Apa yang Anda ketahui tentang keindahan Danau Kelimutu?

Danau Kelimutu

Traveling ke Flores rasanya tidak lengkap jika melewatkan kunjungan ke Danau Kelimutu yang merupakan danau kawah di puncak gunung yang memiliki nama sama dengan danau tersebut. Danau kawah ini sangat terkenal karena memiliki karakteristik yang unik. Ada tiga danau yang masing-masing memiliki nama serta warna air yang berbeda. Dua diantaranya berada pada posisi yang berdekatan dan hanya terpisah oleh dinding tebing. Danau tersebut bernama Tiwu Nuwa Muri Ko’ofai dan Tiwu Ata Polo.

Tanpa ada embel-embel mitos ini saja danau ini sudah memiliki cerita mistis di mana masyarakat setempat percaya jika danau tersebut adalah tempat bersemayamnya arwah orang yang telah meninggal. Danau Tiwu Nuwa Muri Ko’ofai yang berwarna biru muda diyakini sebagai tempat arwah pemuda dan pemudi sedangkan danau Tiwu Ata Polo yang berwarna hijau toska diyakini tempat bersemayamnya arwah para tukang tenung yang jahat. Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian pernah mendengar kisahnya?

Indonesia merupakan sebuah negara dengan banyak pusat wisata, dan Danau Kelimutu yang terletak di pulau Flores, merupakan tempat yang menjadi tujuan wisata orang-orang baik di dalam maupun di luar negeri. Yang membuat danau yang ada di gunung dengan nama sama di Desa Pemu, Kelimutu ini adalah karena ketiga danau yang ada dalam satu kawah ini memiliki tiga warna yang berbeda-beda.

Pertama kali kelimutu diketemukan oleh warga Belanda keturunan Lio, bernama Van Such Telen (Blasteran antara Belanda-sang Ayah dan suku Lio-sang Ibu), tahun 1915 (Wikipedia). Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya tahun 1929. Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang menikmati danau yang dikenal angker bagi masyarakat setempat. Mereka yang datang bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga peneliti yang ingin tahu kejadian alam yang amat langka itu. Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26 Februari 1992.

Gunung Kelimutu (1640 mpdl) tumbuh didalam kaldera Sokonia atau Tubuss bersama dengan gunung Kelido (1641 mpdl) dan gunung Kelibara (1630 mpdl). Ketiganya membangun kompleks yang bersambungan kecuali gunung Kelibara yang terpisah oleh lembah dari kaldera Sokonia. Dari ketiga gunung tersebut, gunung Kelimutu merupakan kerucut tertua dan masih menunjukkan aktivitas vulkanologi sampai sekarang yang merupakan kelanjutan dari kaldera Sokonia. Dari puncak kelimutu terdapat 3 sisa kawah besar yang mencerminkan perpindahan puncak erupsi. Ketiga sisa kawah tersebut sekarang berupa danau kawah dengan warna air yang berbeda dan ukuran diameter bervariasi, dimana ketiga danau tersebut bernama Tiwu Ata Polo (Danau Merah), Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (Danau Biru), dan Tiwu Ata Mbupu (Danau Putih). Berdasarkan catatan gunung kelimutu meletus dahsyat pada tahun 1830 dengan mengeluarkan lava hitam Watukali, kemudian meletus kembali pada tahun 1869-1870 disertai aliran lahar dan membuat suasana gelap gulita disekitarnya dimana hujan abu dan lontaran batu hingga mencapai desa Pemo (Sumber: Direktorat Vulkanologi Ditjen Geologi dan Sumber Daya Mineral, 1990). Tercatat 11 kali aktivitas vulkanik di Taman Nasional Kelimutu sejak 1830-1997.

Setiap danau memiliki luas area dan kedalaman yang berbeda. Tiwu Ata Polo memiliki luas 4Ha dengan kedalaman 64 m, Tiwu Ata Mbupu memiliki luas 4.5Ha dengan kedalaman 67 m, dan Tiwu Nuwa Muri Koo Fai memiliki luas 5.5Ha dengan kedalaman 125 m

Suku lio di Flores percaya bahwa Danau Kelimutu menyimpan aura mistis dimana merupakan tempat persemayaman terakhir dari jiwa-jiwa orang yang meninggal. Danau berwarna biru atau “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau “Tiwu Ata Polo” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau “Tiwu Ata Mbupu” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.

Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata, merupakan acara adat yang diselenggarakan suku Lio di Flores untuk menghormati nenek moyang dimana diselenggarakan setiap tanggal 14 Agustus (tentatif). Suku Lio mempersembahkan berbagai makanan kepada leluhur sebagai tanda ungkapan terima kasih atas berkat tahun lalu dan berdoa untuk mendapatkan berkat tahun selanjutnya. Acara ini dimulai persiapan dan berkumpul di area parkiran, diikuti tracking menuju Tiwu Ata Polo dimana terletak altar mezbah batu, tempat diletakkannya segala persembahan makanan dan pusat acara ritual berlangsung.

Tak ada tempat lain di dunia yang memiliki danau seunik dan semencengangkan Danau Kelimutu di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Bukan cuma unik dan langka karena ada tiga danau yang saling bermesraan, tapi juga karena warnanya berbeda-beda, dan tiap danau itu sering berganti warna pula! Plus letaknya yang di atas Gunung Kelimutu,

warnanya menyesuaikan keadaan maupun kejadian di sekitarnya. Kadang hijau toska, putih susu, merah darah, biru muda, dan hitam. Warnanya bisa berubah kalau ada gempa atau aktivitas alam lain di dekatya. Misalnya, sejak Flores terkena gempa dahsyat tahun 1992, terjadi perubahan warna drastis. Dan perubahan warna tidak hanya terjadi sekali, namun berkali-kali. Faktor penyebabnya antara lain kandungan mineral dalam kawah dan aktivitas vulkanik Gunung Kelimutu.

Ada 3 danau yang mempunya masing-masing namanya:

1. Tiwu Ata Polo (64 m, 4 ha, aktif)

Warnanya pernah merah kecoklatan, pernah hijau muda, diyakini sebagai tempat bersemayam arwah orang jahat (tukang tenung)**

2. Tiwu Nuamuri Koofai (127 m, 5,5 ha, aktif),

Warnanya bisa biru, hijau muda, hijau keputih-putihan, tempat berkumpulnya arwah muda-mudi. Paling lengkap terlihat dari tugu pandang tempat pengunjung berkumpul. Dipisahkan hanya oleh tebing cadas tipis dengan Tiwu Ata Polo.

3. Tiwu Ata Mbupu (67 m, 4,5 ha, kurang aktif)

Dulu sekali warnanya putih, sekarang hitam, tempat berkumpulnya arwah orang-orang tua. Letaknya di belakang tugu pandang. Berseberangan dengan dua danau lainnya. Jika cuaca kurang cerah dan kabut tak mau beranjak, danau ini tak terlihat.

Sumber: