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Jakarta: Terj.Pustaka Utama Grafiti.
  • Muljana, Slamet. 1981. Kuntala, Sriwijaya dan Suwarnabhumi. Jakarta: Yayasan Idayu.
  • Nugroho, Irawan Djoko. 2011. Majapahit Peradaban Maritim (Ketika Nusantara Menjadi Pengendali Pelabuhan Dunia). Jakarta: Yayasan Suluh Nuswantara Bakti.
  • Mulyawan, Karim. 2010. Rindu Pancasila: Kumpulan Artikel Kompas. Jakarta :Kompas.
  • Zuhri, S. 1979. Sejarah Kebangkitan Islam Dan Perkembangan Di Indonesia. Bandung Al-Maarif.
  • Pinuluh, Esa Damar. 2010. Pesona Majapahit. Jogjakarta Bukubiru.

Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, kenapa bisa dikatakan demikian, karena bila dilihat dari peninggalan Majapahit yang keseluruhanya berada di Jawa Timur khususnya di Trowulan Mojokerto yang menjadi bukti kongkrit adanya kerajaan Majapahit. Kota Trowulan yang sekarang ini bisa membuktikaan bahwa posisi Trowulan sendiri sangatlah strategis yang dapat diakses baik melalui jalan darat maupun jalan air, dan letak Trowulan yang berada di daerah yang relatif datar dan dekat dengan pusat kerajaan terdahulu seperti Kediri, Singhasari, Jenggala, dan Panjalu, sehingga sangat memungkinkan terjadinya kontak antara daerah-daerah tersebut, baik untuk kepentingan perdagangan, sosial budaya, maupun politik. Dan kota ini letaknya tidak terlalu jauh dari kota pelabuhan seperti Surabaya, Gresik, Tuban, dan Pasuruan.

Kerajaan yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1528 M 14 ini, mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Meskipun Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya yang sedikit sulit dicari karena memang pada dasarnya sumber sejarah Majapahit dari Nagarakertagama, Pararaton dan Babad serta tutur turun temurun dari masyarakat. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton (Kitab Raja-raja) 16 dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno.

Pararaton sendiri lebih banyak menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.

Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos atau dalam bahasa pak hugiono disebut Pseudo History. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti superanatural dalam hal dapat mengetahui masa depan. Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena memang sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.

Sejarah Majapahit disebutkan dalam kitab Pararaton dan Nagarakertagama diawali dengan pembukaan hutan Tarik oleh Raden Wijaya yang terletak di Delta Sungai Brantas, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1293. Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa di Tiongkok. Ia mengirim utusan ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

Majapahit secara umum dapat dianggap sebagai titik puncak kebudayaan Hindu Jawa23 walaupun relatif sedikit yang diketahui tentangnya. Setelah pengulinggan Raja Kertanegara dari Singgasari oleh para pemberontak Kediri. dan diambil alih oleh Prabu Jayakatwang Raja Kediri, Raden Wijaya sebagai menantu Kertanegara, dan juga Raden Wijaya adalah anak dari Dyah Lembu Tal, cucu Mahisa Campaka atau Narasinghamurti, Buyut Mahisa Wongateleng dan Canggah Ken Arok dan Ken Dedes. Kertarajasa Jayawardhana atau disebut juga Raden Wijaya nantinya adalah pendiri Kerajaan Majapahit sekaligus raja Majapahit pertama yang memerintah pada tahun 1293-1309.

Dengan gelar Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana atau biasa juga dengan gelar Prabu Kertarajasa Jayawardana. Raden Wijaya merupakan nama yang lazim dipakai para sejarawan untuk menyebut pendiri Kerajaan Majapahit. Nama ini terdapat dalam Pararaton yang ditulis sekitar akhir abad ke-15. Setelah pemberontakan Jayakatwang. Raden Wijaya melarikan diri dari kejaraan para pasukaan Jayakatwang, dan pada saat itu juga Raden Wijaya mencari perlindungan dari Aria Wiraraja yang masih setia pada kerajaan Majapahit, pada saat Raden Wijaya datang, penyambutan yang sangat baik dilakukan oleh Wiraraja, ketika penjamuan makan ada sebuah dialog panjang yang dilakukan oleh Wiraraja dengan Raden Wijaya, Raden Wijaya menyampaikan cita-citanya bahwa ingin mengulingkan Prabu Jayakatwang dan mendirikan kerajaan baru dan menguasai jawa, Wiraraja akan diberi setengah dari kekuasaan Raden Wijaya jika hal itu terjadi, mendengar hal tersebut Aria Wiraraja menyatakan kesedianya akan membantu segala usaha Raden Wijaya, kemudian Wiraraja memberikan saran kepada Raden Wijaya untuk berpura-pura menyerahkan diri ke Prabu Jayakatwang dan Wiraraja juga berpesan agar Raden Wijaya Selama tinggal disana untuk menyelidki kekuatan Kediri kemudian mengajukan permohonan untuk membuka hutan dan tanah tandus di Tarik.

Setelah itu Wiraraja mengirim utusan ke Daha mengirim surat berisi pernyataan bahwa Raden Wijaya menyerahkan diri. Dalam waktu Singkat hutan Tarik berhasil di buka dan menjadi perkampungan baru dengan nama Majapahit, disini Raden Wijaya mulai mempersiapkan pemberontaan ke Jayakatwang. Pada saat yang bersamaan juga Jawa diserang pasukan Mongol pada 1292 – 1293 yang ingin membalas dendam atas pengusiran utusan Mongol yang dilakukan oleh kertanegara pada 1289.

Tidak menyadari perincian politik Jawa, mereka dibujuk oleh putra Kertanegara yaitu Raden Wijaya untuk membantunya mengulingkan pangeran Kediri yaitu Jayakatuwang. Setelah Kediri dikalahkan dan Jayakatwang berhasil dibunuh, Raden Wijaya meminta izin pulang ke Majapahit dengan alasan untuk menyiapkan upeti bagi kaisar Mongol, tanpa ada rasa curiga sedikitpun panglima Mongol mengizinkan bahkan para panglima memberikan pengawal dua orang perwira dan dua ratus prajurit untuk mengawal Raden Wijaya.

Para pengawal Mongol yang mengawal ke Majapahit semuanya dibunuh oleh pasukan Majapahit dan Raden Wijaya kemudian menyerang orang Mongol yang sedang berkubu di Daha dan Canggu mabuk-mabuk mengadakan pesta kemenanggan, pasukan Monggol terdesak dan mundur kelaut dalam kejaraan pasukan Majapahit. Raden Wijaya kemudian memindahkan ibukota ke Trowulan, mendirikan kerajaan Majapahit dan mengambil nama Kertarajasa Jayawardhana. Mengapa Raden wijaya mengambil nama Abhiseka Kertarajasa Jayawardhana, dijelaskan dalam prasasti tahun 1305 M bagian II30. Dikatakan bahwa nama beliau terdiri dari beberapa suku kata yang dapat dipecah menjadi empat kata yakni : Kerta, Rajasa, Jaya dan Wardhana.

Unsur Kerta mengandung arti bahwa Raden Wijaya memperbaiki pulau Jawa dari kekacauan, yang ditimbulkan oleh penjahatpenjahat dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat sama dengan matahari yang menerangi bumi, Unsur Rajasa mengandung arti, bahwa Raden Wijaya berjaya mengubah suasana gelap menjadi terang benderang akibat kemenanganya terhadap musuh dengan kata lain Raden Wijaya adalah pengempur musuh, Unsur Jaya mengandung arti, bahwa Raden Wijaya mempunyai lambang kemenangan berupa senjata tombak berujung mata tiga (Trisula muka), karena senjata itu segenap musuh hancur lebur. Unsur Wardhana mengandung arti, bahwa Raden Wijaya menghidupkan Agama, melipat gandakan hasil bumi, bagi kesejahteraan rakyatnya. Pada masa Raden Wijaya terdapat beberapa pemberontakan diantaranya Pemberontakan Ranggalawe, Lembu sora. Yang semuanya dapat diredam oleh Raden Wijaya.

Referensi

http://digilib.uinsby.ac.id/2395/4/Bab%202.pdf

Kerajaan Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lainnya di semenanjung Malaya, Borneo, Sumatra, Bali, dan Filipina.

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir di semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo dan Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

Sejarah Berdirinya Majapahit


Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Kertarajasa. Berlokasi semula di Candi Simping, Blitar. Sesudah Singasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290, Singasari menjadi kerajaan paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singasari yang terakhir, menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kublai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa “pahit” dari buah tersebut.

Ketika pasukan Mongolia tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongolia untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing. Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah.

Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.

Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, adalah penguasa yang jahat dan amoral. Ia digelari Kala Gemet, yang berarti “penjahat lemah”. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit.

Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana menguasai Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit


Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313–1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang, menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya.

Jenderal terkenal Majapahit lainnya adalah Adityawarman, yang terkenal karena penaklukannya di Minangkabau. Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

Jatuhnya Majapahit


Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsurangsur melemah. Tampaknya terjadi perang saudara (Perang Paregreg) pada tahun 1405- 1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yang dipertengkarkan pada tahun 1450-an, dan pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468.

Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian, yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana. Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki nusantara.

Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan agama Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat nusantara. Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis, dan Italia mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.